Please Don't Say Good Bye

16K 806 12
                                    

Azka mengirup bau harum buket bunga mawar putih ditangannya. Ia tersenyum senang. Ia tahu seminggu belakangan ini ia begitu sibuk dengan masalah dikantor hingga jarang memperhatikan wanitanya. Ia yakin ibu hamil itu sekarang sedang memanyungkan bibirnya sambil menghentakkan kakinya dengan kesal. Ah... dia sangat merindukan wanita bawel itu hingga rasa rindu ini terasa membuncah.

Azka mengetok pintu rumah dihadapannya itu dengan buket  bunga mawar putih yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya.

"Nata..." panggilnya keras.

Bahkan setelah berkali-kali mengedor pintu tapi sosok yang ia rindukan tidak jua muncul.

Beruntung ia ingat kebiasaan Nata meletakkan kunci rumah di bawah pot bunga yang terletak didekat pintu utama.

I got it!

Azka segera membuka pintu itu dengan kunci yang ia temukan.

Kesan pertama yang muncul ialah gelap. Bahkan gorden rumah itu tertutup dengan rapat.

"Nata... kamu dimana?" Panggil Azka.

Ia mencari di ruang keluarga, dapur dan bahkan di taman belakang namun sosok itu tidak juga ia temui.

Kamar! Yah... hanya tempat itu yang belum.

Ia melangkahkan kakinya menaiki lantai 2 tempat dimana kamar Nata berada. Ia mulai membuka pintu putih itu.

Kosong. Tidak ada seorangpun didalam sana. Bahkan suasana disini tidak jauh berbeda dengan suasana dibawah sana. Gelap dan hampa.

"Nat... kamu dimana sih?" Azka menggerutu kesal.

Ia merogoh kantongnya dan secepat kilat menekan nomor-nomor yang berada diluar kepalanya.

Namun sial! Hanya suara operator yang terdengar disana.

"Astaga Nata, kamu dimana sayang?" Azka mengacak rambutnya dengan frustasi hingga matanya menangkap sesuatu yang tampak mencolok. Sebuah surat berwarna merah muda yang diletak diatas meja rias itu.

Ia membolak balikkan kertas itu. Dan tertulis namanya diatas sana.

For. My Azka

Azka mulai membuka surat itu. Ada beberapa bekas air diatas surat itu hingga mengaburkan beberapa tulisan diatasnya namun beruntung ia masih bisa membacanya. Ia yakin Nata pasti sedang menangis saat menuliskan ini. Tapi kenapa?

Hi Kak...
Apa kabar? Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu sudah makan?

Kak... saat kamu membaca surat ini artinya aku sudah pergi jauh. Sangat jauh.

Aku yakin aku akan merindukanmu kak. Sangat. Sama seperti aku merindukan Mama. Ah... aku jadi ingin bertemu mama.

Kak... aku meminta maaf karena aku kakak jadi menderita. Aku tahu selama ini kakak berpura-pura mencintaiku. Tenang saja aku tidak marah... justru aku marah pada diriku sendiri kak. Kenapa aku begitu egois? Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa aku begitu kejam...

Aku tahu kakak tidak pernah mencintaiku. Jika bukan karena bayi yang kini ada dalam rahimku mungkin kakak sekarang sudah berbahagia dengan cinta sejati kakak bukannya menderita bersamaku karena aku bukanlah tulang rusuk kakak yang hilang.

Kak... sekali lagi maafkan aku. Aku terlalu egois. Aku terlalu mencintai kakak hingga aku takut kakak meninggalkanku. Padahal hati kakak memang telah lama meninggalkanku.

Kak... hari ini aku mengambil penerbangan menuju ke London. Jangan mencariku kak, aku mohon...

Berbahagialah kak. Kejar mimpimu. Aku disini akan selalu mendoakanmu dan menjaga malaikat kecil kita.

Brokenheart CoupleWhere stories live. Discover now