-9-

1K 162 19
                                    

Waktu makan siang akhirnya tiba dan Rose datang ke perusahan Jisoo dengan membawa bekal makanan yang dimasak sendiri olehnya.

Sudah pasti kedatangan Rose itu disambut dengan antuasis oleh Lisa.

"Akhirnya lo datang juga ke tempat gue bekerja" ujar Lisa.

Rose terkekeh kecil "Lo sudah makan siang?"

"Pekerjaan gue banyak nih. Ck, calon suami lo menyebalkan ya" gerutu Lisa.

"Nih, gue juga bawakan makanan buat lo"

Dengan senang hati Lisa menerima bekal yang dibawa oleh sang sahabat "Lo memang pengertian deh" ujarnya "Ngomong ngomong, kenapa lo bisa kesini hanya untuk membawa makan siang untuk calon suami lo?" Keponya.

"Tante Joohyun yang meminta gue menyiapkan makan siang untuk Jisoo" jelas Rose.

Lisa mengangguk faham "Tapi sekarang si Naya itu ada didalam ruangan suami lo"

Rose mendengus "Kenapa lo tidak bilang dari awal si. Ck, malas banget gue"

Lisa tersenyum menggoda "Kenapa? Lo cemburu?"

"Apaan si. Tidak mungkin lah gue cemburu. Gue hanya malas ketemu sama cewek itu. Yang ada gue dikatakan pelakor"

"Lo bukan pelakor Chae. Lagian Jisoo sendiri yang setuju untuk menikah sama lo"

"Itu juga gara gara terpaksa"

"Bodo amat lah. Yang penting nikah" sambar Lisa dengan cepat "Mendingan sekarang lo masuk saja. Calon suami lo pasti sudah kelaparan tuh" lanjutnya kembali menggoda.

Rose memutar bola matanya dengan malas "Gue duluan" pamitnya lalu berganjak menghampiri ruangan Jisoo.

Dia menghembuskan nafasnya dengan kasar sebelum mengetuk pintu ruangan itu.

Tok tok tok

Setelah mendengar sahutan, Rose langsung membuka pintu itu dan berjalan masuk menghampiri Jisoo.

"Gue bawakan makan siang buat lo" ujar Rose tanpa basa basi.

"Mommy yang masak?" Tanya Jisoo.

"Lo fikir gue tidak bisa masak gitu?" Sinis Rose.

"Sensi banget. Gue nanya saja loh" ujar Jisoo mengernyit.

"Bodo amat. Tugas gue sudah selesai jadi gue pulang duluan" Rose membalikkan badannya untuk berganjak pergi.

"Tunggu" namun Naya malah menghentikan langkah Rose.

"Apa?" Cuek Rose.

Naya berjalan mendekati Rose. Ditatapnya Rose dengan senyum remehnya "Biasa saja si. Lebih cantik gue berbanding lo"

"Kalau lo lebih cantik berbanding gue, kenapa Jisoo mau menikah sama gue huh?" Balas Rose bersmirk.

"Itu gara gara gue yang meminta dia menikah sama lo" balas Naya. Sama sekali tidak merasa tersinggung.

"Gue ingatkan, jangan pernah lo menggoda Jisoo walaupun nanti lo bakalan menjadi istri Jisoo" tegas Naya.

"Terus bagaimana kalau Jisoo sendiri yang tergoda sama gue?" Balas Rose.

Naya sontak menatap kearah Jisoo dengan tajam membuatkan cowok itu menelan ludahnya dengan kasar.

"Itu tidak mungkin terjadi Sayang" sambar Jisoo dengan cepat "Aku tuh hanya tergoda sama kamu" lanjutnya dengan yakin.

Rose memutar bola matanya dengan malas "Akan gue pastikan lo bucin sama gue" batinnya terkekeh jahil.

Naya menatap Rose "Gue percaya sama Jisoo kok" ujarnya. Dia kembali menghampiri Jisoo lalu mengecup pipi pacarnya itu "Aku harus pergi. Ada pekerjaan yang harus aku siapkan" lanjutnya.

