Choice

4.9K 268 5
                                    

Happy reading!
kali ini partnya panjang loh

vote dulu coba sebelum baca

happy reading

Michelle tak berani mengangkat kepala sejak masuk mobil. Disampingnya jok Dimas kosong. Cowok itu berkata akan menyusul tapi belum tiba.

Bruk

Pintu dibuka-Dimas masuk-pintu ditutup. Cowok itu menyalakan Mesin tanpa kata dan melajukan mobil. Michelle menarik nafas panjang.

Dimas bersiul tak beraturan. Michelle sangsi. Sejak kapan Dimas bersiul?

Dan pada akhirnya tiba saat Michelle tidak tahan untuk tidak mengutarakan apa yang mengganjal batinnya.

"Kenapa lo pilih gitu?" Ujarnya dengan kepala diangkat dan tatapan tegas lurus ke Dimas.

"Eh?" terkejut saat memalingkan pandangan, ekspresi yang diberikan Dimas amat sangat lucu di mata Michelle tapi gadis itu ingin serius, jadi dia membuangnya jauh-jauh dari pikirannya.

"Kenapa apanya?" ujar Dimas bingung ditatap begitu. Pandangannya kembali ke depan.

"Kenapa akhirnya lo milih ga ngaku dan terima di skors? kan uda gue bilang kalo masalah itu harus dihadapin bukannya kabur aja kek gini. Sekarang mau lo apa?" Ujar Michelle tanpa jeda.

Oh soal itu. Dimas menepikan mobil sebelum menatap ke manik Michelle dan menjawap.

"Lo kok bahas gini di mobil si," ujarnya datar. "Chelle, gue harap lo sepemikiran gue dan ga ngebantah gue," Dimas memasang muka serius membalas tatapan tegas Michelle. "Menurut lo apa kalo bu BK tau ada muridnya nikah bakal dibiarin sekolah?"

Mendengar pertanyaan Dimas, Michelle diam.

"Belum tentu Chelle. Bisa jadi malah di DO gara-gara pasti yang mereka pikirin anak SMA menikah gegara hamil dan si cowo tanggung jawap. Tapi liat lo. Kalo sampe itu guru liat buku nikah kita dan liat tanggalnya, Boom! lo bakal dibilang ngegugurin bayi lo. Ancur kan image lo yang selama ini lo jaga?"

Dimas sibuk mengamati Michelle. Gadis itu menahan nafas mendengar kalimat kedua dari terakhir Dimas.

"Padahal kita apa? Kita nikah buat nunaikan perjanjian orang tua. Kita nikah buat uang dan kerja sama, juga jabatan. Ntar malah kita kudu ngebersihin nama dari hal diluar perbuatan kita.

"Belum lagi kalo semisai kita disuruh cerai di keadaan kita yang sekarang saling sayang. Itu yang gue gamau chelle. Baik gini di skors beberapa hari dan pindah sekolah pas kenaikan nanti," Ujar Dimas tegas. Asli, mulutnya hingga lelah berkata sepanjang itu dan tanpa istirahat panjang.

Yang tidak Dimas perkirakan adalah gadis itu malah berakhir tak berauara.

Yang dia tau dari sifat Michelle, gadis itu akan mendebatnya seperti semua pertengkaran mereka.

"Gue...Gue minta maaf," Ujarnya putus-putus. Suaranya serak seperti menahan tangis.

Dimas hanya membalas dengan hembusan nafas panjang yang menyesakkan hati. Dia ingin marah tapi tak tega.

Dia memutar kemudi berniat kembali menjalankan mobil ketika Michelle bersuara.

"Bener kata lo, gue ga harus bahas hal gini di mobil. Sekarang gue malah males pulang,"

***

Michelle terbangun dengan kepala pusing dan perasaan tidak enak. Dia lalu sadar jika perasaan itu berasal dari tempat dia tidur bukanlah rumahnya.

Rumah siapa ini?

Yang dia temukan selain ranjang queen size adalah kamar bercat putih dan ranjang jati cokelat. Di kamar ini terdapat lukisan kota tua yang baginya menyeramkan dan sebuah pintu dengan handle jawa kuno. Semua perpaduan itu membuat bulu kuduknya berdiri.

Young RelationTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon