Mr. bau rokok (2)

6.7K 337 3
                                    

Gud night Sunshine!

matahari gaada waktu malem, tapi gue boleh lah nyapa sunshine gue malem malem hehehe

sorry yak minggu lalu cuma update sekali. Gue ujian bela diri, eh terus drop hari minggunya sampe tadi gamasuk *curcol dikit yak wkwk*

happy reading

Terlahir di keluarga yang modern dan kelas atas, aku tak pernah memikirkan jika orang di sekelilingku terkena kanker. Apalagi sampai membayangkan.

Memang sih, aku belum bertanya langsung mengapa obat itu ada di lokernya. Menatap matanya saja takut, apalagi bertanya macam-macam.

Ku topang dagu dengan kedua tangan. Mataku berkeliling mengapsen tiap siswa yang berlaku seenaknya sendiri.

Jam kosong alasannya. Memang apa lagi mata pelajaran yang memperbolehkan siswanya jungkir-balik atau berteriak hingga pita suaranya gatal? Hanya jam kosong. Mata pelajaran paling digemari karena tak memiliki guru pembimbing dan peraturan.

Ada satu siswa yang masuk kelas penuh drama. pintu digebrak, semua berhenti untuk menatap si pelaku yang malah tebar pesona.

Altaf berjalan santai ke bangkunya seolah tak punya salah. Mataku mengikutinya sejak dari pintu.

ini yang kanker. Kok keliatan sehat sehat aja?

Memperhatikannya membuatku ingin dekat dengannya.

Aku kasihan. Ingin membantu, ingin menyemangatinya. Ingin mengingatkannya agar terus berusaha melawan sesuatu yang bisa mengalahkannya kapan saja.

Merasa diperhatian, dia membuka percakapan dengan bertanya.

"Apaan?"

Memutar mata, hal semalam teringat. Kumuntahkan saja daripada menyesakkan dada.

"lo ya, php!"

Alisnya terangkat dan keningnya berkerut. Masa dia belum peka juga?

"Astaga Altaf, lo kan janji mau nemenin gue nonton. gaada rasa bersalahnya ya sama gue. watados (meaning: wajah tanpa dosa)  begini!"

"Kan gue kemaren udah minta maaf si," Belanya.

"Tapi gue kaga redho!" tangan kulipat dan bibirku membentuk bulan sabit kebawah.

Altaf mendengus. "Yaampun. sekarang lo marah sama gue, padahal kemaren kan bukan kemauan gue, Michelle," dia menghembuskan nafas lalu melanjutkam membela diri. "Mana ada cowok yang seneng motornya kenapa-napa,"

Aku mendiamkannya. "Lo si nyebelin banget jadi orang," Kini, kubuang kontak mata darinya.

"Salah lagi nih?" mukanya terlihat menahan kesal dari ujung mataku.

"Iyalah!"

"Buset, belom juga jadi cewek gue lo!"

Aku terkejut. Kutatap kembali matanya.

"Apaan?"

"KAGA ADA!"

Padahal niat lo baek mau ngasih dia semangat buat sembuh, eh orangnya senyebelin itu. Itu penolakan halus namanya chelle, hahaha rasain!

Ugh, dasar batin menyebalkan, kerjaannya menyalahkan terus!

***

Author POV

Jalan menuju kantor hari ini lenggang. Itu karena sekolah selesai lebih cepat. Dimas bersyukur tidak perlu menghabiskan banyak tenaga karena ada meeting perebutan tender malam ini. Dia harus datang untuk yang pertama kali.

Young RelationWhere stories live. Discover now