chap 34

12 3 0
                                    

Pagi ini sekitar pukul 07.00,Lana dan mamanya sudah berada di bandara menunggu keberangkatan jadwal pesawatnya.

"Mama tau dari mana kalau tante Rima kritis?"

"Dimas sendiri yang telfon mama" Lana hanya mengangguk mendengar jawaban dari mamanya.

Setelah menunggu beberapa menit,pesawat yang Lana dan mama tumpangi sudah lepas landas.

Dilain tempat,Bima sedang berusaha untuk menelfon Lana beberapa kali,"kemana dia?kok hpnya dimatikan?" bukan jawaban dari Lana yang Bima dengar,melainkan suara operator.

Untuk memastikan keadaan Lana,Bima menelfon papanya Lana.

"Assalamualaikum om,kalau boleh tau Lana kemana ya om?sudah saya telfon berkali-kali tapi hpnya sibuk terus" jelas Bima pada papanya Lana.

Papanya Lana terkekeh dengan nada Bima yang mengkhawatirkan putri sulungnya itu,"om kira kamu sudah diberitahu Lana,kamu tenang saja Lana sama mamanya ke kalimantan menjenguk teman mamanya yang lagi sakit"

"Baik om terima kasih infonya,mungkin Lana lupa mengabari saya"

"Baru tadi jam 07.00 berangkat,mungkin sekarang masih di pesawat jadi hpnya tidak aktif"

"Iya siap om,maaf menggangu om"

"Santai saja,ya sudah om tutup dulu telfonnya"

Akhirnya Bima bisa tenang setelah mendengar keberadaan tentang Lana,Bima kembali fokus dengan pekerjaannya sembari menunggu Lana membalas pesan darinya.

Kembali ke Lana,setelah beberapa jam menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit tante Rima dirawat,"Dim...bagaimana keadaan mama kamu?"

"Masih belum sadar tante"

"Kok bisa sampai kritis Dim?"

"Sayalah penyebabnya tante" jawab Dimas sambil tertunduk.

"Maksud kamu?"

Flashback On

Jadi malam itu setelah Dimas menelfon Lana,Dimas mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya padahal posisi waktu itu sudah jam 01.00 dini hari.

Dengan langkah gontai Dimas membuka pintu rumahnya,"mas...kamu bisa temani aku sebentar?" ternyata Devana lah yang datang menemuinya malam-malam.

"Kemana?ini sudah malam,nanti kalau abi kamu tau bagaimana?gak enak juga dilihat tetangga" jelas Dimas yang tak ingin mereka jadi bahan fitnah para tetangganya.

Devana menarik tangan Dimas untuk pergi menjauh dari rumah Dimas,"kita mau kemana?" Devana berhenti,dia lantas menatap Dimas lalu memeluknya.

Mereka berhenti di tempat yang tak jauh dari rumah Dimas,"kamu kenapa?" Dimas heran kenapa Devana menangis sambil memeluknya.

"Aku mau pernikahan kita disegerakan mas lalu kita pergi dari kampung ini.Kamu tau Ivan anak kampung sebelah,aku kemarin dijebak sama dia sewaktu pulang kerja" Devana tak mampu melanjutkan ceritanya,dia bahkan menahan tangisannya.

"Dia bilang selama aku belum kamu nikahi,dia akan tetap gencar untuk menjadikanku istrinya tapi aku gak mau.Kemarin aku...aku hampir dilecehkan oleh dia" Dimas lantas memeluk Devana yang sudah tidak bisa menahan tangisannya.

"Kamu tenang saja,kamu aman sama saya" Devana sekali lagi menatap manik-manik mata Dimas hingga....

Kecupan bibir Devana jatuh ke bibir Dimas.

Memang terkejut Dimas saat kecupan itu terjadi namun entah tidak tahu angin dari mana,tiba-tiba Dimas membalas kecupan tersebut.Mereka terbuai satu sama lain yang awalnya hanya kecupan berubah menjadi lumatan.

"Ya ampun kalian berdua!!!" Dimas dan Devana dikejutkan dengan suara bapak-bapak yang memang sedang ronda malam itu.

Seketika suasana kampung jadi heboh karena bapak-bapak tadi mengumumkan jika Dimas dan Devana melakukan hal yang tak wajar dimalam hari mengingat mereka juga belum berstatus suami istri.

