Stop It's so painful

21.9K 1.1K 8
                                    

Secangkir caramel machiato dan sepiring red valvet terasa cukup bagi Nata. Ia terlihat sibuk dengan Iphone mininya itu, menarikan jari lentiknya di layar ponsel. Sesekali ia tersenyum seperti orang gila saat melihat foto selfinya dengan pria itu. Raka. Ah... dia sangat merindukan pria itu.

"Nataaaaa!!!!" Seseorang menepuk pundaknya membuat ia hampir kehilangan keseimbangan dan terjungkal dari kursinya.

"Ih Sandra! Lo tuh yah" Nata mengelus dadanya dari keterkejutan.
"Abisnya lo senyum-senyum sendiri dah kayak orang kesambet" Sandra langsung duduk didepan gadis itu dan menyerup Caramel machiato milik Nata.
"Dasar gak modal, btw lo mau ngomong apa sih? Sok penting amat" Nata memutar bola matanya, biasanya jika sahabatnya itu berbicara penting pasti ada hubungannya dengan pacarnya, Vino.

"Hmm tapi lo jangan kaget yah Nat, gue pikir namanya aja kali yang sama.  Ini!" Sandra mengeluarkan sebuah undangan berwarna perak dari tasnya.

"Tapi janji yah Nat, lo jangan kaget" Sandra kembali memperingati Nata.
"Iya bawel amat, sini undangannya" Nata merampas undangan itu dari tangan Sandra.

Ia mulai membuka undangan tersebut dan didalamnya tertulis pengantin wanitanya ialah Seila Ivanova Pearce dan Pengantin prianya Naraka Rigantara.

Kepala Nata tiba-tiba berdenyut dan pandangannya mulai mengabur dan semakin mengabur hingga semua terlihat gelap sempurna.

***
Tepat dua minggu sejak Seila menyatakan bahwa ia ingin menikah tapi sayangnya tidak dengan Azka dan pria malang itu kini berdiri tepat didepan gerbang resepsi pernikahan dengan sejuta kebimbangan diwajahnya apakah ia akan datang kepesta itu dengan kemungkinan terburuk ia akan mengacaukan pernikahan itu atau ia akan mengingkari janjinya dengan Seila untuk datang di pesta pernikahan sahabatnya itu.

Pergi... tidak...
Pergi... tidak
Pergi...

Namun sepertinya kakinya tidak dapat diajak kompromi dan malah berjalan memasuki gerbang itu.

Dan disana berdiri seorang bidadari cantik yang melambaikan tangan kearahnya. Gaun pernikahan itu melekat indah ditubuh rampingnya dan wajah manis itu dipolesi make up tipis namun malah membuatnya terlihat semakin mempesona.
"Azkaaa" pekik gadis itu dari arah kursi pelaminan.

Azka berjalan mendekat kearah sepasang pengantin baru itu. Seila, gadis itu terus melambaikan tangannya kearah Azka dengan riangnya, siapapun akan tahu seberapa bahagia gadis itu hari ini.

"Yaampun Azka aku pikir kami gak bakalan datang" Seila memeluk Azka dengan erat yang bagi Azka malah terasa seperti meremas hatinya yang rapuh itu

Azka hanya tersenyum kaku didepan sahabatnya itu. Dan kemudian beralih menyapa Raka yang memeluk pinggang Seila dengan mesra.

Mereka bersalam layaknya seorang pria "Selamat yah Bro, yang sabar ngadepin kecerewetannya Seila dan jagain baik-baik, jangan sampai disambar orang " termasuk aku, jawab Azka dalam hati.

Raka hanya mengganguk mengerti.."Aww" teriak Azka karena dicubit Seila "Kamu juga, cepat nyusul nikahnya, udah 33 loh Azka bisa-bisa Tante Galuh jodohin kamu" Seila menasehati sahabatnya itu. Dan Azka hanya mengganguk.

"Gimana mau nikah, calon istrinya aja udah nikah sama yang lain" Gumam Azka dalam hati.

"Yaudah balik dulu yah" ucap Azka sambil berjalan menjauh. Ia butuh segelas air untuk mendinginkan otak dan hatinya yang memanas. Iya tentunya tak ingin merusak hari bahagia sahabatnya itu.

Bruk...
Seseorang menabrak tubuh Azka dan sang penabrak malah terjatuh ke lantai.
Setetes cairan bening jatuh mengenai sepatu pantofel hitam milik Azka dan selang beberapa lama suara isakan tertahan terdengar.
"Sorry" ucap Azka. Azka tidak kuat melihag seorang gadis menangis walaupun dia tidak salah sekalipun.

Namun gadis itu malah tidak berhenti dan malah tangisannya semakin mengeras dan membuat orang disekitar mereka memandang mereka dengan pandangan yang susah ditebak.

Azka pun mensejajarkan tubuhnya dengan gadis yang sedang terduduk itu. "Please don't cry" pinta Azka sambil mengelus pundak gadis aneh itu. Gadis mana yang datang di pesta besar dengan pakaian kaos oblong dan celana jeans itu? dan jangan lupakan gadis itu bahkan memakai sendal jepit usang.

Dan gadis aneh itu memeluk Azka dengan erat dan menggelantungkan tangannya di leher Azka dan tetap terisak. Azka bisa gila jika gadis itu tidak berhenti menangis. Ia sekarang terlihat seperti seorang pria yang tidak bertanggung jawab pada kekasihnya yang hamil dan berniat meninggalkannya.

Azka pun melepaskan pelukan gadis itu dan menariknya keluar dari gedung. Gadis itu masih terisak disampingnya. "Sorry" ucap gadis itu disela isakannya.

Azka hanya mengggaguk dan berniat pergi dari tempat itu, ia butuh menenangkan dirinya. Tapi tiba-tiba sebuah tangan menghalanginya. Gadis itu memegang tangan Azka dengan lemahnya.

Mata gadis itu tampak begitu sayu. Kacamata gadis itu bahkan sudah mengabur dan tanpa disangka gadis itu pingsan dalam pelukan Azka yang sigap menangkapnya.

"Hal yang paling kubenci dari sebuah pertemuan ialah saat aku tersadar suatu saat kau akan mengucapkan kata 'selamat tinggal' tapi bagaimana jika kau sudah menjadi oksigen untukku. Akankah aku siap melepasmu?" - Brokenheart Couple

Brokenheart CoupleOnde histórias criam vida. Descubra agora