the Tiramisu

12.4K 540 4
                                    

Hai, i'm back
Gue gatau bisa update lagi setelah ini apa engga, soalnya gue mau UN

Doain ya semoga gue dapet danem bagus. Amin

Voment still needed

Thats all, happy reading

"Bu Dar...Bu Dar..." Teriakan itu disambut ricuh. Sama ricuhnya dengan cara Rendra berteriak tadi.

Mereka yang berkerumun bak semut mengerubungi permen segera berpencar ke tempat masing-masing, seperti ketika semut-semut itu ditetesi air.

Tak sampai semenit, Guru yang usianya ada di kisaran 40-an itu masuk. Aku menahan tawa melihat siswa kelasku masih berlarian mencapai bangku masing masing.

"Selamat pagi." Bu Dar menduduki kursi guru. Dagu diangkat, seakan bangga duduk disana.

"Pagi buu"

Aku menoleh kebelakang, bangkuku terdorong sehingga tubuhku dekat sekali dengan meja. Memutar tubuh, mataku bertemu dengan Dimas. Wajahnya berpeluh, nyengir lebar sebagai permintaan maaf. Sebagai balasannya, aku memutar mata.

"Anak-anak, pr nya dikumpulkan!"

"Yahh..." Keluhan murid kelas menjawap pintah Bu Dar.

Pelan tapi pasti, semua siswa kelasku mengumpulkan buku Biologi mereka.

Segerombolan bad boy berjalan ke arahku dengan muka pucat pasi. Seperti biasa. Aku menebak nebak hukuman apa yang kali ini diberikan pada kelompok yang diketuai Endra itu.

Melihat mereka semakin dekat, aku kembali ke bangku ku. Bu Dar menata tumpukan buku, kemudian dengan wedges tiga sentinya beliau berjalan ke depan papan tulis. Materi soal pencemaran lingkungan memenuhi papan bermenit-menit setelahnya.

Angka yang saking banyaknya bertebaran di kepalaku. Soal listrik dinamis dengan angka yang tidak ada cantiknya sama sekali dari Pak Yoni seperti tidak mau pergi dari sana.

Moodku seperti tidak kembali. Tak ayal kemarin amat sangat bahagia bersenang-senang setelah berlenggak lenggok bak berada di catwalk dia jalanan sepi jogja. Percayalah, doin something weird in place that no one know ya was super-duper exciting.

Meja tempat kepalaku terkapar bergoyang hebat. Dilelakkan barang bermuatan dengan cara yang buruk, hingga ahirnya aku mengangkat kepala kesal.

"Ayang Michelle abis diapain Tasya sih? Ampe gini ahaha" Lea terkakak. Langsung kuhadiahi lirikan tak bersahabat tak sanpai semenit, tapi dia tidak henti tersenyum.

"Bad mood" aku memutar mata. Kulirik makanan dan minuman didepanku, lalu sadar jus apukat favorit ku belum teridentifikasi. "Kaga ada yang ngebeliin gue jus ya?"

Biasanya, dengan baik hati mereka membelikan ku jus buah beragam tiap harinya. Seringnya apukat, thats my fav, of course.

"Bokek!" Seeva berseru. Kulirik meja bagiannya, pantas, dia hanya membeli mie pangsit dan air putih. Ingatkan aku mentraktirnya besok.

"Mager parah gue Chelle sayang..!" Sejurus setelah kalimat itu keluar dari bibir Tasya, aku memelototinya.

Tasya sampai menegak menatapku, terkejut.

"Sya, die gaada mood. Jan cari gara-gara Cup cake" Lea menengahi. Untunglah seseorang memahamiku.

"Gue ke toilet ya" tiga pasang mata menatap aneh kearahku. Dua dari tiga terpaksa mengangkat muka dari makanan mereka.

"Mau gue temenin?" Tawar Lea, dia satu satunya yang belum menyentuh makanan.

"Gausah" aku bangkit, tak lupa memaksakan senyum agar tidak ada khawatir dari mereka.

Young RelationWhere stories live. Discover now