37 ☯ Like father like son

1.8K 49 0
                                    

🎀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎀

Sabrina meringis melihat pergelangan kakinya yang membengkak, matanya mengerling. Bukankah semalam ia tidur di sofa? Apa Kevano yang memindahkannya ke kasur.

Sabrina turun dari kasur lalu berjalan keluar dengan dinding sebagai pegangan, sesekali ia sempat hampir terjatuh.

Gadis itu mengetuk pintu kamar Kevano, beberapa kali mengetuk akhirnya pintu yang berwarna putih tersebut terbuka menampilkan Kevano yang sudah menggunakan seragam sekolah dengan rapi.

Kevano mengerutkan keningnya melihat Sabrina yang masih menggunakan pakaian rumah.

"Kamu bisa izinin aku hari ini ga?" tanya gadis itu pelan.

"Lo sakit?" Kevano menempelkan tangannya pada jidat Sabrina.

"Lagi gak enak badan aja, sekarang kamu berangkat nanti telat." Sabrina membalikkan badannya, namun gadis itu malah melangkah menggunakan kaki kirinya yang sakit. Alhasil membuat ia terjatuh ke lantai karena nyeri.

Sontak Kevano langsung berjongkok berniat membantu Sabrina untuk berdiri.

"Aakhhh..." Ringis Sabrina sambil memegang pergelangan kakinya.

"Na! Kaki lo!" Kevano terkejut saat melihat pergelangan kakinya yang sabrina yang membengkak bahkan membiru.

Tanpa pikir panjang laki-laki itu langsung menggendong Sabrina ala bridal style dan membawa gadis itu ke luar dari apartemen.

~~~

"Akhh...sakit.."

"Vano..."

"Vano sakit..." Sabrina meremas kuat rambut Kevano.

"Aaakk sakit Na! Bunda pelan-pelan dong ngurutnya." Kevano meringis saat Sabrina menarik kuat rambutnya.

Ya, mereka sedang di kamar Kevano yang dulu sebelum pindah ke apartemen, rumah Gita dan Xavier. Wanita paruh baya itu sedang mengurut pergelangan kaki Sabrina. Dan gadis itu menjadikan rambut Kevano sebagai pelampiasan rasa sakit yang menjalar dari kakinya.

Gita tertawa geli. "Iya, iya. Bunda pelan-pelan nih."

Kevano hanya bisa pasrah membiarkan Sabrina menarik kuat rambutnya, sekitar 15 menit akhirnya laki-laki itu bisa bernapas lega.

"Tau gini mending tadi gue nunggu di luar." Kevano mendengus sambil sesekali mengusap kepalanya yang masih terasa sakit.

"Kok jahat?"

"Tangan gue ada, kenapa harus kepala?"

Sabrina hanya cengengesan, gadis itu menarik tangan Kevano. "Iya deh maaf, tadi tuh reflek hehe."

KEVANO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang