Emang dia siapa gue

7.3K 334 3
                                    

Gue lagi baek jadi update cepet

makanya hargain, dan,

beri vote wkwk

happy reading

Langkah panjang cepat-cepat khas cowok jakung yang kubuntuti sukses membuatku merasa kurang tinggi. Aku jadi kesusahan menyusulnya, dia juga tak dapat kuhentikan.

Padahal mana ada cerita kalau 167cm untuk ukuran cewek itu pendek.

Tapi berusaha menggapainya melawan siswa yang berpapasan begini, benar benar membuatku ingin membeli suplemen peninggi badan, deh!

"Hoy!"

tepat di suatu kelokan, aku berhasil menangkap lengannya. kepalanya berbalik dan mukanya menunjukkan rasa tidak suka.

Altaf seperti tidak pernah mengenalku saja. alisnya berkerut, khas muka orang sebal.

Setelah menatap mataku, ekspresinya berubah sedikit. alis yang tadi menyerngit kini terangkat dua duanya. seperti membantu mulutnya berkata.

Apa?

"lo ngapain coba kemaren sinis ke gue? kek lagi bertengkar aja,"

Setelah berkerut, alisnya terangkat sebelah

Masa?

"iya ih! orang kemaren gue manggil lo, ngejar juga tapi lo kaya orang ga kenal,"

Aku cemberut tapi masih minat menambahkan, "dahal lo udah ngajak makan, jalan, sempet mau ke dufan juga tapi keburu tutup! kan sebel!"

Altaf terkekeh pelan hingga matanya menyipit.

"emang kalo mau ngajakin cewek jalan kudu kenal dulu ya?"

Aku mati kutu! dia sekeren apa berhasil membuatku mati kutu? hey, hanya dia yang berhasil melakukannya!

"Altaf nyebelin! tau gini gue ga manggil lo kali!"

Altaf terkekeh makin keras. Aku sebal, dari pada ditertawakan, lebih baik pergi saja dari si menyebalkan yang malas berbicara ini. Ku balikkan kepalaku, mengikuti badanku, tiba-tiba dia mencekal pergelanganku.

"Hahaha lo lucu, gitu aja mau pergi!"

Kemudian dengan badan bersandar pada pilar sekolah, tangan sebelahnya menepuk puncak kepalaku pelan.

Rasa kesal yang meluap berganti dengan ekspresi melongo.

Diantara ekspresi bodoh itu aku menangkap tatapan hangatnya. Mata yang menyipit karena tertawa hanya melihat pada satu titik. Aku menghangat karenanya.

Hanya dia, dan satu orang lagi yang berhasil membuatku jungkir balik. Semenit mati kutu, dan menit selanjutnya dibuat hangat. Seorang lagi yang kutemui sebelum tidur dan orang pertama aku ku ajak berbicara di pagi hari.

***
Semua tak lagi sama. Penggolongan jurusan mengubah segalanya dari kami berempat. Kelas diacak sesuai jurusan, dan suasana makan siang di katin menjadi tak seramai dulu.

Sudah satu minggu Tasya belum juga kembali. walau berkurang hanya seorang, tapi tetap saja, rasanya tak sama. tidak ada yang kekanak-kanakan dan selalu manja lagi.

Kami memencar pada kelas yang berbeda. Seeva berhasil menembus dinding tebal jurusan IPA, kelas olimpiade pula-aku saksi dia berusaha keras meraihnya-. Dan Lea, dia dapat meyakinkan orang tuanya jika dia nantinya mampu sukses walau dari kelas bahasa.

Kalau Michelle sendiri?

Oh, aku amat berbahagia keinginanku tercapai. segala yang kususun dari masa SMP kudapatkan, termasuk masuk kelas IPA reguler.

Young RelationWhere stories live. Discover now