Wedding Contract?

15.9K 801 6
                                    

"Kak udah dong" gadis itu memberenggut kesal. Tentu saja pasalnya pria itu terus membawanya mondar mandir keliling butik dan gonta ganti baju.

"Gak. Sekarang capet ganti" pria itu kembali menyuruhnya kembali ke ruang ganti 'terkutuk' itu.

Gadis itu menghentakkan kakinya ke lantai. Terlihat jelas ia menahan emosinya namun ia tetap berjalan kembali ke ruang ganti itu.

"Nata!!!" Azka berseru kaget melihat Nata yang telah keluar dari ruang itu.

Jangan membayangkan seorang gadis dengan dress indah atau sexy yang mampu membuat pria manapun menganga saking terkagumnya.

"Setelah aku pikir panjang mending aku seperti ini aja kak. Gak ribet" Azka membelalakkan matanya. Untuk pertama kalinya dalam hidup ia melihat seorang gadis yang membenci gaun-gaun mahal itu. Bahkan tadi saat diajak membeli tas branded, ia malah menolok tegas dan tetap memilih tas punggung buluknya itu.

Azka menghembuskan napasnya "kamu yakin siap nemuin ayah dan bunda aku dengan penampilan seperti itu?"

Gadis itu, Nata menggaruk tengkuknya "Gak tahu. Tapi gak ada salahnya di coba kan?" Gadis itu memperlihatkan cengiran lebarnya.

Azka hanya mengangkat tangan. Ia tidak mengerti cara berpikir wanita, terutama wanita dihadapannya ini.

***
"Ini beneran rumah kamu?" Mereka baru saja tiba namun gadis itu terus menengok kesana kemari dengan wajah kagumnya.

Azka hanya menggangukkan kepalanya. Dan kemudian saat mereka memasuki rumah itu beberapa pelayan tampak berjajaran dan menunduk memberi hormat pada mereka.

"Selamat datang tuan muda, anda sedang ditunggu oleh tuan dan nyonya besar dari tadi"

"Silahkan ikuti saya" ucap wanita tua yang tampaknya ialah kepala pelayan di rumah itu.

Sesampainya diruangan itu. Tampak berbagai lukisan dan ukiran indah menghiasi dinding rumah itu. Dan terdapat sebuah meja makan besar ditengah ruangan itu.

Dan disana duduk dengan angkuh sepasang pria dan wanita paruh baya yang Nata yakini ialah 'calon mertuanya'. Dan disampingnya seorang gadis yang tampak seumuran dengannya yang menatapnya dengan tatapan menilai.

"Kamu?" Wanita paruh baya itu terlihat begitu tercengang melihat sang putra kesayangan datang membawa seorang gadis dengan dandanan aneh. Gadis mana yang datang menemui calon mertuanya untuk pertama kalinya dengan celana jeans yang tampak robek disana-sini, baju kaos hitam dengan gambar kartun dan juga sepatu converse buluk dan jangan lupakan tas punggung yang terus ia bawa yang telah penuh dengan tambalan dan peniti disana-sini.

"Azka kenapa gadis jalang itu bisa ada disini? Cepat usir dia azka!!!" Calon ibu mertuanya itu benar-benar murka. Ternyata insiden salah paham itu masih membekas dalam pikirannya. (Read: misunderstanding)

Nata menggeratkan genggaman tangannya pada pria disampingnya itu. Pria itu memandang gadis disampingnya itu yang telah menjatuhkan bulir-bulir keringat dingin dari dahinya.

"Dia calon istri pilihan Azka, ayah bunda. Dia wanita yang nantinya akan menjadi ibu untuk anak-anak kami nanti" ucap pria itu dengan tegas. Pria ini benar-benar berbakat menjadi seorang aktor film. Jika saja ia tak ingat bahwa semua ucapan pria itu ialah kebohongan mungkin ia pasti akan ikut terbawa suasana.

Wanita tua itu memegang tengkuknya dan memijat dahinya "Bunda memang memintamu segera menikah. Bunda pikir kamu akan mencari gadis seperti Seila namun? Akhg tekanan darah bunda bisa naik"

"Bunda, maafkan Azka tapi Azka akan tetap memilih Nata untuk jadi Istri Azka" pria itu mendekati bundanya dan memeluk wanita itu dari belakang.

"Hm" sebuah suara deheman berat mengintrupsi seluruh kegiatan diruangan itu.

Suara sang ayah mertua.

"Azka dan kamu duduklah" pinta pria tua itu tegas. Azka segera menarik Nata untuk duduk dikursi itu sambil terus menggenggam tangannya memberi sebuah kekuatan bagi gadis itu.

