Second (Fucking) Wedding

18K 719 22
                                    

She is leaving
And i can't do anything
My love is leaving
Like a fool, i'm blankly standing here

I'm looking at her getting farther away
She becomes a small dot than disappears
Will this go away after time passes?
I remember the old times
I remember you...

If you...
If you...
If it't not too late
Can't we get back together?

I should have treated you better when i had you...

***
Azka baru saja terbangun dengan celana training dan tanpa memakai baju. Memperlihatkan otot-otot hasil fitness-nya.

Ia berjalan oleng menuju kitchen set di apartemennya. Hal pertama yang ia lakukan ialah membuat kopi hitam dengan mesin pembuat kopinya.

Ia memantik api dan mulai membakar rokoknya. Mengesap nikotin dalam rokok itu.

Ia tahu rokok itu berbahaya tapi hanya itu yang bisa mendinginkan kepalanya saat ini daripada ia mabuk-mabukan di pub.

Azka mulai mengambil cangkir kopi, menuangkan kopi panas itu dan meletakkannya di meja makan yang terasa sunyi itu.

Ia mengesap kopi hitam itu. Merasakan sensasi pahit di lidahnya. Ia merasa lebih tenang sekarang.

Handphonenya berdering. Ia membuka ponsel itu dengan malas. Bukan pesan atau panggilan hanya pengingat yang biasa ia pasang.

Hatinya perih melihat tulisan diponselnya.

Nata's wedding...

Azka mengusap wajahnya. Rasa pusing mulai menggerogotinya. Hatinya sakit... sesak. Nyatanya ia memang masih belum mengikhlaskan Nata.

Hari ini ia begadang seharian, tertidur selama setengah jam dan terbangun karena rasa pusing yang sering ia alami belakangan ini. Kata dokter pribadinya, ia hanya mengalami stress berlebihan. Tapi siapa yang tidak stress jika wanita yang kalian cintai menikah dengan pria lain? Dan anak-anak kalian terancam memiliki ayah tiri. Walaupun Azka yakin Dokter Deri bukan pria seperti ayah tiri jahat di novel picisan namun tetap saja tidak ada yang lebih baik dari seorang ayah kandung.

"Shit!!!"

***
Tidak ada yang lebih buruk dari berdiri dengan tampang bodoh di depan ballroom tempat pernikahan mantan istri kalian yang sayangnya masih kalian cintai.

Beberapa tamu undang mulai masuk ke dalam ruangan tersebut. Sebuah ballroom besar di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Berdasarkan kabar burung yang beredar hotel itu merupakan milik keluarga Dokter Deri yang memang menggeluti bisnis perhotelan jadi dapat dipastikan Dokter Deri memilih memboyong Nata dan kedua putranya ke Jakarta. Tanah kelahiran mereka berdua.

"Mas gak mau masuk?" Tanya seorang security yang memandang curiga Azka yang sedari tadi berjalan bolak-balik.

Azka menganggukan kepalanya dan menyodorkan undangan pernikahan itu. Mau bagaimana lagi? Ia tidak ingin menjadi pengecut. Walaupun sakit ia harus menghadapinya.

Azka berjalan perlahan memasuki ruangan besar ballroom itu yang kini di sulap menjadi ruangan bernuansa klasik. Hitam putih.

Ia tahu kedua warna itu adalah warna kesukaan Nata. Pernikahan kali ini benar-benar pernikahan idaman Nata. Ia.yakin ia benar-benar ikut campur dalam mendekorasi pernikahannya kali ini. Gaya eropa klasik tanpa terlihat jelas dari tata ruangannya. Ditambah para tamu yang juga memakai dress code berwarna senada. Hitam putih.

Azka berjalan semakin dalam hingga ia melihat panggung besar pengantin itu. Dokter Derian memakai jas hitam yang sangat serasi di tubuh kekarnya. Wajahnya yang innocent pasti membuat banyak orang tidak akan mudah percaya bahwa pria itu sudah berusia 28 tahun. Ia lebih terlihat seperti anak 18 tahun yang menghadiri promnight sekolahnya.