"Buat malu kampung saja kalian!"

"Aku kira Dimas beda sama lelaki lain,ternyata lebih parah!"

"Untung saja ketahuan mereka!kalau tidak pasti sudah melakukan 'itu'"

Hinaan demi hinaan Dimas dengar,lalu tante Rima keluar dari dalam rumah setelah mendengar keributan didepan.

"Ada apa Dim?"

"Bu Rima...ini anak kamu Dimas,masa saya lihat ciuman sama Devana"

"Anaknya dididik bu!!!"

"Kalian nikah saja!!saya yakin kalian sudah melakukan perbuatan zina"

"Jangan-jangan kelakuan ibunya turun ke anaknya"

Dimas yang geram mendengar ocehan para tetangganya lantas berkata,"saya akan menikahi Devana besok tapi tolong jangan bawa-bawa nama mama saya!"

Tante Rima yang syok lantas pingsan ditempat,"ma...mama!!ma...Van panggilkan ambulan" bahkan saat mamanya pingsan tidak ada satu tetangga pun yang menolong.

Untung saja pak RT datang dan melerai mereka,"sudah...bapak-bapak dan ibu-ibu kita bahas lagi nanti,sekarang kita bawa bu Rima ke rumah sakit dulu" kata pak RT.

Setelah sampai rumah sakit,Dimas melihat mamanya dipasangkan berbagai macam alat,"dok,separah apa mama saya?kenapa dipasang banyak sekali alat?" tanya Dimas ke dokter yang akan menangani mamanya.

"Jantung ibu Rima kambuh jadi kita nyatakan ibu Rima dalam kondisi kritis pak,kita akan berusaha sebaik-baiknya demi kesehatan ibu Rima...saya permisi"

Dimas sangat panik waktu itu,bahkan ia tidak diijinkan untuk melihat mamanya yang dirawat saat itu.

"Maafkan aku mas,gara-gara aku...mama..." Devana menangis disebelah Dimas.

"Sudah Van...jangan salahkan kamu,saya juga salah"

Tak lama berselang,umi dan abi Devana datang menyusul ke rumah sakit.

"Bagaimana keadaan mamamu?lantas kalian kenapa bisa berbuat seperti itu!Vana kamu kenapa bisa keluar dari rumah malam itu?!" umi menenangkan abi yang marah.

"Abi sudah,ini dirumah sakit!"

"Dim demi kebaikan mama kamu dan keluarga kita,abi sudah mengurus semua untuk pernikahan kalian.Besok kalian harus mengurus berkas-berkas pernikahan"

"Tapi abi,mama saya..."

"Kamu mau nama mamamu jelek d kampung kita?"

Dimas pun hanya mengangguk pasrah mengikuti perintah abi.

Setelah abi,umi dan Devana pulang,Dimas menelfon wanita yang selama ini ada untuk mamanya.

"Assalamualaikum tante...mama kritis,saya bisa minta tolong untuk tante datang kesini?"

"Kok bisa,karena apa?terus bagaimana sekarang keadaannya?"

"Ceritanya panjang tante"

Flashback off

Apa Dimas tidak sadar kalau Lana ada disitu saat Dimas bicara tentang apa yang terjadi malam itu.

"Kenapa tidak menunggu mamamu pulih dahulu?"

"Permintaan abi tante,Dimas tidak bisa menolak.Lagi pula beritanya sudah tersebar sampai kampung sebelah,saya tidak ingin menjelekkan nama baik mereka dan mama" Lana mendengar cerita Dimas sambil memalingkan wajahnya demi menyembunyikan matanya yang sudah hampir berkaca-kaca.

Kalau boleh jujur,Lana muak dengan pria yang pernah membuat dia jatuh cinta dulu.Baik Gafar maupun Dimas bagi Lana sama saja,sama-sama brengseknya.

Lana takut jika nanti dia dikecewakan ketiga kalinya,terlebih Lana belum mengenal Bima terlalu dalam.

Oh iya ngomong-ngomong Bima,Lana jadi ingat untuk mengaktifkan hpnya.

"Ma...Lana ke toilet sebentar ya" Dimas mengakui kalau dia brengsek,Dimas bersyukur kalau Lana tidak berjodoh dengannya.

🌬️🌬️🌬️

Can'(t) We Back AgainWhere stories live. Discover now