Tadi siapa?

5.7K 288 3
                                    

Good morning

11 hari dari update terakhir

Ini ga masuk inti cerita, tapi anggep aja bonus, soalnya isinya dimas ama Michelle semua wkwk

so, vote if you want more

happy reading

Dimas PoV

Yaampun, Kukira dia sudah tidur.

Apa dia mendengar ucapanku? apa dia sadar jika aku mencium puncak kepalanya?

Dimas dodol banget si lu!

Aku mengaku salah.

Mataku kubuka kembali, ini skenario pura-pura sudah tidur dan yang didengar Michelle tadi hanya hayalannya. Michelle mengedipkan mata pelan sambil menguceknya.

Aku melihatnya seolah-olah mataku lelah. Dengan banyak kedipan dan kernyitan. kuyakin dia bakal terkecoh.

"Dimas.." Suaranya berbarengan dengan dia menguap. Yang kudengar malah desahan.

"Lo ngomong apaan si?" Suaraku kubuat seserak mungkin.

Michelle menggeleng lalu membenarkan posisi tidur. "Tadi gue denger lo ngomong," Suaranya, kenapa jadi begitu sih?

"Lo ngigau,"

Percakapan kami tak terdengar lagi. Syukurlah, aku aman!

***

Dekat, tapi sebenernya jauh banget.

Sebetulnya aku sadar setiap dia kasih kode soal semua rahasia yang kusimpan sendiri. Dia yang bersikeras mau tau, aku pula bersikeras menutupi.

"Kenapa sih lo gapernah cerita sama gue?"

Bahkan kalimat tanya bernada frustasi miliknya sampai tertanam di otakku. Alasan yang kuberikan juga tetap sama, "Lo ga berhak tau,"

Seringnya dia memberi respon manyun, melipat tangan atau meninggalkanku. hanya hari ini saat dia menanyakan telpon dari mama. Kujawap dengan jawaban yang sama dan dia meledak.

"Lo kebanyakan rahasia."

Dia membuka kenop mobil, lalu turun meninggalkanku yang terbengong didalam.

Sambil menyusulnya otakku memikirkan berapa kali aku berkata "Lo ga berhak tau," yang setelah kuulang-ulang terasa menyakitkan.

Pertama, saat dia bertanya kenapa perusahaanku harus memenangkan perebutan tender. kedua, ketika dia bertanya kenapa bajuku bau rokok. ketiga saat dia memintaku bercerita soal papa. empat, saat Michelle berinisiatif menemaniku mengerjakan tugas kantor pukul satu malam.

Tugas dari kakek, siapa lagi? Soal perjandian ku, kakek benar-benar membuatku ingin menarik kembali ucapanku. kakek memberiku tugas seperti dia lupa cucunya masih SMA.

Jika kalian tahu apa rasanya. Lelah. Apalagi itu semua membuat guru matapelajaran memanggilku karena nilai tugasku kosong.

Cita-citaku masuk UI lewat jalur undangan. Apa masih bisa jika begini? Guru guru amat mengesalkan. Bukannya menyemangati, mereka malah menjatuhkanku.

Seperti guru Bu Alfia guru BK, saat aku dipanggil menghadapnya. Buku impian yang wajib diisi kelas X awal disodorkan.

"Bagaimana bisa kamu mau masuk jalur undangan UI kalau tugas aja bolong semua?"

Sadis!

Belum guru yang lain.

"Nilai Matematika kamu turun Dimas. Mana tugas nunggak semua! bapak gak mau tau, kalau sampai seminggu sebelum UTS nilai kamu masih ada yang bolong, bapak gak kasih toleransi lagi!"

Young RelationWhere stories live. Discover now