Sedangkan disampingnya Nata yang berdiri menyalami para tamu dengan wajah sumringahnya. Gaun putih panjang dengan hiasan swarowsky dan rambut yang ia cepol dan menyisahkan sedikit rambut diujungnya yang membingkai wajah cantik wanita itu.

Senyum indah itu membuat hatinya teremas. Dulu mereka tak seperti itu. Dulu mereka adalah dua orang asing yang terpaksa menikah karena misi gila mereka.

Nyatanya perasaannya dengan Seila hanya rasa kagum tak lebih dari itu. Dan ia menyesal pernah mempermainkan pernikahannya.

"Azka..." gumam Nata tidak percaya.

Azka menganggukkan kepalanya. Memang awkward moment adalah saat menghadiri pernikahan mantan kalian. Terlebih mantan istri. Percayalah.

Azka berdiri kaku dan mengelus tengkuknya. Ia tidak tahu harus mengucapkan apa.

"Aku tidak melihatmu saat ijab kabul tadi Kak aku pikir kakak gak akan datang. Tapi terima kasih sudah datang ke resepsi pernikahan aku" Nata melirik Dokter Deri sebentar sebelum memeluk Azka. Bagaimanapun statusnya kini istri orang dan akan aneh jika ia langsung memeluk mantannya tanpa izin dari suaminya.

Nata bersyukur Tuhan mengirimkan seorang Derian Dewantara padanya. Pria yang lembut dan pengertian. Ia tahu Derian pasti merasakan cemburu tapi ia pria yang dewasa walaupun wajahnya terlihat kekanak-kanakan.

"Selamat untuk pernikahanmu,aku harap kalian bahagia dan langgeng sampai kakek nenek" doa Azka tulus. Rasanya begitu sakit, hatinya teremas. Tapi jika itu ialah kebahagiaan Nata maka ia bisa apa?

"Terima kasih Kak" balas Nata dengan senyuman manisnya.

Azka berjalan kearah Dokter Deri yang sedari tadi hanya menjadi penonton keakraban Nata dan Azka. "Selamat! Gue harap lo bisa jagain Nata ama anak-anak gue. Gue percaya ama lo"

Katakan Azka munafik karena terus membohongi perasaannya. Tapi apa yang bisa ia lakukan lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Ia terlambat dan ia tidak dapat mengembalikan waktu yang telah berlalu.

"Gue janji jagain mereka" janji Derian. Ia memukul bahu Azka pelan memberikan semangat.

Ia tahu pria itu terluka walaupun ia bersikap seolah semau baik-baik saja. Ia berharap suatu hari Azka akan menemukan cinta sejatinya.

"Ayah..." pekikan suara Zelo dan Zen terdengar. Kedua bocah laki-laki berusia empat setengah tahun itu berlari menuju ke arah Azka. Perpaduan kemeja putih dan tuxedo hitam juga dasi kupu-kupu membuat wajah mereka semakin tampan dan menggemaskan.

Azka mengelus pipi kedua anaknya itu. Mengecup dahi, kedua mata, pipi dan bibir anaknya. "Ayah akan merindukan kalian. Jaga diri kalian dan patuh sama Ayah Deri ok?" Ucap Azka lirih.

Kedua anaknya itu hanya menganggukkan kepala tanpa mengerti apa arti dari ucapan ayah mereka.

Azka hanya tersenyum kecut dan memeluk kembali kedua buah hatinya itu. "Ayah sayang kalian"

Tanpa Azka sadari setetes air mata menetes. Ia tahu ia hanya berpura-pura kuat.

***
Oopsss ini bukan ending yah! Sekali lagi this is not ending apalagi epilog.

Brokenheart CoupleOù les histoires vivent. Découvrez maintenant