The Man Who Can't Be Moved

16.5K 816 8
                                    

Kepulan asap rokok menyeruak di ruangan itu. Entah puntung rokok keberapa yang sudah dihisap pria itu. Ia tidak peduli.

Mata hitamnya menatap kosong pemandangan malam kota Jakarta. Kerlap kerlip lampu dari bangunan-bangunan yang tampak bagai bintang menghiasi pemandangan malam itu.

Jika kalian berpikir pria itu sedang menikmati malam ini maka kalian salah besar. Nyatanya pria itu sangat kacau. Beruntung ia sudah bisa mengendalikan semuanya. Tidak seperti 3 tahun lalu saat ia menjadikan minuman keras dan rokok sebagai sahabatnya.

Ia kini terlihat baik-baik saja walaupun kenyataannya ia hanya berusaha terlihat baik-baik saja. Ia hancur karena rasa rindu dan rasa bersalah yang tiap hari menggerogoti dirinya.

"Sampai kapan lo kayak gini hah?" Suara bariton terdengar dibelakangnya. Bahkan pria itu dengan lancang merebut puntung rokok di jari pria itu dan menekannya di asbak rokok hingga padam.

Pria kacau itu berbalik dan menatap pria itu dengan tatapan datar. Tatapan yang sudah menjadi ciri khas pria itu dimulai sejak 5 tahun lalu.

"Apa peduli lo?"

Pria itu Bryan menghembuskan napas lelah. "Kalau lo terus gini lo malah bikin Nata gak bisa tenang di alam sana"

"Dia belum mati. Dia masih hidup dan bakalan kembali ke gue suatu saat nanti" ujar pria itu dan kemudian mengambil duduk di sofa kantornya.

Ia sudah lama tidak kembali ke apartemen. Ia lebih memilih tidur di ruangan kantornya dibanding di apartemen miliknya. Karena ia malah akan semakin gila jika berada di apartemen itu. Seluruh sudut rumahnya membuat ia berhalusinasi akan keberadaan Nata. Ia terus mengingat wanita itu setiap ia berada diapartemen mereka dulu.

"Kapan lo bakalan terima kenyataan, Bro? Bahkan Seila sendiri sudah lelah perjuangin lo. Setidaknya lo harus mulai buka lembaran baru. Lo harus move on bro! Ini udah lima tahun!" Bryan menatap Azka khawatir. Pria itu lebih terlihat seperti mayat hidup sekarang bahkan beberapa tahun lalu lebih buruk lagi.

"Gak! Gue mau nunjukin ke Nata kalau gue serius cinta sama dia dan gue gak akan duain dia untuk siapapun itu. Gue cinta mati ama dia Bro"

Bryan menggelengkan kepalanya. Pria dihadapannya ini memang keras kepala. Dan ia sadar sepupunya itu betul-betul cinta mati dengan mantan istrinya itu. Mengingat itu membuat Bryan merasa sangat bersalah. Ia lah yang membuat Nata pergi meninggalkan Azka dan wanita malang itu kini sudah tiada. Meninggal tragis dalam kecelakaan pesawat lima tahun lalu.

"Azka" gumam Bryan namun tetap menundukkan kepala. Menatap sepatu pantofel miliknya.

Azka berdehem menanggapi pangggilan sepupunya itu. Ia masih sibuk dengan gelas kopi ditangannya.

"Sorry" ucap Bryan yang terdengar seperti cicitan.

"Buat apa?"

"Gue... gue yang udah buat Nata pergi" ucap Bryan dengan pelan. Ia menggigit bibirnya mencoba menghalau rasa gugup dan rasa bersalah didirinya.

Seperti suara guntur yang menggelegar. Azka mendongakkan kepalanya. Ia terdiam kaku mencoba meresapi kata-kata sepupunya itu yang juga berstatus sebagai sahabatnya.

Bug.

"BRENGSEK LO!!!" Azka menggeram dan terus memukuli pria itu tepat di rahangnya. Emosi yang ia pendam kembali menyeruak ke permukaan.

Bryan tidak berkutik, ia menerima pukulan membabi buta sepupunya itu tanpa perlawanan. Ia pasrah karena dengan itulah ia merasa lebih tenang seakan bebannya terasa hilang dengan rasa sakit akibat pukulan itu. Ia merasa sangat pantas mendapatkannya atas apa yang sudah ia lakukan.

Brokenheart CoupleOnde histórias criam vida. Descubra agora