28

694 104 34
                                    

Jungkook menghela napas, "Terima kasih hyung tapi aku tidak mau, aku tidak mau memaksakan perasaanku, aku akan mengikuti kata hatiku saja," jawabnya.

"Baiklah, itu pilihanmu, aku harap kau nanti hidup bahagia, dengan siapapun itu."

Jungkook tersenyum, "Terima kasih hyung."

'Aku bingung harus bagaimana, apakah aku harus move on darinya dan mencari yang lain, atau tetap mencintainya dan berharap padanya. Tapi untuk move on pun rasanya tidak bisa, aku terlalu mencintainya, tapi untuk tetap seperti ini juga sedikit menyiksa diriku sendiri.'



*****



Usia kehamilan Jungkook sudah 4 bulan, dan sudah 3 bulan berlalu sejak Jungkook dan Seokjin berpisah.

Kini kondisi Jungkook sudah sangat baik, ia benar benar sudah tidak memikirkan keadaannya, yang ia pikirkan saat ini hanyalah kondisinya sendiri dan juga kandungannya. Bahkan, ia tidak memedulikan Seokjin lagi, meski masih tetap berharap padanya.

Semakin hari Jungkook semakin banyak dan sering menginginkan sesuatu, Jinseo tentunya selalu membelikannya, namun terkadang tidak juga disaat Jinseo sedang sekolah atau bekerja, dan Jungkook pun tidak mungkin meminta Yoongi dan Jimin membelikannya, mereka juga bekerja di perusahaan.

Sementara untuk kondisi Seokjin, semakin hari ia semakin memikirkan Jungkook dan juga anaknya. Rasa bersalahnya semakin hari semakin besar, ingin rasanya ia datang pada Jungkook, meminta maaf, lalu mulai menerima sang bayi, namun tentunya ia masih gengsi untuk melakukannya.

Seokjin sering mabuk sendirian di rumahnya, itu ia lakukan agar tidak terlalu memikirkan Jungkook, namun ternyata sama saja, mau itu mabuk atau tidak, Jungkook tidak pernah pergi dari pikirannya.

Hari ini, Seokjin merasa benar benar tidak bisa fokus bekerja. Entahlah, rasanya seperti semakin hari ia semakin sangat pusing melihat pekerjaannya, padahal selama ini ia baik baik saja, dan terbiasa dengan pekerjaannya yang selalu menumpuk. Tapi hari ini, rasanya ia benar benar sangat stres.

BRAK

Seokjin menggebrak meja kerjanya sendiri, "Argh sialan! Ada apa sebenarnya denganku?!" ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursinya, matanya ia pejamkan, lalu jari jempol dan telunjuknya memijati keningnya.

'Sepertinya aku benar benar mencintainya, semakin hari aku semakin tersiksa dengan ketidak hadirannya di sampingku, semakin hari aku semakin memikirkannya, semakin hari aku semakin merindukannya, semakin hari aku semakin ingin bertemu dengannya, semakin hari aku semakin ingin memilikinya,' ucap Seokjin dalam hati.

Helaan napas berat keluar dari Seokjin, "Lalu aku harus apa sekarang huh?! Apa yang harus aku lakukan?!" tanyanya entah pada siapa.

Selama beberapa saat Seokjin hanya terdiam berpikir, ia berpikir apa yang harus ia lakukan. Setelah beberapa saat meyakinkan dirinya, ia pun beranjak dari duduknya, lalu keluar dari ruangannya.

Tok
Tok

Seokjin mengetuk ruangan Jimin.

"Silahkan masuk sajang-nim," ucap Jimin, Seokjin pun langsung masuk.

"Ada perlu apa sajang-nim, kenapa tidak memanggil saya?" tanya Jimin sambil menghampiri Seokjin dan membungkuk sejenak padanya.

"Duduklah, aku ingin bertanya sesuatu," ucap Seokjin dengan nada datar dan dinginnya, ia pun duduk di sofa diikuti Jimin.

"Apa yang ingin sajang-nim tanyakan?" tanya Jimin penasaran, ini pertama kalinya atasannya itu bertingkah seperti ini.

"Bagaimana caranya meminta maaf dengan tulus dan berbaikan dengan seseorang?" tanya Seokjin, ia sudah memantapkan hatinya ingin kembali pada Jungkook.

Until I Make You Mine [JinKook]Where stories live. Discover now