"Baiklah. Kamu hati hati" ujar Jisoo.

Naya mengangguk lalu berganjak pergi dari sana tanpa mempedulikan Rose yang menatap kepergiannya itu.

"Gue juga harus pergi" ujar Rose.

"Lo tidak boleh pergi" halang Jisoo.

"Wae? Gue harus kembali ke toko gue. Apa lo fikir hanya lo yang perlu bekerja?" Balas Rose.

"Libur satu hari tidak bakalan bikin toko lo bankrup ya. Nanti gue transfer deh uang buat lo sebagai gantinya"

"Berapa?" Tanya Rose senang.

"3 juta. Apa cukup?"

Rose mengangguk "Okay. Nanti gue kirim nomer rekening gue"

"Iya" sahut Jisoo dengan malas "Sekarang ayo temani gue makan"

Rose berganjak duduk disofa disamping Jisoo "Manja banget. Mau makan saja harus ditemani" cibirnya.

Jisoo menatap Rose dengan datar "Lo mau gue batalin niat gue untuk transfer uang buat lo?"

Rose cengesan "Hehe jangan dong. Lo harus berperikemanusiaan sama calon istri lo ini"

Jisoo mendengus. Tidak ingin menanggapi, dia akhirnya fokus menikmati makanan yang dibawa oleh calon istrinya.

"Ini benaran lo yang masak?" Tanya Jisoo.

Dahi Rose mengernyit "Ya iya lah. Apa lo fikir gue punya pelayan dirumah kecil gue itu huh? Tidak percaya banget si"

"Gue hanya penasaran ya. Gue fikir cewek cantik itu tidak bisa memasak" ujar Jisoo tanpa sadar.

Rose bersmirk "Ah, jadi lo mau bilang kalau gue cantik hurm? Awww, terima kasih atas pujiannya. Gue memang cantik kok"

Jisoo menelan ludahnya dengan kasar setelah dia menyadarinya "A-Apaan si. Lo salah dengar saja kali"

Rose mendekat kearah Jisoo "Coba lo tatap gue"

Dengan polosnya Jisoo menatap Rose.

"Tatap gue selama 5 menit" lanjut Rose.

Jisoo terus menatap Rose bahkan matanya tidak berkedip. Pandangannya tertuju kearah bibir Rose yang cukup menggoda.

Ya Tuhan. Cewek didepannya itu sangat cantik. Pipinya yang gembul membuatkan Jisoo ingin sekali mengecup pipi itu.

Rose juga ikut menatap wajah Jisoo. Dia tidak bisa berbohong dengan mengatakan kalau wajah Jisoo itu jelek karena nyatanya wajah Jisoo begitu tampan.

Tanpa sadar, wajah keduanya sudah hampir mendekat.

Tok tok tok

Ketukan pintu itu akhirnya menyadarkan keduanya. Dengan buru buru mereka saling menjauh.

"G-gue pulang duluan" dengan pipi yang memerah malu, Rose bergegas keluar dari ruangan Jisoo.

Lisa yang mengetuk pintu ruangan Jisoo itu hanya menatap kepergian Rose dengan wajah cengonya "Apa yang terjadi?" Gumamnya bingung.

Jisoo pula berdehem bagi meneultralkan raut wajahnya "Masuk Lisa-ssi"

Lisa berganjak memasuki ruangan Jisoo "Maaf mengganggu Sajangnim. Ini ada berkas yang harus Sajangnim tandatangan untuk meeting nanti sore"

"Tinggalkan saja disitu" ujar Jisoo.

"Baiklah" setelah meletakkan berkas itu, Lisa berpamitan dan berganjak keluar dari ruangan Jisoo.

"Sial! Gue hampir tergoda" gumam Jisoo mengingati kejadian yang terjadi beberapa menit yang lalu.

Malu!

Dia benar benar merasa malu saat ini.











Tekan
   👇

Mr ATM✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang