Ikhlas?

13.7K 566 21
                                    

Di hapus makeup yang tadi ia gunakan. Di depan kaca besar terlihat seorang gadis cantik berkulit pulit dengan rambut terurainya yang membuat para kaum pria terpesona melihat parasnya.

"Rani!!!!" Teriak seorang gadis yang sedari tadi memperhatikan laptopnya.

Ya, Dia Rani si wanita mungil yang disebutnya sebagai putri oleh salah seorang sahabatnya. Irsyad.

"Bisa gausah pake teriak?" Ucap Rani menoleh kebelakang. Berjalan ke tempat tidurnya.

"Abis, lo daritadi sibuk aja sama makeup lo itu. Ini Irsyad ngirimin E-mail lagi. Gue gak tau mau jawab apa". Gumam gadis itu tanpa menoleh kebelakang.

"Kan  gue bilang sama lo, Lo aja yang bales semua E-mailnya. Gue gak mau Bales E-mail kaya gitu ga penting banget". Jawab Rani sambil memolesi tangan dan kakinya dengan bodylotion miliknya.

"Ran.. semenjak irsyad pergi lo sama sekali gak ngebales E-mail dia loh. Gue yang jawab mulu. Kalo dia tau pasti dia kecewa banget sama lo Ran. Dan gue takut dia benci sama gue karena gue bohongin dia" Keluh gadis itu menutup laptopnya lalu duduk di pinggir ranjang milik Rani.

"Udah tenang aja. Dia gak bakalan marah sama kamu. Nanti biar aku yang bilang sama irsyad bahwa aku yang menyuruh kamu buat balesin emailnya dia"

Rani mendekati gadis itu Lalu menyulurkan tangannya ke pipi gadis itu " jangan sedih. Ayo senyum. Mana lesung pipinya?" Godanya.

Epril pun tersenyum lalu memeluk Rani dengan erat. Epril sangat menyayangi Rani. Apapun dia lakukan untuk Rani. Karena Epril merasa di dalam persahabatnya epril lah yang paling dewasa daripada Rani.

"Eh, menurut lo irsyad berubah ga ya ep? Apa dia tambah Ganteng? Pasti di sana dia banyak yang nyukain ya? Ugh.. gue bisa bayangin gimana mukanya yang Sok kecakepan. Tapi sih, emang dia cakep" Epril melepaskan pelukannya. Mendengar celoteh Rani membuat hati Epril sedikit sakit.

Epril menyadari bahwa Rani tidak pernah melupakan Irsyad walaupun dia tidak ingin membalas pesan dari Irsyad tetapi Rani pasti terus memikirkan Irsyad.

Epril tersenyum tipis lalu menanggukan kepalanya.

"Yasudah. Kita tunggu aja si Tuan Amerika datang. Gue mau bobo ah ngantuk Ep" Ucap Rani lalu merebahkan tubuhnya.

Epril hanya tersenyum lalu mengelus puncak kepala Rani. Epril menarik selimut menutupi tubuh epril. Mengambil laptop miliknya yang sedari tadi ia gunakan untuk berkomunikasi dengan Irsyad. Epril menutup pintu kamar Rani perlahan. Dan kembali ke kamarnya.





***

Pagi hari. Epril dan Rani diminta untuk pergi ke bandara oleh orangtua epril. Rani sempat menolak untuk ikut ke bandara karena Rani sudah janji dengan temannya pergi makan bersama. Epril berhasil membujuknya untuk pergi ke Bandara menemui seseorang.


Epril POV

Aku dan Rani telah tiba di bandara. Kami berdua sempat bosan mencari dimana Ayah dan mamaku berada. Dan yang ingin kami tahu kedua orangtuaku ingin menjemput siapa?

Aku melihat orangtuaku sepertinya sedang berbincang dengan seorang pemuda memakai kemeja putih panjang tetapi dilipat sampai siku dan celana panjang Jeansnya. Aku langsung menarik Rani yang sedari tadi melingak mencari orangtuaku.

"Ayaaaaah" Teriakku yang langsung membuat ayah menoleh lalu aku menarik tangan Rani mengisyaratkan untuk sedikit berlari.

Aku dan rani menghampiri ayah dan berdiri tepat dibelakang pemuda ini. Ayah melirik ke belakang disusul dengan pemuda itu.

"Rani?" Ucap pemuda berjalan melewatiku. Pemuda itu langsung memeluk Rani. Aku pun melepas pegangan tanganku dengan Rani.

Saat pemuda itu menoleh aku yang pertama kali menyadarinya bahwa dia adalah irsyad. Sementara Rani yang dipeluk olehnya kaget dan bingung tiba-tiba dipeluk oleh pria asing.

Aku sakit hati ketika pertama kali yang ia sebut adalah Rani. Bukan Epril. Bukan Aku.

Bukan aku.

Aku melangkah sedikit menjauhi mereka dan merangkul mamaku. Mamaku tau jika aku sedih melihat pemandangan didepannya ini. Dia hanya mengelus pipiku. Aku mengangguk mengerti apa arti elusan yang diberikan mamaku.


Bahkan diapun tidak mengenaliku.




Dia pasti lupa denganku.

Classy BoysWhere stories live. Discover now