34. Arkaiz || Panti Asuhan

1.9K 148 5
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
kembali lagi sama Koko:v
udah beberapa abad nih nggak up?
hehehe
Masih stay di Arkaiz atau udh engga?😭
yah semoga masih banyak yg stay yah, walaupun author yg satu sangat menjengkelkan sekali🙏☺️

Oke oke
Jangan lupa kasih bintang 🌟
di pojok kiri bawah, keliatan kan?☺️
jangan lupa komen dan share juga🙏
Readers said : banyak mau si Koko ini😭

Tandai typo

Bangunan yang tidak terlalu besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bangunan yang tidak terlalu besar. Sangat sederhana, tapi sangat berharga. Lingkungan yang bersih dan terjaga, banyak senyuman orang-orang tulus di dalamnya.

Sedari tadi Maiza tersenyum ketika melewati gerbang masuk panti. Ini pertama kalinya dia kesana, dan entah kenapa dia merasa nyaman berada disana, apalagi ketika melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain di halaman panti. Rasanya ingin sekali bergabung bersama mereka.

"Aa Aiz boleh main sama mereka?" bisiknya pada Arkan, yang berbeda disampingnya.

"Iya nanti. Kita masuk dulu, Aa mau ngenalin Adik sama ibu panti disini."

"Hmm oke."

"Kamu kenapa nangis Mei?" tanya Zahra yang terlihat bingung dengan sahabat nya yang tiba-tiba menangis.

Meisya menghapus sisa air matanya. "Gue cuma terharu aja bisa kesini."

"Alah lebay banget lo," sindir Rangga lalu memutar matanya malas.

"Terserah gue lah. Kok situ yang sewot," balas Meisya tidak terima.

"Aneh banget lo, gitu aja nanges."

"Kek nya lo punya dendam ya sama gue? Perasaan gue aja baru kenal lo, huh."

"Gue cum-" ucapan Rangga terpotong ketika Agam mulai bersuara.

"Lo kenapa Ga? Tumben banget ngurusin hidup orang. Lo suka sama Meisya?"

"Dih engga," jawab Rangga cepat, sedangkan Meisya sudah memasang wajah kesalnya. "Amit-amit deh kalo gue disukain sama lo."

"Sampe kapan nih kalian mau berantem? Kaki Aiz pengel tauk berdiri terus nunggu kalian selesai ngomong," gerutu Maiza sambil memegang kedua lututnya.

"Haduh tuan putri kita cape katanya. Denger tuh Ga, gara-gara lo si Aiz pegal-pegal kakinya."

Rangga berdecak sebal. "Ck, ayo jalan!"

"Assalamualaikum," kompak mereka memberi salam ketika berada tepat di pintu rumah panti asuhan itu.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab seorang wanita paruh baya yang baru datang sambil tersenyum.

"Eh kalian sudah sampai. Ayo masuk."

Dia ibu Dini, pemilik panti asuhan Lentera Kasih. Beliau dan suami tidak bisa mempunyai seorang anak sehingga membuat nya termotivasi untuk membangun sebuah panti asuhan, walaupun awalnya tidak mudah karena keterbatasan keuangan, tapi akhirnya panti asuhan yang di bangun nya sudah bertahun-tahun lamanya berdiri berjalan dengan baik. Sang suami adalah seorang petani, yang hasil dari perkebunannya digunakan untuk kepentingan anak-anak panti, mulai dari makanan, pakaian, biaya sekolah dan lain sebagainya. Selain pemasukan dari hasil kebun, panti asuhan Lentera Kasih banyak mendapat donatur dari beberapa orang baik yang rela menyisihkan sedikit uang nya untuk anak-anak panti.

ARKAIZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang