Even if there's no us

5.5K 298 16
                                    

Abis baca dari lapak sebelah dan gue baru nyadar satu hal. Kalian baca ini nemu moral value nya gak? nemu kata-kata bijak gak? Jawab ya gaes, bantuin biar gue bisa lebih baik :)

Kalo YR tamat mau spin off gak?

Happy reading sunshine

Sirine mobil polisi beradu dengan sirine ambulan. Mereka bergerak secepat mungkin menyelesaikan kasus tabrakan, secepat mungkin sesuai kata korban, sebelum media mengendus.

Belasan polisi dan tim medis segera memadati TKP. Korban segera dipindahkan, pelaku di tangkap, barang bukti disingkirkan. Semua dilakukan dalam satu malam.

Dalam ambulance yang membawanya, Michelle tak bisa berhenti menangis.

Tangannya masih bisa merasakan hangat tangan Dimas. Sebelum mereka dibawa ambulan, Michelle ingat betul apa kata cowok itu.

Mula mula Dimas mencium keningnya. Michelle merasa keningnya basah, apa karena Dimas menangis? atau wajah cowok itu berdarah?

Belum sempat dia berfikir, masih dilimpahi detak jantung seperti sehabis lari marathon karena ketakutan, Dimas memporak porandakan hatinya.

"Sayang, kalo kita beneran pisah, tetap jadi Michelle yang ceria ya? Aku yakin, kalau kita jodoh, sejauh apa pun orang memisahkan kita, kamu atau aku di masa depan akan menjemput salah satu dari kita," Lalu Dimas terkekeh dan diakhiri dengan tangisan lirih.

Michelle tak dapat berkata-kata. Karena sejak benturan keras itu suaranya seperti menghilang, menyisakan nyeri ketika dia mencoba bersuara.

"I love you chelle, i love you," Lirih Dimas membuat Michelle tak dapat berhenti menangis.

Pun hingga tubuh mereka didorong memasuki lorong rumah sakit. Mata Michelle menatap langit langit terang diatasnya, serombongan perawat mendorongnya memasuki UGD.

Hingga pagi berikutnya, Michelle hanya dapat pasrah tidak dapat menemui Dimas. Mendengar kabarnya pun tidak.

***

Michelle pov

Serak, sakit, ngilu di sekujur badan.

Kuputar pandanganku seketika tersadar.

oh rumah sakit.

jadi yang kemaren beneran?

Apa kabar dia?

Hidungku disumbat selang oksigen. Kamar rawat berukuran besar ini sepi dengan hanya aku yang menempati kasur di tengah ruangan.

Aku berusaha mencapai nakas. Bodoh, kenapa aku tidak berfikir bahwa mungkin saja ponselku hancur?

Yang aneh tubuhku baik baik saja, hanya beberapa luka baret dan beset di tangan juga lebam di pundak. Yang paling parah bahkan luka di kaki yang sepertinya sehabis dijahit.

Lo lupa? sebelom tidur panjang yang kayak hibernasi, kaki lo udah dijahit dua belas centi.

Membayangkan peristiwa beberapa jam yang lalu, aku bergidik sendiri.

Aku teringat sesuatu, segera kutekan emergency button yang diletakkan di genggaman tangan kiriku. Seorang perawat bergegas masuk, tersenyum menyapaku.

"Apa yang anda rasakan?"

Tanyanya setelah menanyakan apa ada yang sakit atau mati rasa.

"Pegal, tapi itu pasti wajar kan?" Aku menghembuskan nafas. Perawat itu menjawap sekenanya lalu bersiap meninggalkanku.

Young RelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang