-36-

1.3K 170 17
                                    

Kedua orang tua Jisoo bersama Yeri memasuki ruang inap Rose dengan membawa paperbag yang berisi makanan untuk Jisoo.

Sementara Jennie bersama Lisa dan Chandra sudah berganjak pulang.

"Kamu sudah mandi Ji?" Tanya Seulgi.

"Sudah Dad" sahut Jisoo.

"Nih makan siang untuk kamu. Kamu makan saja. Biar Mommy yang menemani Rose" ujar Joohyun.

Tanpa membantah, Jisoo mengambil paperbag yang diberikan oleh sang Mommy lalu dia berganjak duduk disofa untuk menikmati makan siangnya.

"Menurut Daddy, apa Rose akan menerima aku setelah apa yang aku lakukan ini?" Tanya Jisoo.

Seulgi tersenyum tipis "Daddy yakin dia masih mencintai kamu tapi kamu harus sadar kalau apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Kamu bikin dia kecewa dan dia butuh waktu untuk menerima kamu kembali. Tapi kamu tidak boleh memaksa dia karena itu bisa bikin rasa kecewa dia berubah menjadi rasa benci"

"Aku hanya takut kehilangan dia Dad. Bagaimana kalau dia tidak bisa menerima aku kembali?" Lirih Jisoo.

"Jangan terburu buru Ji. Kamu harus mengerti dia. Perlakukanlah dia dengan baik agar dia yakin kamu sudah tulus mencintai dia" ujar Seulgi yang dibalas anggukan dari Jisoo.

"Rose" mereka sontak menatap kearah Joohyun yang memanggil nama Rose.

"Kenapa Mom?" Tanya Jisoo khawatir.

"Jarinya bergerak" ujar Joohyun membuatkan Jisoo buru buru menghampirinya.

"Roseanne" panggil Jisoo mengelus kepala Rose.

Beberapa menit kemudian, mata Rose perlahan lahan terbuka. Ah, akhirnya penantian mereka tidak sia sia.

"Biar aku panggilkan Dokter" Yeri berganjak keluar dari ruang inap dan beberapa menit kemudian dia kembali bersama seorang Dokter dan beberapa orang suster.

"Bagaimana Dok?" Tanya Jisoo setelah sang Dokter selesai memeriksa Rose.

"Kondisinya sudah stabil. Dia hanya butuh waktu untuk luka nya sembuh. Tapi untuk sekarang, jangan bikin dia stress karena itu bisa membuatkan tekanan jantungnya menurun" Jelas sang Dokter.

"Apa ventilator nya sudah bisa dilepaskan?" Tanya Joohyun yang sudah tidak sanggup melihat Rose yang seakan tersiksa itu.

"Ventilator akan dilepaskan sekarang dan akan digantikan dengan masker oksigen"

"Baiklah Dok" sahut Joohyun.

"Apa kalian ingin melihat proses pelepasan ventilator? Ianya mungkin akan sedikit mengganggu kalian"

"Saya mau Dok" sahut Jisoo yang tidak ingin meninggalkan sang istri.

"Baiklah" setelah berdiskusi, sang Dokter bersama beberapa orang suster itu langsung menjalankan tugas mereka.

Rose meringis kecil ketika plaster yang tertampal di hidungnya mula dilepaskan. Secara tiba tiba dia memberontak ketika sang Dokter berusaha menarik selang panjang yang berada didalam tenggorokannya.

Jisoo bahkan ikut membantu suster menahan badan Rose yang terus meronta ronta itu.

"Tahan sebentar Rose-ssi" dengan perlahan lahan Dokter kembali menarik selang panjang itu.

Badan Rose sudah tersentak berkali kali bahkan air matanya sudah mengalir keluar dari sudut matanya itu.

Joohyun juga sudah menyembunyikan wajahnya didada sang suami karena dia tidak tega melihat kesakitan yang dialami oleh menantunya.

"Lo kuat" bisik Jisoo dengan mata berkaca kaca.

Akhirnya setelah perjuangan yang panjang, ventilator berjaya dilepaskan namun Rose sulit untuk bernafas. Dadanya terasa sesak bahkan tanpa sadar dia mencengkram tangan Jisoo dengan erat.

Dokter dengan segera memakaikan masker oksigen kepadanya "Bertenang lah Rose-ssi" arah sang Dokter.

Akhirnya Rose bisa kembali bernafas dengan normal atas bantuan masker oksigen.

"Kamu hebat Rose-ssi" puji sang Dokter sebelum berpamitan keluar dari ruang inap itu diikuti oleh sang suster.

"Kamu baik baik saja?" Tanya Joohyun mengelus kepala Rose.

Dengan bibir pucatnya Rose tersenyum lalu mengangguk. Ingin sekali bersuara namun dia masih terasa lemes.

"Mau minum? Atau makan?" Tanya Joohyun lagi.

"A-aku haus" ujar Rose pada akhirnya.

Dengan segera Jisoo mengambil segelas air putih sementara Joohyun membaiki kedudukan brankar Rose lalu dia melepaskan masker oksigen yang dipakai oleh menantunya itu.

"Gue suapin ya" ujar Jisoo.

"Gue bisa sendiri" tolak Rose tanpa menatap Jisoo.

"Biar Mommy saja" Joohyun mengambil gelas dari tangan Jisoo lalu dia bergegas membantu Rose untuk meminum air putih itu.

Jisoo pula hanya mampu menatap Rose dengan sendu. Dari reaksi istrinya itu, dia yakin istrinya masih merasa kecewa dengannya.

"Akhirnya Eonnie sadar" ujar Yeri beralih memeluk Rose dari samping.

Rose tersenyum tipis "Aku harus bahagia sebelum menyusul kedua orang tua aku"

"Dan gue akan membahagiakan lo" timpal Jisoo.

Seulgi menatap Yeri dan Joohyun. Seakan mengerti dengan tatapan itu, Joohyun bersama Yeri akhirnya berganjak keluar dari ruang inap itu.

"Jangan memaksa" bisik Seulgi kepada Jisoo sebelum dia menyusul sang istri.

Jisoo menghela nafasnya dengan kasar sebelum menatap Rose "Maafin gue. Gue sadar semuanya salah gue"

"Bagus lah kalau lo sadar" sinis Rose "Jadi sekarang uruskan saja surat penceraian kita" lanjutnya.

"Gue tidak akan menceraikan lo. You're mine!" Tegas Jisoo.

"Masih sama, keras kepala" sinis Rose.

Jisoo memilih untuk diam. Percuma kalau dia membalasnya. Yang ada masalah mereka akan menjadi semakin besar dan itu artinya peluangnya untuk mendapatkan kembali hati Rose akan musnah.







Tekan
    👇

Mr ATM✅Where stories live. Discover now