Reality

5.4K 289 2
                                    

Epril Point Of view

"Baru pulang, Pril?"

Seharian ini cukup melelahkan bagiku. Bagaimana tidak? Saat aku berada di kantorku sudah banyak Map yang numpuk di Atas meja. Jika diukur dengan penggaris bisa melebihi 30 cm. Dan hari itu juga aku harus menyusun dan menyelesaikan tugas kantorku.

Bayangkan? Aku hanya seorang sekretaris pribadinya. Tetapi, tugasku lebih banyak dari sekretaris umum. Ck!

Dan yang membuatku kesal. Tugasnya sama sekali tidak aku mengerti!

Dia meninggalkan kantor sedari pagi buta. Aku sempat marah-marah dengan sekretarisnya. Tetapi, katanya ini semua tugasku yang diberikan pada BOS sialan itu!.

"Hm" aku hanya berdeham. Saat aku pulang sudah ada Rani di kamarku. Entahlah apa yang dia lakukan disini. Biasanya dia meminjam kamar mandiku, laptopku, atau keperluan makeupku.

Tidak peduli apa yang dia lakukan di kamarku. Aku merebahkan badanku di kasur. Aku mulai memejamkan mataku tanpa melepas pakaian kerjaku atau sepatuku.

"Mandi!"

Aku langsung bangun dari tempat tidurku. Dan melototi Rani.

"Sialan lo! Bisa gak sih ga ganggu gue. Gue capek pengen bobo, Ran. Nanti aja mandinya"

"Dan. Ini..." aku melemparkan handukku ke mukanya.

"EP!"

"Makanya, jangan mulai duluan lempar handuknya. Udah sana keluar. Aku mau bobo. Jangan diganggu. Oke?" Aku membenarkan badanku. Melepas blazer hitamku serta kemejaku. Menyisahkan tanktop putih yang ku kenakan. Dan melepas sepatuku.

"Baiklah, aku beri waktu satu jam untuk kau tidur. Karena setelah ini kita akan makan malam di sini bersama Ramadinata's family"

Aku tidak membalas perkataan Rani. Dan telingaku juga tidak mendengar apa yang dibicarakan Rani. Karena aku sudah benar-benar lelah.

"Hoam, jam berapa sekarang". Aku segera bangkit dari kasurku. Ku lirik jam 9.P.M.

"Laper"

Aku bergegas ke dapur untuk melihat makanan. Sambil mengucek mataku dan menguap sesekali. Sampai di dapur, aku masih mengucek mataku.

"Ma, mau makan" ucapku manja. Tanpa melihat depanku karena mataku gatel sekali.

"Ep"

Aku mulai membuka mataku. Disini ramai sekali. Ada tante Joanna, mama Irsyad. David Ramadinata, Ayah Irsyad. Ada keluargaku, Rani, dan aku tidak mengenali seseorang di samping Irsyad. Dan baby mungil di pangkuan Tante Joanna.

Aku tersenyum tipis kepada orangtua Irsyad. Tetapi kenapa semua memandangku aneh?

Aku melihat Irsyad melototi diriku. Hei! Harusnya aku yang melototi dirinya. Aku lelah karena dirinya.

"Ep, ganti baju. Apa kau sama sekali tidak merasakan angin menusuk tubuhmu?" Tanya Rani sambil meledek.

"Apa maksudmu?"jawabku kesal.

"Kau terlihat, seksi "aku mengenal suara berat itu. Aku menatapnya tajam, sialan apa maksudnya?. Matanya melihat seluruh tubuhku dari atas sampai bawah.

"Yatuhan!"aku langsung lari menuju kamarku. Bagaimana bisa aku keluar dengan tanktop tanpa memakai kaos. Dan rambutku yang berantakan.Double shit!

Setelah mandi, aku memilih memakai kaos lengan panjang berwarna putih dengan jeans pants selutut.

Aku sebenarnya tidak ingin keluar kamar. Tetapi, perut dan ocehan mamaku yang membuatku keluar dari kamar. Aku malu dengan kejadian tadi. Sedikit gugup saat bertemu dengan keluarganya.

Classy BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang