Tidak lolos

4.9K 271 15
                                    

semoga suka kelanjutan ceritanya

happy reading
***

"Semua rahasia tidak ada yang tetap menjadi rahasia,
mereka selalu terbongkar oleh waktu, suka atau tidak suka,"
***

Author PoV


Salah besar, Michelle meninggalkan Dimas adalah kesalahan besar. Karena setibanya dia di kelas, guru yang mengajar sudah siap mempermalukannya didepan teman sekelas.

"Akan lebih parah hukumannya jika yang telat lebih dari satu orang," Guru matematika yang pelajarannya disela menatap Michelle tajam.

Seharusnya dia tidak ke kelas sekalian.

Semoga-Dimas-tidak-ke-kelas diucap Michelle banyak-banyak. Seperti keringat yang membasahi keningnya.

Dia malu!

Kenapa tidak disudahi saja hukumannya? aing itu guru matematika parah banget. Kurikulum macem ini yang bikin indonesia kaga maju maju.

Michelle mengumpulkan keberanian, memprotes guru matematikanya agar tak ada kejadian serupa.

Tap..tap..tap...

Seperti di komando, semua siswa memutar kepala ke arah pintu. Termasuk Michelle, yang kemudian ingin pingsan di tempat karena melihat Dimas berjalan gontai.

"Dimas! Telat empat puluh delapan menit!" Sambut guru matematika mereka hangat.

"Iya nih bu, wah ibu perhatian sekali sama saya," Dimas menebar senyum. Ingat, senyum saja ibadah kan? apalagi kalau bisa mengurangi hukuman.

"Gausah sok baik! Kalian ya, sepuluh menit sebelum pelajaran saya selesai, lari tiga kali keliling lapangan!" Perintah dengan suara melengking keras yang disusul kikikan anak satu kelas.

Untung bukan dipermalukan, batin Michelle.

Mampus!

Ucap Dimas dan Michelle dalam hati.

Waktu yang dinanti siswa satu kelas datang juga. Dua yang terkena balak digiring guru matematika ke depan lapangan. Setelah suara peluit-dari peluit-yang-sempat-sempatnya-dipinjam-dari-guru-olah-raga- terdengar, entah itu Dimas atau Michelle sama -sama mengayunkan kaki secepat mungkin. Agar semakin cepat mereka menghabiskan tiga putaran laknat ini.

Sorak sorai dari teman sekelas mereka menjadi bumbu. Dasar teman-teman jahanam.

Putaran pertama, mereka beriringan, putaran kedua Dimas mendahului Michelle, lalu putaran ketiga Dimas Michelle masih sampai putaran kedua.

Guru matematika mengangguk pada Dimas yang mengambil seragamnya di bawah pohon. Cewek cewek teman sekelasnya pada memberi tepuk tangan dan teriakan setengah mengejek.

Dimas hendak bergabung dengan mereka ketika mendengar suara ngebass yang berteriak lantang.

"Woi itu Michelle jatoh kenapa kaga ada yang nolongin?!"

Adalah dimas yang berlari paling kencang. Dia mendatangi lapangan dimana Michelle terbaring tanpa sadar. Menggendongnya secara bridal style. Kakinya berjalan secepat mungkin. tak ada yang tau, jika suatu hal terjadi pada Michelle, dia yang paling merasa bersalah.

Uks segera ramai siswi kelasnya sehingga Dimas menjadi yang paling cantik disana. Dia seperti orang kesetanan, meminta minum, meminta inhaler. Dia juga tak peduli siapa yang membawanya, mereka membatin. Jika itu tidak untuk menolong Michelle, mereka pasti menyembur Dimas dengan omelan 100 kilometer perjam.

Young RelationWhere stories live. Discover now