apa yang dipikirkannya soalku?

12.6K 665 4
                                    

Hi, late post, sorry
Abis UAS gue
Happy reading

Vote yaw!

Autumn~

Serak suara Shawn Mendes mengalun keras menemaniku menyusuri jalan lenggang kota penuh kenangan ini.

Langit gelap, itu yang kusuka. Aku mungkin cowok jail, paling ngeselin, tapi aku penyuka kesunyian. Hanya suara langkah kaki yang terdengar dan sesekali suara kendaraan yang dapat dihitung jari.

Langkah yang mengimbangi langkahku menghilang. Aku ingat sesuatu, aku kan joging bersamanya, bukan sendirian!

Aku merutuki diri sendiri. Bagaimana bisa lupa sih?!

Kuputar badanku dia duduk di trotoar sambil dua tangan mengayun cepat didepan wajah. Rongga dadanya kembang kempis, mulutnya terbuka, seperti mempercepat pertukaran oksigen dan karbondioksida di alveolus.

"Maafin...maafin.." aku berujar sambil menatapnya khawatir. Asmanya kambuh? Iya asmanya kambuh! Memang apa yang kau kira?

Wajahnya berpeluh, dia sama sekali tidak berujar. Bagaimana bisa aku lupa jika yang bersamaku punya asma?

"Dimas.." ucapnya parau. Kugenggam jari lentiknya yang menjadi penghalang wajah kami.

Tangannya dingin, kupikir dia kedinginan jadi kurengkuh tubuhnya.

"Gue harus gimana? Maafin gue chel" saat kutatap matanya, ada embun bening disana, bisa sekali membuatku merasa bersalah.

Tubuhnya terus bergetar. Aku berusaha tenang agar dia tidak lebih panik lagi.

"What i have to do?"

"Water..."

Michelle kembali menangis. Suara nafasnya itu mengesalkan, aku tau salahku meninggalkannya berlari. Jadi aku yang bertanggung jawap.

Kuangsurkan botol minum yang kubawa. Kepalanya kusandarkan di bahuku. Kueratkan pelukanku pada tubuh mungilnya.

Berangsur-angsur nafasnya membaik. Lega sekali. Kurasa dia belum sanggup berdiri kembali. Jadi kami diam di posisi itu.

Hampir saja

"Chel, sorry.."

Tidak ada jawapan.

"Gue lupa"

Masih terdiam. Wajahnya dibenamkan dipundakku.

"Gue janji gak bakal ngulangin lagi..."

Entah kenapa, berasa harus ngelanjutin.

"Gue janji deh bakal jagain lo.. gak kaya tadi"

Dia bergerak. Ahirnya tuhan, tu cewek gerak! Tangannya yang kugenggam ditarik mendekat.

"Diem lo, bodoh! Gue tau omongan lo bullshit semua!"

Umpatannya khas sekali!

Aku tersinggung. Kulirik dia tajam, yah walaupun dia gak bakal tau juga sih.

"gue bakal buktiin kalo gue gak bullshit!"

"Oh ya?!" Nada mengejek, tapi belum lepas dari pundakku, aku mendengus."Kalo gitu gue minta disini aja, sampe muncul matahari"

"Whatever"

Kenapa kaum wanita selalu berbelanja? Dia belum wanita, tapi tetap berbelanja.

Michelle meminta berhenti saat kami melewati malioboro. Katanya sih jajan, tapi sekilas, kulihat dia menghampiri penjual sandal. sejak kapan sandal itu jajanan?

"Udah?" Sergahku, Michelle kembali dengan dua kresek ditangannya. Tanpa kutanya, dia bercerita.

"Gue mau nyobain jajanan sini, mas. Jan marah ye. Tadi beli sandal juga gegara lupa cuma bawa sepatu" dia nyengir.

"Makan jajan lo dulu, tar langsung pulang" dia mengangguk mulai membuka bungkusan ditangannya.

Aku mulai bosan. Ponsel ditanganku seperti tidak dapat mengusirnya. Kulirik saja Michelle. Tiba-tiba aku ingin menggodanya.

