Dingin

5.5K 233 1
                                    

Epril sudah tiba di kantor milik Irsyad. Saat dia memasuki ruangan, banyak karyawan yang sedang membawa barang-barang lalu memasuki ruang kerja Irsyad.

Epril merasa barang yang sedang dibawanya itu adalah miliknya. Tapi dia tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam.

Apa dia memecatku setelah aku mengatakan jika aku tidak mencintainya?batinnya sedari tadi bertanya.

Epril melihat Alex keluar dari ruangan Irsyad dengan muka kusutnya. Dengan melangkahkan kecepatan berjalannya. Berniat untuk menanyakan hal yang terjadi pada Alex. Karena Epril tahu jika Alex tangan kanannya atau orang yang sangat Irsyad percaya.

"Pak Alex"merasa dipanggil Alex menoleh ke sumber suara. Dan memberhentikan langkahnya.

"Pak Alex, apa yang sudah terjadi? Kenapa barang-barangku di--"

"Tidak apa-apa. Lebih baik kau ke dalam. Atau Irsyad akan marah. Aku permisi"senyum tipis Alex diberikan untuk Epril. Epril memandangnya bingung.

Tanpa menunggu pikirannya. Epril langsung masuk ke dalam Ruangan. Dia melihat Irsyad sedang serius melakukan pekerjaannya.

Epril harus berusaha sebisa mungkin melupakan hal yang kemarin terjadi. Epril tersenyum lalu masuk keruangan dan duduk di ruang kerjanya yang satu ruang dengan Irsyad.

"Selamat pagi, Pak"sapa Epril sambil tersenyum memandangnya seolah tidak terjadi apapun.

Merasa di sapa, Irsyad meliriknya dengan acuh tak acuh lalu menghela nafasnya kasar. Dan kembali pada laptopnya tanpa membalas sapaan Epril.

Epril menghela nafasnya, dia tahu jika Irsyad sedang marah padanya. Tetapi, apakah marah ini harus dibawa ke pekerjaannya?.

"Apa Anda ingin minum kopi? Biar saya buatkan, Pak Irsyad"ucap Epril sambil memandang pria didepannya yang sudah asik dengan laptopnya.

Tak direspon.

"Apa Anda sudah sarapan, Pak?Jika belum biar saya buatkan"Tanya Epril lagi. Berharap kali ini Irsyad menjawab pertanyaannya.

"Pas--"

"Adi!"panggil Pria yang sedaritadi diam. Epril menoleh ke pintu ruangan. Dilihatlah Adi office boy yang tak sengaja lewat di depan ruangan Irsyad.

"Tolong buatkan saya cappucino. Dan belikan roti untuk saya" suruhnya. Adi mengangguk mengerti.

"Adi, tunggu!"cegah Epril. Irsyad menaikkan alisnya.

"Buatkan cappucino-nya saja. Biar saya yang belikan Bubur. Tidak usah dibelikan roti." Ucap Epril sambil tersenyum tipis ke Adi.

"Jangan didengarkan. Dengarkan apa yang saya suruh, Adi!" Tegas Irsyad dengan nada tinggi.

"Tidak Adi, bi--".

"Cukup Epril!"Bentak Irsyad dengan menggebrakkan mejanya. Irsyad memberi isyarat dengan Adi untuk meninggalkan ruangannya.

"Kau tidak perlu mencampuri urusanku!" Ketusnya dengan menatap Epril tajam. Epril yang melihatnya hanya menunduk takut.

"Ma-af"

Irsyad lalu duduk kembali dengan gusarnya. Lalu kembali menatap layar Laptopnya.

Epril kembali duduk di kursi kerjanya. Lalu melihat ada Map, berarti hari ini ada pekerjaan yang harus diselesaikan juga.

Epril melirik Irsyad sesekali. Tetapi, yang dia lihat adalah tatapan Irsyad pada laptopnya. Ingin rasanya Irsyad menatapnya walau sekali saja.

Epril membuka Mapnya, dia menyeritkan alisnya. Seperti tidak paham. Apa yang harus dia kerjakan? File ini sama sekali tidak ada yang Epril pahami.

Epril ingin menanyakan ini kepada bosnya tetapi sepertinya bosnya masih marah kepadanya.

"Kalau gini caranya bagaimana bisa aku selesaikan. Aku tidak paham sama sekali"gumamnya dengan pelan.

Epril mengetuk dahinya dengan pulpen. Dia sedang berpikir bagaimana caranya dia mengerti. Berkas pembantunya ssma sekali tidak ada di mejanya.

"Mau tidak mau harus bertanya, bodoh!"Gumam Epril lagi. Irsyad mendengar semua keluhan Epril. Dia hanya tertawa sinis di dalam hatinya.

Sebentar lagi dia akan bertanya pada Irsyad. Irsyad menyunggingkan senyum jahatnya. Dia menghitung dengan jarinya dibalik laptop miliknya

Satu

Dua

Tig--

"Pak!" Dan yeah!

Irsyad menoleh dengan enggan. Lalu membuang mukanya lagi didepan laptop.

"Pak Irsyad yang Terhormat! "Panggil Epril sekali lagi dengan menekankan kata terhormat.

Irsyad menoleh. "Saya tidak mengerti semua file ini, tidak ada berkas pembantu untuk menyelesaikan. Bagaimana bisa selesai jika seperti ini?" Tanyanya dengan raut wajah kesal.

"Aku tidak peduli"jawabnya dengan ketus. Epril menggeram kesal. Bukan itu tiga kata menyebalkan itu yang ia inginkan. Tetapi, caranya. Bodoh!

"Mau peduli kek atau tidak peduli kek ini tidak ada sangkut pautnya dengan berkas. Memangnya ini berkas judulnya 'tidak peduli' Hah?! Jika judulnya itu saya tidak akan bertanya pada Anda pak. Karena saya bisa mendeskripsikannya pada diri Anda. Seperti ini isinya. Mungkin agak lebay ya, pasti awalnya Dear bosku, Tidak peduli itu lah yang bisa saya jelaskan pada berkas ini--"

"Syad!" Alex masuk ruangan Irsyad tanpa mengetuknya.

"Syukurlah kau datang"Irsyad menghela nafasnya. Alex melihat wajah dan kepalan tangan Epril. Sepertinya dia sedang kesal dengan bos sialannya ini.

Lalu pandangannya beralih pada Irsyad yang sedari tadi menampilkan wajah badmoodnya.

"E-eh, saya mengganggu kalian, Ya? Saya keluar deh" Alex langsung keluar tanpa persetujuan dari Irsyad. Sementara Irsyad berharap Teman cerewetnya bisa di sini menengahi kami yang sedang berperang.

"Saya keluar juga!"ucap Epril dengan nada tinggi sekaligus kesal.

Irsyad menghela nafasnya lagi. "Bahkan mereka berani meninggalkanku, sendirian!"gumamnya kesal. Lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

 
"Aku tidak di ladeni. Dia seperti kambing conge. Kupingnya ditulikan. Semoga Tuhan tidak menulikan kupingnya" gerutunya sambil berjalan keluar dari ruangan yang begitu panas.

"Memangnya ada apa? Biar aku bantu?"

Merasa ada yang berbicara dibelakangnya. Epril menoleh kebelakang.

"....."

Jangan lupa vote and commentnya ya ;)))


Classy BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang