chap 14

23 7 0
                                    

"Kenapa lapar sekali ya?" tanya Dimas pada dirinya sendiri.

Jam menunjukkan pukul 23.00,memang sudah malam namun apalah daya jika berhubungan dengan asupan apapun pasti akan dilakukan.

Dimas menyambar jaket serta topinya,dia berniat untuk turun kebawah lebih tepatnya ke minimarket untuk membeli mie instan dan cemilan.

Namun saat akan Dimas turun ke bawah,dia melihat pria yang berada di dalam lift tersebut.

Itukan Gafar batin Dimas.

Memang benar,pria yang ada di dalam lift tersebut adalah Gafar namun baik Gafar maupun Dimas keduanya tidak saling menyapa.

Dimas tau pasti Gafar sudah lupa dengannya.

Dimas menebak,pasti Lana tidak tau kalau seorang Gafar keluar dari apartemen yang sama dengan Lana.Kalau Lana tau pasti dia tidak akan memilih tinggal disini.

Setibanya di minimarket,Dimas belanja mi instan,kopi,minuman bersoda serta berbagai macam camilan.

"Ada tambahan lagi pak?" tanya kasir.

"Cukup itu saja"

Keluar dari minimarket,Dimas dipertontonkan pemandangan sepasang kekasih yang sedang bercumbu lagi.

Tapi kali ini,Dimas seperti kenal dengan pria tersebut.

Tak lain dan tak bukan,Gafar.

Memang kondisi saat ini sangat sepi,namun alangkah baiknya jika tak melakukan 'itu' ditempat umum.

Sepertinya perempuan itu istrinya batin Dimas.

Dimas memang tidak tau wajah istri dari Gafar,yang Dimas tau hanya Gafar sudah menikah.

Ditengah perjalanan kembali ke apartemen,Dimas mendapatkan telfon dari Lana.Namun bukan telfon biasa melainkan video call.

Digesernya tombol hijau oleh Dimas,"dimana itu mas?kamu keluar?malam-malam gini?ngapain?" terpampang wajah Lana di layar hp Dimas.

"Iya saya habis dari minimarket,beli mi" jawab Dimas sembari menunjukkan bungkusan kresek berlogo minimarket.

"Tau gitu tadi aku masakin kamu dulu"

"Kamu kira saya gak bisa masak?"

"Hehe bercanda,yaudah kamu tidur sana mas.Aku tutup dulu ya dah..."

Sebenarnya Dimas ingin menanyakan perihal Gafar yang ada di gedung apartemen yang sama dengan Lana namun ia urungkan karena tak ingin merusak mood Lana.

🌬🌬🌬

Pagi ini,Lana dan Sarah sedang berbincang mengenai pembukaan kafe di cabang yang baru.

"Udah lo tenang aja,semua udah gue atur" ucap Sarah.

"Awas aja kalau sampe kayak kemarin!"

"Ye...namanya manusia pasti ada salahnya dikit"

Sebenarnya setelah rapat dikafe,Lana berniat untuk keapartemennya melihat Dimas namun...

"Mbak,ada yang cariin mbak dibawah" ucap salah satu karyawan Lana.

"Siapa?"

"Konsumen kayaknya mbak"

Tak butuh waktu lama,Lana turun kebawah menemui konsumen yang ingin bertemu dengannya.

Sesampainya dibawah,Lana terpaku melihat siapa yang ada di depannya.

"Lama gak ketemu,kamu apa kabar?"

Dia Gafar.

Entah bagaimana Gafar bisa mengetahui jika kafe ini milik Lana.

"Bagaimana kamu bisa tau kalau pemilik kafe ini adalah aku?" Lana tidak menjawab pertanyaan dari Gafar.

"Rahasia,kedatangan ku disini ingin meminta maaf dengan perbuatanku yang brengsek saat itu.Bahkan aku ninggalin kamu,aku tau kamu butuh kejelasan saat itu tapi aku yang menghindar"

"Semua sudah berlalu,aku mohon jangan pernah mengungkit lagi hal itu" jawab Lana.

"Bisa ikut aku sebentar?" Lana pun menyetujui ajakan Gafar.

"Tolong cepat katakan,aku tidak ada waktu lagi" kata Lana.

"La...beri aku kesempatan,tolong buka hati kamu buat aku"

Lana mengerutkan dahinya dengan ekspresi marah dia berkata,"lo gila ya,kita gak bisa bersama!kamu lupa kalau udah nikah" geram Lana.

Gafar mendengar itu hanya bisa tertawa,"aku sudah cerai"

"Aku tunggu jawaban dari kamu" imbuh Gafar,lalu pergi meninggalkan Lana yang mematung mendengar kalimat yang keluar dari mulut Gafar.

Tak ingin berlarut dengan pikiran yang kacau saat ini,Lana memutuskan untuk pergi menemui Dimas diapartemennya.

Di mobil,Lana dibuat tak konsentrasi dengan pernyataan Gafar tadi.

Disatu sisi dirinya menginginkan Gafar namun disisi lain Lana juga sangat benci dengan kelakukan Gafar dulu.

Sampai didepan apartemen,Lana disambut Dimas.

"Kusut banget wajahnya hari ini,ada apa sih?" tanya Dimas.

"Gak ada apa-apa,capek aja"

Tidak mungkin Lana mengatakan yang sebenarnya ke Dimas perihal Gafar tadi.

"Makan dulu gih,saya masak banyak" suruh Dimas.

"Pas banget aku lagi laper"

Di meja makan sudah tersedia beberapa lauk yang dimasak Dimas beserta nasinya.

"Hem...enak banget" puji Lana.

Seusai makan bersama,Lana mengajak Dimas untuk mengobrol ringan di balkon apartemennya.

Dua cangkir kopi menemani mereka untuk memulai perbincangan,"mas,aku mau tanya" kata Lana.

"Silahkan" jawab Dimas sambil menyesap kopi.

"Kamu tau istrinya Gafar?"

"Saya tidak tahu bahkan namanya pun tidak"

Sebenarnya Lana ingin menanyakan perihal ini ke tante Ajeng namun niatnya terurungkan lantaran terlalu tinggi gengsinya untuk menanyakan hal yang bisa dibilang tidak penting.

"Memang kenapa?" lanjut Dimas.

"Nggak lupakan"

🌬🌬🌬

RUMAH GAFAR

"Aku mau gugurin anak ini!" ucap Asya yang tiba-tiba masuk ke ruangan kerja Gafar.

"Jangan gila kamu!"  Gafar menjawab Asya dengan acuh.

Asya tau kalau dia melahirkan anak perempuan pasti dia akan disingkirkan oleh mertuanya,sebenarnya yang jadi masalah adalah mamanya Gafar.Asya sendiri juga tidak tau apa motif mertuanya itu sampai ingin sekali menginginkan cucu lelaki.

"Kenapa kamu nikahin aku?kalau ujung-ujungnya kamu cuma anggap aku boneka" ucap Asya sambil menyeka air matanya.

Gafar memilih menghindar dari pertanyaan tersebut.Sebenarnya dia cinta dengan Asya namun entah kenapa semenjak ada Alia cinta Gafar untuk Asya perlahan memudar.

Semua itu karena Alia mempunyai sifat dan wajah yang bisa dibilang hampir mirip dengan Lana,walaupun bisa dibilang masih cantik Lana.

"Lahirkan anak itu,setelahnya aku akan mengurus surat perceraian kita"

Gafar meninggalkan Asya yang terdiam mematung,dia mendengar isakan kecil istrinya.

🌬🌬🌬

Can'(t) We Back AgainWhere stories live. Discover now