Kucubit pipinya, kuelus rambutnya kasar, lebih ke mengacak-acak sepertinya. Aneh, michelle masih kusyuk makan.

"Lo paan dah? Kalo mau godain gue jan sekarang, tar aja"

Eh, dia peka ternyata.

"Dih geer, gue gabut nih. Lo keliatan lebih menarik dari hp gue masa? Keknya enak dimainin" kutatap Michelle tenang. Tanganku lalu bergerilya menarik dagunya hingga mulutnya manyun.

Pertama, alis Michelle berkerut, lalu alisnya terangkat keatas dan mulutnya terbuka, kemudian kembali seperti biasa. Lucu sekali dia!

"Gue seneng si lo bilang menarik, bawaan lahir itu mah" dia tersenyum bangga. Alisnya diangkat keatas.

Aku suka senyumnya, tapi tak bisa berhenti aku menggodanya!

"Yee..lebih menarik juga gue! Ganteng gini, lo mah menariknya ga awet. Cepet ilang!" Sekuat tenaga aku menahan tawa. Yaampun dia..!

Michelle diam sebentar, tatapan aneh dilempar padaku. "Lo seperhatian itu ama gue? NGEFANS YA?! AHAHA NGAKU LO..."

sial! Aku kalah omong!

Apa semua cewek menyukai pantai? Apa mereka tetap menikmati liburan jika dengan musuh mereka?

Sungguh, dua malam berlibur dengan Michelle membuat kadar ingin tahu ku soal cewek membesar.

Dia tetap tersenyum walau kugoda terus menerus, pipinya itu loh, memerah karena kucubit, tapi dia tidak murka seperti biasanya.

Lagi, kenapa cewek selalu takut pada matahari? Iya, Michelle mengoleskan sunblock disekujur tubuhnya yang tidak tertutup pakaian. Dia hanya menggunakan over-size shirt dan hot pants, bisa kau bayangkan berapa banyak dia mengoleskan sunblock?

Dahiku mengkerut, apa enaknya sih pake celana super cekak seperti itu? Bikin masalah yang ada.

Sebelum dia berjalan ke air, kuteriaki dia.

"Chelle, lu gadada baju laen?"

Dia tidak menjawap, hanya menggeleng menatapku aneh.

"Napa?"

Aku bingung, jika kujawap alasan sebenarnya, bisa geer dia.

"Kulit lu sayang kalo belang"

Dia berangsung angsur mendekat.

"Kan gue udah pake sunblock" merengut, dia mengambil kain pantai dan melilitkan di pinggangnya. "Gini?"

"Better" Michelle tersenyum. Tangannya meraih tanganku, menarikku berdiri lalu berteriak ditengah bisingnya angin.

"Gue pake kalo lu main sama gue" matanya berseri menatapku.

Pandangan orang-orang terpusat pada kami. Michelle memeluk sebelah lenganku. Kami berlari menuju pantai.

Kami menghampiri bibir pantai, mengejar ombak yang baru mengecap. Tanganku dilepasnya, kuraih pundaknya mendorongnya semakin maju.

Ombak datang. Kami berlari ke daratan. Aku ingat, jangan sampai asmanya kambuh lagi.

Kuputar wajahnya. Nafas kami sama memburu, matanya menemukan mataku. Kami terbahak.

"This is what you want?"

Dia tidak menjawap, malah tersenyum lebar, cantik sekali. Tangannya mencari cela di tanganku, satu tangan yang lain memakai sun glasses lalu berteriak ke matahari. Kuikuti caranya menikmati sinar mentari.

Ada hal aneh yang kurasa. Aku bahagia. Tidak pernah merasakan yang sebesar ini saat mendapat mobil baru, atau cewek yang kusukai menjadi pacarku.

Aku tertawa, tangannya masih dingenggamanku, apa dia tidak sadar saat tangan kami menyentuh ombak?

Anehnya lagi, ini hanya terasa jika disampingnya.

Berlatarkan pantai, beraromakan ombak dan mantahari, ingin kusimpan, dan kunikmati kapan saja. Mataku terpejam, sesaat merekam momen ini dan menempatkannya di tempat spesial di otakku.

Young RelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang