-35-

1.2K 180 32
                                    

Kondisi pernafasan Rose semakin memburuk membuatkan pihak rumah sakit memutuskan untuk memakaikan mesin ventilator kepadanya.

Jisoo juga sudah meminta agar Rose dipindahkan keruang inap VVIP agar istrinya itu merasa nyaman walaupun masih belum sadarkan dirinya.

Sekarang jam juga sudah menunjukkan pukul 10 malam dan hanya ada Jisoo yang menemani Rose.

"Lo lagi mimpi apaan si? Apa lo tidak ingin bangun dari mimpi lo itu? Gue rindu sama lo. Ayo bangun" lirih Jisoo mengecup punggung tangan Rose berkali kali.

Tidak ada sahutan, hanya mesin monitor detak jantung Rose yang kedengaran diruangan itu.

Jisoo akhirnya meletakkan kepalanya diatas kasur Rose. Dia memutuskan untuk tidur dengan posisi itu agar dia bisa terus dekat disamping Rose.




*

Jisoo mengerjabkan matanya berkali kali ketika merasakan sinaran matahari yang mengganggu penglihatannya.

Dia menatap sekeliling dan sedetik kemudian dia mula menyadari kalau ternyata dia lagi berada di taman yang dipenuhi oleh bunga bunga.

"Gue ada dimana si" Jisoo memicingkan matanya untuk menatap sosok yang berdiri membelakanginya itu.

Dari sosok tubuh itu, dia seakan mengenalinya "Rose?"

Dengan buru buru Jisoo bangkit dan menghampiri sosok itu. Dipeluknya sosok itu dengan erat "Rose, gue kangen"

Sosok yang dipanggil Rose itu membalikkan badannya sehingga kini mereka saling bertatapan.

"Rose, akhirnya lo sadar!" Ujar Jisoo menangkup kedua pipi Rose dengan lembut.

"Kenapa lo bisa ada disini?" Tanya Rose pada akhirnya.

"Gue tidak tahu. Gue tiba tiba saja sudah disini" sahut Jisoo.

Rose tersenyum tipis "Pulang lah Ji. Lanjutkan hidup lo dengan baik tanpa gue. Gue sudah bahagia disini bersama Mama Papa gue"

"Tidak! Lo harus ikut gue pulang! Gue suami lo jadi lo harus sentiasa ada disamping gue!" Tegas Jisoo.

"Suami? Lo lupa kalau lo sudah memilih Naya berbanding gue? Lepaskan gue pergi Ji. Gue tidak bisa menjadi pengganti Nara atau Naya yang baik untuk lo"

Rose melepaskan dirinya dari Jisoo lalu dia langsung berlari pergi menjauh.

Jisoo berusaha untuk mengejarnya namun langkah kakinya menjadi berat membuatkan dirinya hanya bisa berdiam diri disana "ROSEANNE!!"








"ROSEANNE!" Jisoo terbangun dengan nafas yang memburu.

Setetes air matanya mengalir keluar sementara tangannya sudah menggenggam tangan Rose "Lo tidak boleh pergi. Gue tidak mengizinkan lo pulang. Tolong bertahan, untuk gue" lirihnya beralih mengecup dahi Rose.

*

Pagi harinya, ruang inap Rose kembali didatangi oleh para sahabatnya diikuti oleh Chandra yang juga ingin membesuk Rose.

Sudah pasti kedatangan Chandra membuatkan Jisoo merasa cemburu namun sekarang bukan saat yang tepat untuk membahas soal itu.

"Bagaimana kondisi Rosie?" Tanya Jennie.

"Tadi pagi Dokter bilang kalau kondisinya sudah stabil. Kita hanya perlu menunggu dia sadar" jelas Jisoo.

"Ngomong ngomong, gue polisi yang menangani kasus Rose" ujar Chandra.

"Apa mereka sudah ditahan?" Tanya Jisoo.

"Mereka berhasil kabur tapi sekarang tim polisi lagi mengejar mereka" sahut Chandra "Apa perlu gue mengirim beberapa polisi untuk berjaga jaga didepan ruang inap Rose?"

"Tidak perlu. Gue sendiri yang akan menemani istri gue"

Chandra mengangguk faham. Sebagai seorang cowok, dia tahu kalau Jisoo merasa cemburu dengannya namun dia tidak mempermasalahkannya kok.

"Gue sudah lama pacaran sama Rose" ujar Chandra.

"Bukan urusan gue!" Ketus Jisoo.

Chandra terkekeh kecil "Asal lo tahu, Rose itu sosok yang manja. Dia memang kelihatan santai tapi ternyata dia kesepian. Dia butuh seseorang yang bisa menemani dia. Seseorang yang bisa mencintai dan memanjakan dia. Dan orang itu adalah lo. Hati dia sudah memilih lo. Dia tulus mencintai lo. Gue harap lo bisa membalas perasaan dia. Kalau lo memang tidak bisa mencintai dia, lepaskan dia. Biarkan dia mencari orang yang bisa membahagiakannya"

"Pemikiran Chandra dewasa banget ya. Berbeda sama pemikiran Sajangnim" sindir Lisa.

Jisoo mendengus "Kamu mau gaji kamu dipotong?"

"Bagaimana kalau aku yang memotong masa depan Sajangnim?" Balas Lisa tanpa rasa takut.

Chandra menepuk pundak Jisoo "Hati hati. Pawang Rose pada galak si"

Jisoo menghembuskan nafasnya dengan kasar "Kalian tenang saja. Aku janji tidak akan menyakiti Rose lagi. Aku sadar kalau aku mencintai dia dengan tulus. Dulu aku memang mencintai Nara bahkan aku sempat mencintai Naya tapi sekarang aku sadar kalau cinta aku itu milik Rose. Istri aku lebih berhak untuk cinta aku"

"Kita memberi kamu peluang. Awas saja kalau kamu kembali menyakiti Rosie. Aku sentil ginjal kamu!" Ancam Jennie.

Jisoo terkekeh kecil "Arreosso arreosso"

"Semoga Chaeng bisa menemukan kebahagiaannya deh" ujar Lisa.

Dahi Jisoo mengernyit "Kenapa kamu terus memanggil dia Chaeng?"

"Apa Sajangnim tidak tahu kalau nama Korea Rose itu adalah Chaeyoung?" Balas Lisa.

"Terus nama Roseanne?"

"Rose dilahirkan di Australia makanya dia punya dua nama. Dan aku lebih suka memanggil dia menggunakan nama Korea nya si" jelas Lisa.

"Katanya suami tapi nama istri saja tidak tahu" kali ini Jennie yang memberikan sindirannya.

"Lihat saja nanti, aku pasti akan tahu semuanya soal Rose" balas Jisoo percaya diri.

"Itu juga kalau Chaeng memberi peluang si" sambar Lisa membuatkan Jisoo menelan ludahnya dengan kasar.

Astaga. Bagaimana jika istrinya itu tidak memberinya peluang? Apa dia sanggup melepaskan istrinya?










Tekan
   👇

Mr ATM✅Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz