33 ☯ Tersebarnya Rumor

2.1K 62 1
                                    

🎀

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🎀

Berita tentang hubungan pacaran antara Sabrina dan Kevano menyebar luas di penjuru sekolah, begitupun dengan identitas asli Kevano. Bisa di bilang, kemaren malam adalah hari patah hati bagi cewek-cewek yang menyukai Kevano.

Siapa sangka berita tersebut menjadi kesialan yang menimpa Sabrina, menjalin hubungan dengan orang seperti Kevano tidaklah mudah, apalagi dengan para fansnya. Itu yang sedang terjadi pada gadis itu.

Vanessa menghempas kuat tubuh Sabrina ke dinding, membuat gadis itu meringis kesakitan. Sabrina belum sempat melawan karena tiba-tiba saja dua teman Vanessa menarik kedua tangan gadis itu lalu membawanya ke toilet.

Vanessa menjambak kuat rambut Sabrina, membuat gadis itu mendongak. "Lo di diemin makin ngelunjak ya, gue udah pernah peringati lo buat jauhin Kevano. Tapi sekarang, LO MALAH REBUT DIA DARI GUE!" Kedua tangan Vanessa menarik kuat rambut Sabrina.

Tak terima dengan ucapan Vanessa, Sabrina membalas menjambak rambut Vanessa. Bahkan kedua teman Vanessa langsung diam seribu bahasa melihat Sabrina dan Vanessa yang saling menjambak.

"Aku gak pernah rebut Kevano, karna kamu sama dia gak ada hubungan apa-apa!"

Vanessa menggeram. "Sialan! Kevano gak mungkin mau pacaran sama cewek kayak lo"

Sabrina mendorong kuat tubuh Vanessa, Berhasil membuat gadis itu menjauh. "Aku lebih baik dari pada kamu yang suka ngebully orang-orang lemah."

Vanessa tersenyum miring. "Oke, mungkin lo lebih baik dari gue. Tapi, lo gak bakal bisa melampaui Fara!"

Sabrina mengerutkan keningnya, kenapa tiba-tiba nyambung ke Fara?

"Gue muak sama lo, lo bikin drama seolah-olah Fara yang nabrak Lo!" Suara Vanessa meninggi.

Sabrina terdiam. "Maksud kamu, yang nabrak aku waktu itu Fara?" tanya Sabrina tak percaya.

"Gak usah sok lupa sama skenario sendiri deh." Vanessa mendorong bahu Sabrina. "Lo cuman benalu di hubungan Fara sama Kevano." Hardik Vanessa, tangannya terangkat berniat menampar wajah Sabrina. Namun gadis itu lebih dulu menangkis.

Sabrina tertawa geli. "Ngomongin diri sendiri?" Sarkas Sabrina lalu menepis tangan Vanessa membuat gadis itu Mundur beberapa langkah.

Vanessa semakin naik pitam sekaligus terkejut, belum pernah ada yang memperlakukanya seperti ini.

Plak

Vanessa tertoleh ke samping saat sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kanannya, gadis itu meraba pipinya yang terasa nyeri

"Aku gak tau masalah kamu apa, bukannya kamu juga selalu ngejar Kevano? Jadi apa bedanya kamu sama benalu yang kamu sebut tadi?" Sabrina tersenyum miring.

Vanessa menatap Sabrina tajam, tangannya terkepal mencoba memukul sabrina namun, lagi-lagi gagal karena ada yang menghalanginya.

Laki-laki itu mendengar keributan saat berjalan melewati toilet perempuan, ketika mendengar suara Sabrina. Rian langsung masuk, dan benar saja. Vanessa lagi-lagi menganggu gadis itu.

"GAK USAH IKUT CAMPUR!" peringat Vanessa menahan emosi, bagaimana tidak. Sudah dua kali gadis itu gagal untuk menyakiti Sabrina.

Rian tersenyum miring, lalu menghempaskan tangan Vanessa. "Mending lo habisin waktu buat belajar deh dari pada ngerjain hal gak berguna kayak gini, otak lo terlalu minus," sarkas Rian.

Vanessa menatap Rian tajam. "Siapa lo ngatur-ngatur? Urus aja urusan lo!"