"Makanlah dulu" pinta pria tua itu lagi dan seakan di aminkan oleh semua yang ada diruangan itu.

Nata memandang penuh minat pada makanan dihadapannya. Selera makannya memang cukup besar untuk ukuran gadis bertubuh kecil sepertinya namun kali ini selera makannya seakan menguap.

"Jadi siapa namamu?" Tanya pria baya.

"Nata om" jawab Nata dengan senyum ramah.

"Jangan panggil om. Panggil ayah saja. Bukankah sebentar lagi saya akan menyandang status ayah  mertua" ucap pria itu walaupun masih dengan ekspresi dan nada suara yang sama datarnya namun ia tahu satu hal, pria paruh baya itu sedikit tersenyum walaupun hanya sekilas.

"Ayah..." bunda Azka merajuk.

"Tidak bun. Azka sudah memilih. Dan ia pasti sudah tahu konsekuensinya dan sepertinya Nata bukan gadis seperti yang bunda maksud" ucap pria itu dengan tegas. Terlihat 'calon ibu mertua'nya itu memberenggut kesal.

"Kalian menikah minggu depan. Soal persiapannya ayah yang atur"

"Ayah, bukankah itu terlalu cepat?" Tanya Azka.

"Menikah minggu depan atau tidak sama sekali" dan tanpa pikir panjang pria itu, Azka yang ia kenal pria yang tak pernah ingin mengalah akhirnya harus tunduk pada sang ayah.

***
Nata terus menatap pria disampingnya dengan penuh frustasi. Pasalnya mereka diharuskan menikah minggu depan. Nata memang tahu salah satu rencana yang mereka susun ialah saling 'menikah' tapi bukan dengan waktu secepat itu.

"Emang gak bisa diundur yah kak. Aku takut" ucap Nata sambil menopangkan dagunya.

"Sorry tapi kita gak punya pilihan" Azka kembali sibuk dengan berkas-berkasnya. Mereka kini sedang berada di ruang kerja milik Azka.

"Tapi nikah itu bukan main-main kak. Itu janji suci dihadapan Tuhan"

"Aku tahu. Tapi hanya ini cara yang terpikir untuk memiliki Seila" Azka menatap Nata yang tengah duduk di sofa yang berada di tengah ruangan itu.

"Kamu sayang banget yah sama kak seila?"

"I love her more than you know" ucap Azka yang telah berdiri dan menatap pemandangan hiruk pikuk kota lewat jendela kaca itu.

"Ok. I see" Nata kemudian mengambil sebuah kertas dan bulpen dari meja pria itu dan mulai menuliskan sesuatu.

"What are you doing?" Tanya Azka ketika melihat gadis yang tadinya sibuk mengomel itu kini malah sibuk dengan kertas dan bolpen.

"Hustt wait"

Gadis itu membaca beberapa kalimat yang ditulisnya dan kemudian menganggukan kepala.

"Ini" Nata menyodorkan kertas tersebut ke pria itu.

Beberapa saat pria itu menyeringitkan dahinya. Dan menatap gadis dihadapannya dengan tatapan seakan meminta penjelasan.

"Aku sering lihat di novel. Tapi gak ada salahnya kita coba. Bukannya harus ada hitam diatas putih. Kalau mau dikoreksi atau ditambahin boleh kok"

Pria itu menangguk "aku gak suka yang ini. Dilarang adanya hubungan fisik? Bagaimana dengan gengaman tangan? Aku gak mau bunda curiga"

"Tapi..."

"Gini aja gimana?" Azka memperlihatkan hasil koreksinya dan diangguki oleh Nata.

Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama: Azka Putra Altariq
Umur: 32 Tahun.
Status: Single.

Bersedia menikah berdasarkan hukum dan agama dengan:
Nama: Tania Natasya Rigantara
Umur: 21 Tahun
Status: Single

Dengan syarat
1. Pihak pertama dan kedua tidak dapat saling mencampuri urusan masing-masing.
2. Tidak ada sentuhan atau hubungan fisik kecuali dihadapan orang lain.
3. Pernikahan akan berakhir jika misi rahasia telah selesai.
4. Jika dalam jangka waktu setahun misi belum juga selesai. Maka pernikahan dianggap selesai

Tertanda,

(Tanda Tangan Azka Putra Altariq)

(Tanda Tangan Tania Natasha Rigantara)

Tuhan apa pilihan ini benar?

Brokenheart CoupleWhere stories live. Discover now