My fault

5.6K 293 1
                                    

update edisi gue baek

kalo nemu typo kabarin yahh

Kalian tau gaes? ternyata orang yang selama ini keliatan bahagia ternyata nyembunyiin luka yang paling dalam.

Banyakin bersyukur ya gaes :)

Happy reading

Michelle itu kesepian.

Hingga mampu berteriak yang anat menyakitkan bagi siapa saja yang memandang. Apa lagi aku. kalian pikir ini masalah sederhana?

Tidak.

Nantinya hal ini bisa mengakibatkan trauma. Jangan sampai itu terjadi pada Michelle.

Aku tau apa masalahnya. Aku paham betul, anak perempuan mana yang bisa terus mengikuti kemauan orang tua yang tak pernah hadir dalam fase hidupnya?

Bahkan orang asing yang ditunjuk sebagai suaminya lebih tau soal dirinya dibanding orang tuanya sendiri.

Ehm, agak aneh sih menyebut diriku sendiri sebagai suami.

Kembali pada topik.

Ulang tahun yang terlupakan, sakit yang tak mendapat perhatian. Orang tua macam itu hanya ada di foto tapi nihil di hati. Hatinya sepi, sesak. Aku jadi tau kenapa Michelle mau berpacaran dengan anak pintar sekaligus bad boy dan perokok berat seperti Ian. Dia menemukan sesak yang sama dan ingin diperhatian.

Reaksi Michelle ketika tak tahan adalah begitu. Aku sama sekali tak menyalahkannya karena telah mengambil jam tidurku untuk mendekapnya yang terjaga hingga subuh.

Dia tidak terima orang yang tidak tahu-menahu, walau notabenenya adalah papinya sendiri, tiba-tiba datang membawa peraturan.

Siapa saja ingin bebas, kan?

Rasanya menyakitkan asal kalian tau.

Aku pernah mengalaminya. Ketika kakek yang tak pernah kudengar namanya datang menawarkan pernikahan dan perusahaan di tanganku. Walaupun masalah itu sudah kupendam dan kulupakan, tapi sejatinya tak ada luka yang benar benar sirna kan? semua pasti menimbulkan bekas.

Tapi yang terpenting kini Michelle.

Kukecup keningnya. Matanya berputar keatas melihatku. "Jam berapa ini?"

"Setengah lima,"

"Gue mau bolos,"

"Hus jangan, inget kata papi,"

"Gue sakit."

Aku terkekeh.

"Sakit juga gue liat lo gitu semalem, chelle,"

Dia mendekatkan dirinya padaku. Mempererat tangannya pada lenganku.

"Dimas, apa bener lo gaada sukanya sama gue?" Lirihnya.

Aku terdiam memandang langit yang menampakkan bulan sabit keemasan.

"Kenapa lo masih butuh pengakuan kalo lo dapet lebih?"

Michelle menggeleng. Dia meringsek naik ke pangkuanku yang bersila di atas kasur. Mengikuti pandanganku kearah langit yag perlahan makin cerah.

Tangannya merayap mencari jemariku. Dingin kulitnya mengagetkanku sesaat.

"Sama gue ya?"

Walau tak begitu yakin apa maksudnya, aku mengangguk. Entah itu kali ini, besok, ataupun seterusnya.

***

Michelle bertemu gadis itu untuk yang pertama kali sejak kejadian kemarin. Diam-diam aku mengikutinya sebelum akhirnya sembunyi di koridor beberapa meter dari kelas Lea.

Young RelationWhere stories live. Discover now