23

653 99 31
                                    

Jinseo hanya menunduk sopan pada Jimin dan ikut masuk ke dalam lift.

"Ada apa dengannya? Kenapa tiba tiba mengundurkan diri? Dan kenapa menangis?" gumam Jimin heran, tepat setelah itu Seokjin berjalan melewatinya, ia pun membungkuk sejenak.

"Kenapa wajah sajang-nim babak belur?" gumam Jimin, sekilas ia melihat wajah atasannya yang babak belur.

"Apa mereka bertengkar?" gumam Jimin lagi.



*****



Setibanya di apartemen, Jungkook langsung masuk ke dalam kamarnya, ia duduk di tepi kasur dan masih menangis.

Jinseo merasa sedih dan sakit hati melihat kakaknya saat ini yang sepertinya sedang sangat hancur, perlahan ia mendekati pintu kamar kakaknya lalu mengetuknya pelan.

Tok
Tok

"Hyung, boleh aku masuk?" tanya Jinseo dengan lembut.

Tidak ada jawaban dari dalam. Jinseo mencoba membuka pintunya dan ternyata tidak di kunci, ia pun menghampiri sang kakak dan duduk di sampingnya.

"Hyung, jangan menangis terus, sudah ya," ujar Jinseo dengan lembut, ia menarik tubuh sang kakak lalu mendekapnya erat.

"Lupakan saja laki laki brengsek itu, ada aku disini, aku akan membantu hyung menjaga calon bayinya," ujar Jinseo lagi dengan lembut, tangannya mengelusi kepala sang kakak.

"Sakit Jinseo-ya hiks hati hyung sangat sakit hati hyung sangat hancur hiks," ucap Jungkook dengan sangat lirih, ia balas memeluk sang adik dan meremat kaosnya dengan kuat.

Kedua mata Jinseo mulai berkaca kaca, sungguh melihat kakaknya hancur seperti ini membuat hatinya juga ikut hancur, 'Kim Seokjin bajingan, kau membuat hyungku hancur seperti ini!' ucapnya dalam hati.

"Hyung sangat mencintainya Jinseo-ya hiks, dia cinta pertama hyung, hyung sangat berharap kalau dia adalah takdir hyung, tapi kenapa malah seperti ini hiks."

"Mungkin dia memang bukan yang terbaik untuk hyung, Tuhan melakukan ini pada hyung pasti ada alasannya, mungkin ingin menunjukkan pada hyung kalau laki laki yang hyung cintai saat ini bukanlah laki laki yang baik untuk hyung, dan hyung harus sadar akan itu. Jadi, sekarang hyung lupakan saja dia, aku tahu pasti sulit, tapi hyung pasti bisa, perlahan saja, di luar sana masih banyak laki laki yang lebih baik darinya."

"Tidak bisa Jinseo-ya hiks, hyung tidak bisa melupakannya begitu saja, bagaimanapun dia adalah ayah dari bayi ini hiks. Apa yang harus hyung katakan padanya nanti, apa yang harus hyung katakan tentang ayahnya hiks, hyung tidak mau berbohong padanya, tapi hyung juga tidak mau membuat dia sakit hati hiks."

"Maka dari itu hyung harus segera mencari penggantinya, masih ada waktu sembilan bulan sebelum dia lahir, hyung cari penggantinya yang mau menerima hyung apa adanya, yang lebih baik daripada si bajingan itu."

"Hyung tidak yakin bisa hiks."

"Pasti bisa hyung, kalaupun hyung tidak menemukan penggantinya, aku siap jadi ayah bayi ini."

Jungkook dibuat tertawa oleh perkataan adiknya itu, "Apa kau gila? Hiks."

"Bagaimanapun, aku akan membantu hyung merawat dan menjaga bayi ini," Jinseo mengusapi perut sang kakak yang masih rata.

"Apa kamu tidak marah pada hyung? Apa kamu tidak kecewa pada hyung?"

"Tidak, aku tidak akan seperti itu pada hyung, bagaimanapun ini bukan salah hyung sepenuhnya, dia juga tetap salah meski hyung yang terus menggodanya. Tapi, kalau waktu bisa di ulang, aku akan menjaga hyung lebih baik lagi, aku akan selalu bertanya tentangnya pada hyung dan membuat hyung jujur kalau hyung menyukainya, dan aku akan mencegah kejadian itu terjadi."

Until I Make You Mine [JinKook]Where stories live. Discover now