Too Late

15.9K 635 15
                                    

Someone says, "Don't comeback to the old love. It's like reading a book over and over again, when you already know how it ends"

So, what must i do? - Tania Natasya Rigantara (Brokenheart couple)

***
Azka menenggalamkan wajahnya diantara sela lututnya. Tubuhnya bergetar hebat karena menahan isakannya sendiri.

Ia pernah merasakan hal yang sama seperti ini tapi mengapa rasanya kali ini lebih buruk dari sebelumnya. Rasa kecewa dan penyesalan melingkupi dirinya.

Jika saja dulu ia lebih menjaganya, semua tak akan seperti ini.
Jika saja dulu ia berusaha sebaik mungkin mungkin semua akan lebih baik.

Astaga, bodohnya aku!

Azka mengangkat wajahnya dan meraih sebuah kartu undangan berwarna putih dengan hiasan pita merah muda.

Hatinya terbelah menjadi dua, tiga, dan entah berapa. Karena nyatanya ia seakan menahan napasnya ketika memegang undangan itu.

Ia pernah merasa seperti ini saat Seila memberinya undangan pernikahan dan sialnya juga disaat ia sedang ingin melamarnya. Tapi, kenapa rasanya kali ini lebih menyakitkan?

Nata mengatakan bahwa ia tidak perlu takut karena ia masih akan tetap menjadi ayah untuk anak-anak mereka dan menjadi sahabat bagi Nata. Tapi itu tetap sama saja, kata itu tetap terdengar seperti kata 'selamat tinggal'.

"Nata... apa yang harus aku lakukan?" Gumam Azka lirih. Kini ia tidak lagi memiliki penopang hidupnya, sanggahan hidupnya, semangat hidupnya, dan tidak akan lagi ada pelukan yang hangat seperti dulu karena setelah hari itu mereka akan saling canggung, seperti dua orang yang tak saling mengenal.

Azka kembali memejamkan matanya dengan erat. Azka kembali teringat wajah sembab Nata , saat ia mengeluarkan cincin berlian dari kantongnya dan memasangnya di jari manisnya.

Azka tahu dia sudah terlambat. Sangat terlambat...

***
"I'm sorry. This is so wrong and i'm sorry" Nata masih memeluk Azka.

Ia melepaskan pelukannya dan mengeluarkan cincin berlian putih dari kantong celananya. Wajahnya yang sembab menatap Azka dengan ekspresi yang tak terbaca.

"Aku sudah tunangan dengan Kak Deri. Maafkan aku Kak" ucap Nata pelan namun sangat menusuk.

Tubuh Azka membeku, lidahnya keluh. Ia tidak bisa mengatakan apa-pun.

"Kak Deri sendiri yang bilang. Ia tidak ingin kakak marah dan kecewa karena melihatku memakai cincin ini disaat kita bersama. Ia sangat perhatian. Ia pria yang sangat baik yang aku kenal. Tapi tetap saja aku tidak bisa terus begini, aku harus tetap berhenti berpura-pura seakan tidak terjadi apa-apa. Kak, aku mohon, maafkan aku"

Kata-kata Nata terdengar lancar namun sulit bagi Azka untuk mencernanya. Hatinya sakit saat wanita itu memuji pria lain dihadapannya. Rasanya ia akan mati kekurangan napas saat ini. Entah paru-parunya sudah rusak atau karena stok oksigen di bumi yang semakin menipis. Ia rasa ia tidak mampu lagi bernapas dengan baik saat ini.

"Kami akan menikah. Aku sangat mengharapkan kehadiran kakak" ucapnya lagi sedangkan Azka masih mematung ditempatnya. Menundukkan wajahnya menatap ujung tali sepatunya dengan pikiran yang melayang entah kemana.

Dokter Deri memang sosok pria idaman. Ia masih muda dan hampir seumuran dengan Nata. Ia pria yang ramah dan Azka yakin ia pasti mencintai Nata dan kedua putranya dengan tulus, ia lihat itu dimata pria itu. Ia benar-benar sosok suami idaman.

Azka tahu ia terlalu sering menyakiti hati wanita itu. Siapa yang tahan terus berada dalam badai terus menerus? Seperti layang-layang kesayanganmy yang terus kautarik ulur. Ditarik begitu tinggi ke angkasa seperti sebuah pengharapan dan saat lengah, ia terkadang putus dan tersangkut di tempat lain.

Sama seperti wanitanya, ia lelah.. jenuh... karena semua harapannya yang Azka terbang tinggikan namun pada akhirnya ia akan tersangkut ditempat lain walaupun sebagaimana cintanya Azka atau sebagaimana kuatnya pengorbanan cinta mereka.

Azka percaya takdir. Semua manusia yang akan dilahirkan telah ditakdirkan berpasang-pasang. Namun mengapa takdirnya begitu menyakitkan?

Azka percaya Nata adalah tulang rusuknya yang hilang namun mengapa mereka tidak bisa bersama bahkan setelah apa yang telah mereka lalui?

"Kak... aku mohon katakan sesuatu?" Pinta Nata dengan lirih. Wajahnya basah karena air mata. Nata juga tidak tahu takdir begitu mempermainkan mereka.

"Apa yang mau kamu dengar?" Tanya Azka akhirnya. Suaranya begitu serak dan terluka. Membuat hati Nata terkikis, tapi ia bisa apa? Ia telah memasrahkan pilihannya pada waktu dan saat ini waktu memilih mereka untuk berpisah.

Nata segera memeluk tubuh tegap pria itu. Melingkarkan tangannya ke perut pria itu merasakan degup jantung pria yang sangat ia sayangi itu. "I love you, Kak", ucap Nata lembut. "I love you my bestie friend"

Azka menenggelamkan wajahnya disela kepala wanitanya. Menyandarkan kepalanya uang lelah. Ia menutup matanya menikmati saat terakhir kebersamaan mereka. Ia berusah menghirup semampunya aroma tubuh milik wanitanya. Vanilla. Ia akan mencoba mengingat wangi itu saat ia merindukannya.

"No, i love you as a man. And my love never change for you. I was yours, i swear" ucap Azka ditengah pelukan mereka. Ia terus menggigit bibirnya menahan isakannya agar tak keluar karena jika sampai itu terjadi ia pasti tidak akan dapat mengikhlaskan wanitanya pergi.

***
We had loved each other...
But we're separating now
Although we're under the same sky at different places.
Please don't forget me

The words i wasn't able to say
Because the tears covered my mouth... (Baek Ji Young- Don't Forget)

***
Two chapter for today. Hm... biar feelnya berasa kalian bisa kok coba sambil dengar lagu ballad kesukaan kali. Di mulmed ada fotonya Dokter Deri dan video lagu ballad favorit aku. Coba aja didengerin. Love you.

Brokenheart CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang