Brittle

17.4K 944 4
                                    

Nata membuka pintu rumahnya. Kosong. Pemandangan yang sudah biasa baginya, ia kemudian berjalan menuju dapur dan mengambil sebotol besar air dingin dari dalam kulkas dan langsung meneguknya.
Ia tertawa, menertawakan dirinya lebih tepatnya hidupnya yang hancur. Tapi selang beberapa detik ia menjatuhkan dirinya ke lantai dapur yang dingin itu. Menekuk lututnya dan membenamkan wajahnya pada sela lututnya dan kembali tubuh rapuh itu menangis terisak. Terakhir kali ia menangis saat ayahnya pergi meninggalkan ia dan mamanya demi wanita selingkuhan ayahnya dan dengan teganya ayahnya melakukan itu disaat hari ulang tahunnya yang ke-10 disaat ia masih belum mengerti arti kata 'selamat tinggal'. Kini ia mengerti perasaan mamanya saat ditinggal pria brengsek itu. Sakit, perih dan kecewa... sama seperti saat Raka meninggalkannya.

"Mama...hiks" Nata mempererat pelukan pada kakinya sembil terus terisak memanggil mamanya.

***
Bunda telah pergi sejak sejam yang lalu setelah puas memaki gadis malang itu dan Azka masih mematung di tempat yang sama. Ia menyesal dan merasa kesal pada dirinya. Ia bahkan tidak bisa membela gadis yang tidak tahu apa-apa itu dihadapan Bundanya.

Dreettt...
Azka berbalik dan mencari sumber suara itu yang ternyata berasal dari sebuah iphone mini yang jelas bukan miliknya

57 miss calling 59 pesan. Sangat banyak

Ia membuka salah satu pesan itu. Lancang memang tapi rasa penasarannya lebih tinggi

From: Cassandra
Nata, lo gak bunuh dirikan?

Azka menaikkan alisnya membaca pesan itu, sefrustasi itu kah gadis itu?

Ia membuka pesan lainnya
From: My lovely Raka
Angkat telpon aku honey, we need to talk. Love you and miss you more than you know

Azka kembali mendengus mengapa ia harus melihat nama Raka lagi? Apa tidak ada nama lain didunia ini. Dan ooh mungkin saja gadis bernama nata itu sedang bertengkar dengan kekasihnya itu

Drett...
Cassandra bawel calling

Angkat... tidak..
Angkat...
"Hallo?" Sapa Azka pada penelpon itu.
Jeda cukup lama hingga penelpon itu kembali berbicara
"Ini siapa? Dan kenapa hp nata bisa ada ditangan lo?" Tanya gadis itu ketus.
"Hmm saya temannya dan Nata ketinggalan ponselnya di apartemen saya" balas Azka setenang mungkin.
"What apartemen? Lo gak ngapa-ngapain Nata kan? Akhg...terus sekarang Nata dimana?" Cerocos gadis itu.
"Saya juga tidak tahu" dan tutt... gadis penelpon itu mematikan telpon secara sepihak.

***
Gelap. Sandra memberanikan dirinya masuk lebih jauh kedalam rumah itu. Dan suara wanita menangis terdengar ditelinganya.
Ia segera berlari menuju tempat yang ia rasa sumber suara itu dan langsung mencari saklar lampu dan klekkk...

Ia melihat sahabatnya tergeletak tak berdaya di lantai dapur.
"Nataaa bangun nat!!! Ih akting lo jelek, ih Nat bangun!" Gadis itu mengguncang tubuh sahabatnya namun tak ada respon sedikitpun.

***
"Gimana keadaan Nata dok?" Tanya Sandra dengan khawatir dan dokter itu pun tersenyum kearah gadis itu.
"Maag nya kambuh. tapi nanti jangan lupa diingatkan agar makan teratur" ucap dokter itu dan kenudian keluar dari ruang rawat.
"Tuh kan apa gue bilang cuman maag gue kambuh doang. Lo lebay amat. Noh potongin apel buat gue" Nata menunjuk apel diatas nakas sambil memperlihatkan cengiran khasnya. Yah, Nata sudah siuman sejam yang lalu dan kini Nata sudah kembali menjadi gadis yang bersemangat.
"Lo sih pake acara pingsan segala bikin gue jantungan aja" dengus Sandra sambil tetap memotongkan apel untuk Nata.
"Sandra sini deh, dekat gue" Sandra pun mendekati Nata dan tanpa diduga gadis itu memeluknya erat dan Sandra bisa merasakan seberapa rapuh gadis itu walaupun ia bersikap seakan semua baik-baik saja.

"Thanks ndra" bisik gadis itu dan dibalas anggukan pelan oleh Sandra.
"Udah ini makan dulu" sandra menyuapkan apel itu.
"Ponsel lo ketinggalan di apartemen teman cowok lo. Sejak kapan lo punya teman cowok?" Tanya Sandra sambil terus menyuapi Nata.
"Nanti gue ceritain tapi jangan sekarang" pinta Nata yang dibalas anggukan oleh Sandra "Tapi janji lo yah"

Brokenheart CoupleWhere stories live. Discover now