chap 25

14 4 0
                                    

Mulai sore hari hingga menjelang malam,Lana menunggu Dimas di teras rumah.Entah sepenting apa sampai-sampai harus berjam-jam meninggalkan Lana bahkan pulang dari puskesmas tadi Dimas tidak mengantarnya.

Ditengah lamunannya,Lana dikaget dengan dering telfon miliknya.

Gafar

Tepat beberapa waktu lalu,Lana memutuskan untuk menyimpan nomor Gafar.

Lana menggeser tombol hijau dihpnya,"ada apa?" tanya Lana tanpa basa basi.

"La,tolong kasih aku kesempatan!sekali ini saja,setelah itu terserah kamu mau percaya atau nggak sama aku"

"Kita bicarakan setelah pulang dari sini!"

"Oke aku akan tunggu waktu itu" selesai Gafar bicara,telfon langsung Lana putuskan secara sepihak.

Merasa jenuh dirumah,Lana berpamitan ke mamanya untuk menjernihkan pikiran sambil berkeliling kampung.

Dilain tempat,Dimas sedang mengejar Vana yang berlari cepat,"Vana...stop!!dengarkan saya dulu!!" Dimas berteriak sambil berlari.

Bruk!!

Vana terjatuh karena tidak sengaja tersandung batu,"Vana...mana yang sakit?" Dimas jongkok melihat Vana yang merintih kesakitan.

"Hiks....hiks....mas....pergi saja kamu sama wanita itu,biar aku yang mati!!"

"Kamu bicara apa?!ayo kita pulang,dengarkan penjelasan saya dulu!"

Vana tidak mau mendengar Dimas,dengan sekuat tenaga Vana mengumpulkan nyawa untuk pergi dari Dimas,"Vana...dengarkan dulu!!Vana!!" Vana tidak menggubris,dia tetap berjalan walau dengan langkah gontai.

Dimas mengejar Vana kembali,"lepasin aku mas!!biarin aku pergi!!" Vana memberontak saat tangannya dicekal oleh Dimas.

"Kamu brengsek mas!!jahat!!" Vana memukul dada bidang Dimas,saat Dimas berusaha untuk menenangkan Vana dengan pelukannya.

Akhirnya Vana menyerah dan jatuh ke pelukan Dimas,disana Vana menangis sesegukan.

"Saya cuma mau kamu mendengar penjelasan saya" kata Dimas sambil mengelus punggung Vana.

Disaat itu juga,Lana harus disuguhkan pemandangan yang merusak malamnya padahal niat hati dirinya ingin menjernihkan pikiran malah yang ada menambahkan pikiran.

Lana melihat Dimas yang sedang berpelukan dengan seorang wanita.Lana berusaha untuk tenang dan mencoba untuk berfikir positif.

Cup...

Dimas kaget saat Vana yang tiba-tiba memberikan kecupan tepat dibibirnya,"aku cinta kamu,mas" kata Vana lalu menyembunyikan wajahnya di pelukan Dimas.

Tak terasa air mata Lana menetes saat melihat adegan tadi dan tak ingin berlama-lama melihat mereka,Lana akhirnya beranjak pergi dari tempat itu.

'Ternyata aku salah paham,perhatian yang Dimas berikan kepadaku adalah perhatian sebagai seorang kakak bukan lebih' batin Lana sambil berjalan menangis sambil menahan sesegukannya.

Sebelum tiba dirumah Dimas,Lana menelfon seseorang.

"Jemput aku sekarang!!"

Sampai dirumah Dimas,Lana langsung masuk ke kamar dan beberes perlengkapannya seperti baju dll,"kak,mau kemana?" mama Ratih yang baru saja masuk,terkejut melihat Lana sudah rapi dengan koper di kedua tangannya.

"Ayo kita ke hotel ma,disana ada anak-anak" mama Ratih semakin bingung mendengar penjelasan putri sulungnya itu.

"Ada apa sih kak?"