"Kalau lo berurusan dengan Sabrina berarti ini juga urusan gue!"

Vanessa tertawa lalu menepuk pundak Rian dua kali. "Bodoh, kalau lo kayak gini Sabrina gak bakal luluh. Mending kerja sama bareng gue. Sabrina buat lo, Kevano buat gue," bisik Vanessa pada telinga Rian.

"Gue tunggu jawaban Lo," ucap Vanessa lalu berjalan pergi dari toilet bersama kedua temannya.

~~~

"Gimana keadaan lo?"

"Tenang aja, ucapan Vanessa gak ada apa-apanya," balas Sabrina dengan pandangan lurus kedepan, memperhatikan kolam kecil yang berada di taman sekolah.

"Maksud gue sehabis kecelakaan waktu itu."

Sabrina menoleh lalu tersenyum. "Aku gak papa."

Rian mengangguk. "Maaf gue baru bisa nemuin lo sekarang, Kevano bener-bener ngebatasin orang buat jenguk lo di rumah sakit."

Rian mengeluarkan secarik kertas yang sudah terlihat remuk dari saku celananya. "Niatnya gue mau kasih ini ke lo pulang sekolah nanti, tapi karna kita udah ketemu  jadinya gue kasih sekarang aja."

Sabrina menerima kertas tersebut, bibirnya menyunggingkan senyuman ketika membaca tulisan satu persatu tulisan yang tertulis di sana.

"Kak Sabrina cepat sembuh ya!"

"Kak gue kangen sama lo"

"Kak Rian jahat banget sama gue, masa perkedel yang gue bikin di habisin semua sama dia."

"Main ke sini lagi dong kak, kita curhat bareng lagi."

"Gue pengen jenguk lo kak, tapi gak di bolehin rayon kembang desa."

"Pokoknya cepet sembuh deh."

Sabrina melipat kertas tersebut lalu memasukannya ke dalam saku celananya. Bibirnya masih melengkung membuat senyuman. "Bilangin makasih buat Lucy ya."

Rian mengangguk lalu beranjak dari duduknya membuat Sabrina itu berdiri. "Gue ke kelas dulu, kalau ketemu Vanessa lagi lo hajar aja, gak usah di tahan."

Sabrina tertawa kecil lalu mengangguk, mereka berjalan pergi ke arah yang berlawanan.

~~~

Sabrina menelungkup kan kepalanya di lipatan tangannya, kepalanya terasa pening karena sedari tadi teman kelasnya berbondong-bondong bertanya kepadanya tentang hubungannya dengan Kevano.

Bukan tak ingin menjawab, hanya saja pertanyaan bertubi-tubi membuat kepalanya sakit.

Suara gesekan kursi membuat Sabrina mendongakkan kepalanya karena penasaran siapa yang duduk di bangku kosong di depan mejanya.

Sabrina dan Kevano langsung menjadi pusat perhatian satu kelas, laki-laki itu meletakkan dua bungkus roti dan sebotol air mineral di atas meja milik Sabrina.

"Makan." Kevano menyodorkan roti setelah membuka bungkusnya.

"Jam istirahat tadi lo Kemana?" pertanyaan yang tiba-tiba Kevano lontarkan membuat Sabrina berpikir tujuh keliling.

"Ketemu guru buat ngurus pelajaran yang ketinggalan," bohongnya. Tak mungkin gadis itu bilang jika dirinya di seret Vanessa ke toilet, entah apa yang akan terjadi nantinya.

Kevano mengangguk mengerti sebelum kembali ke kursinya. Laki-laki itu menyempatkan diri untuk Mengelap sudut bibir Sabrina yang sedang mengunyah itu, membuat siswa-siswi yang memperhatikan mereka sadari tadi heboh sendiri.

Sabrina kembali mengigit roti yang berada di tangannya dan mengunyahnya dengan cepat seraya menahan malu, jantungnya sudah berdegup tak karuan.

Kevano tersenyum tipis melihat tingkah Sabrina, kakinya melangkah menuju kursinya. 10 menit kemudian guru masuk untuk memulai pelajaran.


KEVANO [ END ]Where stories live. Discover now