40. Mencintai Sampai Habis

51 8 0
                                    

"Kalau mencintainya sesakit itu, jangan berhenti mendadak. Cintailah ia sampai habis. Sampai ketika kamu memutuskan selesai dan pergi, tidak ada lagi yang tersisa selain kenyataan bahwa kamu pernah mencintainya."

_Kanala Btari Sora

***

Juni, 2014

Janu pulang.

Setelah hampir setahun menghabiskan waktu belajarnya di Leiden, sepupu kesayangan Kanala itu akhirnya menjejak ibu kota lagi. Tentu, momen kepulangan Janu kali ini menjadi alasan Kanala untuk bertolak ke Jakarta, menempati rumah lamanya yang hanya dia kunjungi sebulan sekali—itupun kalau tidak sedang dalam masa sibuk, kalau tengah sibuk, rumah itu bisa tidak dijamah berbulan-bulan.

Ya, seasing itulah akhirnya Kanala dengan Jakarta.

"Nginap berapa hari nanti?" tanya Dayita saat mengantar Kanala ke depan pagar.

"Seminggu, ya, Ma?" pinta Kanala sebelum memasang sepatunya.

"Kok lama banget? Papamu bisa uring-uringan tuh kamu sendirian di Jakarta selama itu."

"Kan ada Janu, Ma. Ada Tari juga. Kita rencana mau liburan bareng."

"Kamu gak ada niatan mau libur bareng Papa Mama?" Tiba-tiba, Pandu muncul di belakang Dayita.

Kanala mendongak. Menoleh ke belakang dengan senyum lebar. "Pasti dong. Seminggu. Cuma seminggu. Setelah balik dari Jakarta, Nala mau liburan bareng Papa sama Mama. Atau kita ajak Eyang sekalian?"

"Eyangmu udah gak kuat diajak liburan," timpal Dayita. Bertepatan dengan Kanala yang selesai mengikat tali sepatunya. "Nanti nelpon, ya. Kabari kalau sudah sampai. Titip salam buat Janu, buat Om Prama juga sekeluarga."

Kanala berdiri. Membersihkan belakang celananya yang mungkin terkena debu, gadis itu menyahut, "kenapa gak Mama sama Papa aja coba yang langsung nyamperin ke Jakarta?"

"Nanti Prama juga bakal ke Jogja ketemu Eyang. Ngapain repot-repot ke Jakarta?" sahut Pandu yang lantas disepakati Dayita.

Kanala tidak punya pembelaan lagi. Mencangklong ransel cokelat mudanya, gadis itu segera pamit. Suara klakson di luar terdengar. Gentari. Dari dalam mobil, gadis itu sempat melambai-lambai ke arah Dayita dan Pandu. Lekas Kanala menghampirinya sebelum raut girang Gentari berubah omelan panjang karena mereka terlambat.

"Udah mesen tiket kan?" tanya Kanala setibanya duduk di sebelah sahabatnya itu.

Gentari mengacungkan dua tiket kereta ke hadapannya. "Gue udah booking dari dua hari lalu. Musim libur gini, gue tau banget bakal rame."

"Bagus, deh. Kita nggak perlu antre lagi beli tiket." Kanala menyahut sembari membuka aplikasi pesan di ponselnya, membalas pesan dari Janu yang menanyakan keberadaannya.

Namun, mendadak Kanala tercekat. Atas pertanyaan Gentari.

"Tapi, La, kok lo tumben-tumbenan mau liburan ke Jakarta? Bukannya lo punya banyak acara bedah buku bulan ini?"

"Benua juga bakal ke Jakarta minggu ini. Kita berencana ketemu di sana."

"LA?!" Pekikan Gentari mengiringi rem mendadak supir taksi yang membawa mereka. Meminta maaf sekilas, Gentari melanjutkan interogasinya pada Kanala. "Lo gila?! Gue gak tahu ini ada dalam rencana lo. Gimana kalau akhirnya lo sakit lagi gara-gara dia?"

"Aku mau menghabiskan perasaan ini, Ri. Aku mau menyelesaikan semuanya."

"..."

"Tolong percaya aku kali ini, Ri."

Djakarta, Pukul 11.11Where stories live. Discover now