"Ma,ada yang mau Lana bicarakan soal bisnis sama mereka dan juga sekalian kita pulang bareng mereka"

"Dadakan banget kamu,yaudah mama ganti baju dulu"

Lana menyeret kopernya keluar dan tepat sekali seseorang yang menjemput Lana sudah tiba,"biar aku yang bawa kopernya" seseorang itu Gafar.

Karena ke empat temannya yang sulit dihubungi,Lana terpaksa menelfon Gafar untuk menjemputnya dirumah Dimas.

"Mbak,makasih banyak ya maaf kalau dadakan banget" mama Ratih pamit ke tante Rima.

"Sama-sama mbak,apa gak nunggu Dimas pulang dulu"

"Maaf tante,karena memang ada masalah mendesak jadi saya akan berpamitan dengan mas Dimas lewat hp saja" justru Lana ingin menghindar dari Dimas.

Sesudah berpamitan Lana dan mamanya pergi dengan Gafar yang menyetir mobil,"aku sudah pesankan satu kamar lagi untuk mama kamu"

"Makasih mas,maaf merepotkan"

"Tidak masalah"

Sampai di hotel,teman-teman Lana yang berkumpul di lobi terkejut melihat Lana dengan mamanya membawa koper,"sesibuk apa sih kalian sampai ditelfon satu aja gak ada yang angkat!" Lana menghampiri mereka dengan omelan.

"Sorry La,kita lagi nongki ini" jawab Sarah.

"Oh iya tante,tante kalau capek biar diantarkan pramu ke kamar" ucap Gafar ke mama Ratih.

Mungkin karena perubahan wajah Gafar yang dominan,mama Ratih dan tante Rima sampai tidak mengenalinya.Bahkan Lana juga tidak memberitahu kalau pria yang menjemputnya tadi adalah tetangganya dulu.

"Baiklah,tante ke kamar dulu ya" Gafar memanggil pramu untuk menyuruh mengantar mama Ratih ke kamarnya.

Dari raut wajah mereka berempat menunggu penjelas dari Lana yang tiba-tiba datang ke hotel mereka menginap,"ikut aku dulu mas" Lana menarik Gafar untuk menjauh dari mereka berempat.

"Ada apa mbak sama bu bos?"

"Gak tau,aneh aja nanti deh gue suruh cerita" jawab Sarah untuk pertanyaan Abeng.

"Jelasin semuanya" Lana menyuruh Gafar untuk menceritakan semua penjelasan.

Flashback On

Memasuki akhir tahun masa SMA,Gafar bertemu seorang cewek dari kelas sebelah.

"Gaf,lo yakin gak mau nembak seorang Asya?"

Asyara Armani,cewek jurusan Bahasa ini mempunyai pesona yang membuat semua orang terpukau bahkan saat pertama kali melihatnya.Asya merupakan salah satu murid teladan di sekolah jadi tak ayal kalau banyak sekali prestasi yang ia sumbangkan untuk sekolah.Asya mengikuti banyak sekali kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran salah satunya adalah ia pernah ikut lomba debat yang berpasangan dengan Gafar.

Pada waktu itu,Asya dan Gafar ditunjuk sekolah untuk mewakili lomba debat.Satu hal yang membuat Gafar jatuh hati dengan Asya yaitu cara bicara,cara bicara Asya sangat mirip bahkan tidak ada bedanya dengan Lana,serta selama latihan Gafar selalu memperhatikan bahwa sifat Asya 11 12 dengan Lana.Salah satu contohnya,saat argumen Gafar ditolak oleh para guru karena terlalu sensitif.

Gafar yang merasa tertolak langsung down bahkan dia sampai sempat menyerah saat itu,namun Asya datang dan menyuruh Gafar untuk menyakinkan guru-guru.Sifat itu yang membuat Gafar merasa seperti melihat Lana di tubuh Asya.

"Gaf,saran kamu yang kemarin sudah disetujui sama guru-guru" mendengar perkataan Asya,Gafar sangat senang bahkan sampai mau memeluk Asya.

"Hmm,maaf"

🌬🌬🌬

Can'(t) We Back AgainWhere stories live. Discover now