A Dot of A Sentence

19.8K 719 3
                                    

"S-seila..." Nata tergagap menatap wajah cantik wanita dihadapannya itu. Ia tetap anggun seperti terakhir kali mereka bertemu.

Derap kakinya makin terdengar jelas. Senyum wanita itu seakan mengandung berbagai arti dan namun Nata bukanlah seorang yang mampu membaca pikiran orang lain.

Wanita itu menepuk pundak Nata dan tersenyum. "Apa kabar?"

Nata mengerjapkan matanya. Senyum wanita itu terlihat tulus namun siapa yang tahu hati manusia.

"Aku tahu kamu pasti curiga. It's ok. Aku kesini cuman pengen membicarakan sesuatu aja" Seila mengibaskan tangannya seolah segala sesuatu terdengar sepele baginya namun berbeda dengan Nata. Wanita itu malah tanpa sadar berjalan mundur.

"Aku tahu aku udah banyak salah sama kamu Nat. Aku... minta maaf" ucap Seila.

Nata tidak berani menatap mata Seila. Segala pikiran buruk terus menggerayangi otaknya. Mengapa wanita itu datang kembali ke kehidupannya? Mengapa disaat ia sedang merasakan manisnya kehidupan.

"Nat..." panggil Seila lirih.

Nata berusaha mendongakkan kepalanya. Kini matanya terbuka lebar menyaksikan suguhan langka dihadapannya.

Seorang Seila Ivanova Pearce menangis.

Nata tanpa sadar berjalan mendekati wanita itu. Merangkul tubuh langsing wanita itu.

"Aku salah Nat. Aku tahu aku pantas dapatin ini semua. Tapi... tapi aku juga ingin tenang" ucap wanita itu dengan sesegukan.

Nata menepuk punggung wanita itu. "Semua udah berlalu Kak. Yah walaupun aku mungkin gak akan bisa melupakannya tapi aku udah maafin kak. Jadi berhenti nangis yah Kak"

Nata mengusap air mata yang jatuh di pipi Seila. Ia tersenyum hingga ikut membuat Seila tersenyum.

"Aku jadi tahu kenapa mereka berdua jatuh cinta ama kamu" Ucap Seila. Ingatannya kembali pada kedua pria yang dulu ia cinta yang sayangnya tidak akan pernah ia miliki.

Nata mengerutkan keningnya mendengar perkataan Seila. Namun belum juga ia sadar, Seila menyodorkan sebuah undangan berwarna merah padanya.

Nata menatap undangan itu bingung. Hingga beberapa saat kemudian ia menutup mulutnya karena kaget.

Ia menatap wanita dihadapannya yang masih terduduk dengan wajah malu. "Fabio?"

Seila menganggukkan kepala. "Dia temanku pas kuliah dan kami ketemu pas aku lagi mengasingkan diri. Aku gak tahu gimana bisa kami mutusin buat nikah. Semuanya mengalir begitu aja"

Nata menganggukan kepalanya. Pikirannya memutar pada sosok Fabio yang menyebalkan itu. Tapi mengingat sikap jahil namun manis milik pria itu, ia yakin mengapa pria itu bisa mencuri hati seorang Seila.

"Gimana dengan Kak Raka? Aku gak ketemu dia bahkan pas hari pernikahan aku" Tanya Nata. Namun seketika ia merasa ingin memukul mulutnya yang langcang itu. Bagaimana pun wanita dihadapannya ini dulu sangat menggilai pria itu.

"Ah Raka. Dia ama aku ketinggalan pesawat hari itu. Terkadang aku mikir kenapa bisa dulu aku nikah sama cowok lelet kayak dia" dengus Seila.

Seila menepuk punggung Nata. "Jangan khawatirkan dia. Walaupun mungkin dia belum bisa lupain kamu, dia gak akan pernah berani merusak kebahagian kamu Nat. Aku berharap dia bisa segera move on kayak aku hehe" Seila terkekeh lagi mengingat wajah sengsara mantan suaminya itu.

"Oeek" Seila berhenti tertawa saat melihat Nata yang menahan mualnya. Wajah putih wanita itu kini semakin memucat..

"Oekk" Nata segera berlari menuju kamar mandi terdekat. Ia memuntahkan isi perutnya.

Seila membantu memijit tengkuk Nata dan memandang khawatir wanita itu. Wajahnya sangat pucat.

"Makasih Kak" ucap Nata pelan saat ia merasa sudah lebih baik.

Seila menganggukan kepala. "Kamu sakit Nat?"

Nata menggelengkan kepala. "Aku rasa aku gak makan macam-macam deh Kak apalagi masuk angin"

"Jangan-jangan kamu..." Seila menggantungkan perkataannya. Ia menaik-turunkan alisnya dengan senyum menggoda Nata.

Nata membulatkan matanya saat ia mengerti maksud dari wanita itu. "Aku hamil?"

Brokenheart CoupleOnde histórias criam vida. Descubra agora