44 ☯ Kisah kita (END)

4.2K 79 0
                                    

Angin bertiup sepoi-sepoi, melambaikan rambut hitam legam sehalus sutra tersebut, kicauan burung dan gesekan dedaunan pun terdengar dari halaman belakang.

Sabrina berdiri dengan tangan kanan yang memegang slang air, menyiram satu persatu bunga yang baru saja di tanam.

Kehamilannya sudah memasuki bulan ke tujuh, begitu banyak persiapan yang Kevano beli untuk menyambut anak pertamanya.

Memilih membeli rumah yang tergeletak di pekarangan elit, dengan halaman depan dan belakang yang luas, terkadang Sabrina mengeluh kecapean hanya untuk sekedar berjalan ke gerbang.

Bunga-bunga tampak mekar dan sehat karena Sabrina yang setiap hari tak kunjung lupa untuk merawatnya.

Merasa bosan menunggu Kevano yang terlalu lama pulang kerja, Kevano menghadiahinya peralatan berkebun untuk mengisi waktu Sabrina.

Yang pastinya di bawah pengawasan beberapa pelayanan yang bekerja di rumahnya, terkadang mereka juga ikut membantu.

Mulai merasa lelah terlalu lama berdiri, gadis itu memilih duduk di Gazebo kayu yang berada di bawah pohon mangga dan dihiasi kolam ikan di sampingnya.

Sabrina memejamkan matanya menikmati sensasi dingin angin sore yang menerpa wajahnya.

Benar-benar membuat Sabrina jadi mengantuk.

"Masih nungguin?"

Sabrina membuka matanya kala mendengar suara yang cukup familier di telinganya, gadis itu menoleh lalu tersenyum.

"Rapatnya udah selesai?" tanyanya.

Kevano menggeleng lalu ikut duduk, menyadarkan kepalanya pada bahu Sabrina "Ada dua rapat lagi."

"Kamu harus jaga kesehatan, jangan sampai kecapean karna kerjaan." Sabrina mengelus rambut Kevano pelan.

"Mau tidur sebelum pergi rapat?"

Kevano menggeleng pelan. "Biarin kayak gini bentar," ucapnya sembari memejamkan matanya menikmati elusan pada kepalanya.

Sabrina tak menolak, kini Kevano punya perusahaan sendiri dan permintaan untuk bekerjasama  membeludak, karena itu seharian Kevano langsung turun tangan mengurusnya.

"Kamu udah makan?"

Sabrina tertawa kecil, dia selalu merasa gemas saat Kevano merubah panggilan menjadi Aku–kamu beberapa hari yang lalu, sangat manis!

"Tadi mau makan siang, tapi gak enak."

"Masakannya gak enak? Mau ganti koki aja?" Kevano agak terkejut mendengar kalimat istrinya.

"B-bukan gitu.."Sabrina menundukkan kepalanya. "Nggak nafsu aja gitu... Nyoba dikit rasanya langsung pengen muntah."

Kevano mengulum bibirnya lalu menatap lurus mata Sabrina. "Ayo ke rumah sakit!"

~~~

"Sabrina!"

Fara tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya saat sudah dekat gadis itu langsung memeluk Sabrina erat.

"Awas anak gue ke jepit." Tegur Kevano saat melihat Fara memeluk istrinya terlalu erat.

Fara merotasi bola matanya. "Iya, iya!"

"Kamu kenapa gak bilang mau balik kesini?" tanya Sabrina terkejut.

"Suprise!!"

Sabrina terkekeh lalu melirik ke belakang Fara. "Kamu pergi sendiri ke sini? Jack mana?" tanyanya.

"Dia lagi ketemu dokter bareng Gamma," jelas Fara yang dibalas anggukan mengerti dari Sabrina.

"Ah! Namanya Gamma."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEVANO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang