25

613 93 39
                                    

Entah kenapa, nama Jungkook tidak pergi dari pikiran Seokjin. Tadi pagi, ia menelepon Jungkook bertanya kenapa tidak ke rumahnya, saat sudah di kantor ia sempat bertanya pada Jimin kemana Jungkook, dan saat makan siang tadi ia menunggunya mengajaknya makan siang.

Entahlah, Seokjin sendiri tidak tahu kenapa dirinya masih memikirkan Jungkook, padahal ia sendiri yang menyuruhnya berhenti dan pergi darinya.

Mungkin karena ini hari pertama Jungkook berhenti bekerja jadi belum terbiasa dengan ketidak hadirannya, pikir Seokjin.



*****



Sudah 1 minggu berlalu sejak Jungkook dan Seokjin bertengkar di kantor Seokjin, dan sudah 1 minggu berlalu juga semenjak Jungkook berhenti bekerja.

Keadaan Jungkook dan Jinseo sekarang bisa di bilang baik baik saja, aman, tidak ada masalah, hanya sedikit kesulitan soal ekonomi. Jinseo hanya bekerja part time di sebuah cafe, dan tentunya gaji kerja part time tidak sebanyak itu, jadi Jungkook dan Jinseo sangat berusaha keras menghemat uang mereka, karena selain biaya hidup berdua, mereka juga harus membayar hal lain seperti bayar sewa apartemen.

Biasanya, setelah selesai sekolah, Jinseo pulang terlebih dahulu ke apartemen, untuk mengganti pakaiannya dan juga mengecek kondisi sang kakak, takutnya terjadi apa apa. Dan setelah dari apartemen, Jinseo kembali pergi untuk bekerja.

Memang melelahkan bagi Jinseo, apalagi ia bekerja hingga cukup larut malam, tapi jika ia tidak seperti itu, maka ia sendiri, kakaknya, dan keponakannya tidak akan bisa hidup.

Sudah berkali kali Jungkook berbicara dengan sang adik agar dirinya juga ikut bekerja yang ringan, setidaknya agar beban Jinseo tidak terlalu berat. Namun tentunya Jinseo menolak itu, ia tidak akan membiarkan kakaknya bekerja dengan kondisi sedang hamil meski pekerjaan ringan. Tidak, tidak akan pernah ia izinkan, lebih baik ia sendiri yang bekerja, tidak apa apa.

Jam menunjukkan pukul 9 malam, Jinseo belum pulang bekerja, sedangkan Jungkook saat ini tengah duduk di atas kasurnya. Ia sudah selesai segalanya, hanya tinggal bersiap untuk tidur saja.

Namun, dalam kondisi seperti ini, Jungkook tidak bisa tidur, pikirannya kacau, banyak yang ia pikirkan hingga rasanya ia sangat stres.

"Eomma appa hiks kenapa kalian pergi meninggalkanku dan Jinseo berdua hiks. Lihatlah keadaan kita berdua sekarang, apa eomma dan appa tidak merasa sedih dan bersalah pada kita berdua hiks. Aku sedang hamil sekarang, ayahnya tidak mau bertanggung jawab, aku berhenti bekerja, Jinseo jadi bekerja sangat keras untuk hidup kita bertiga, apa eomma dan appa tidak merasa kasihan pada putra bungsu kalian hiks. Andai eomma dan appa masih ada disini bersama kita, tidak meninggalkan kita berdua, keadaan kita tidak akan seperti ini dan baik baik saja hiks."

Jungkook menangis, rasanya ia sangat merindukan sosok kedua orang tuanya yang dengan teganya pergi meninggalkan dirinya dan sang adik beberapa tahun yang lalu.

"Eomma appa, aku merasa sangat bersalah pada Jinseo, aku seorang kakak disini, aku anak tertua di keluarga kita, aku yang seharusnya jadi tulang punggung disini, tapi aku sekarang pengangguran, tidak bekerja, dan aku dengan tidak tahu dirinya membiarkan dia banting tulang dan bekerja keras sendirian untuk menghidupi kakaknya yang bodoh dan memalukan ini hiks."

Jungkook membaringkan tubuhnya, ia menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya sampai kepala, ia meringkuk di bawah selimut masih dengan menangis.

"Kenapa eomma dan appa begitu tega meninggalkanku dan Jinseo? Kenapa salah satu dari kalian tidak memilih bertahan tinggal dengan kita berdua? Kenapa harus kalian berdua yang pergi, kenapa?" lirih Jungkook.

"Seokjin hyung, hyungie hiks, tolong kembalilah padaku, tolong terimalah bayi ini, tolong bertanggung jawablah, tolong bantu aku dan Jinseo, tolong hiks."

Until I Make You Mine [JinKook]Where stories live. Discover now