You make me 'shy'

6.8K 307 3
                                    

"Tidak!" Jawabku tegas.

"Sekali lagi, aku berikan pilihan untukmu. Would you be my girlfriend or friend?"

"Tidak keduanya. Ingat ya, semenjak kau tidak mengenalku saat itu aku tidak ingin menanggapmu Temanku apalagi sahabat. Mengerti. Beritahu dimana ruanganku" aku tidak ingin jantung ini terus berdetak aku segera berjalan melangkahkan kaki lalu membuka pintunya

Dia terdiam aku menolehkan wajahku ke arahnya. Aku melihat dia tampaknya dia sedang sedih. Apa ucapanku membuatnya sedih dan melamun seperti ini?.

Oh, maaf aku tidak bermaksud.

Aku berniat melangkah menenangkannya. Namun, " kamu tanya saja mejamu dimana di bagian lowongan kerja"

"oke. Terima kasih" aku langsung keluar dari ruangannya lalu mencari manajer personalia

"Mbak lagi."Panggilku sambil cengengesan. Dia langsung membanting pulpen yang tadi dia pakai. Aku kaget melihatnya seperti itu.

"Maaf mbak jika saya menganggetkan Mbak. Saya ingin bertanya ruangan saya dimana ya? Saya baru disini. Saya disuruh sama Irsyad. Eh maksud saya Pak irsyad bertanya pada Mbak" jelasku. Dia hanya menggelengkan kepalanya. Aku tidak mengerti maksudnya.

"Maaf ya nona, disini tidak ada lowongan. Jadi tidak ada ruangan untuk Anda"Ucapnya. Aku semakin tidak mengerti. Jika tidak ada lowongan, untuk apa Irsyad mengajaknya bekerja disini?.

"Oke. Mbak. Saya akan tanya dengan Pak irsyad lagi. Terima kasih ya Mbak. Oh ya mbak. Jangan di buang-buang pulpennya. Sayang Mbak, belinya kan pake uang"ucapku sambil mengambil pulpen yang tadi terjatuh. Lalu meninggalkannya.

Jangan bilang gue dikerjain lagi. Emang sialan itu Beo.

"Maksudmu apa sih syad? Aku tidak mengerti. Kata manajer itu tidak ada lowongan kerja dan ruangan yang harus disiapkan" ucapku saat sudah berada di ruangannya. Dia hanya menatap layar laptopnya tanpa memperhatikanku.

"SYAD"Teriakku. Tetapi dia sama sekali tidak menatapku.

Ih gila, udah gila, nyebelin, budeg kali. Udah lengkap paketnya syad.

"Pak"panggilku lagi tetapi aku kecilkan suaraku. Dia menoleh.

Daritadi kek.

"Saya memang tidak membuka lowongan kerja"ucapnya santai.Sementara aku? Sudah tidak bisa santai lagi!

"LALU KENAPA KAMU NGAJAK AKU KERJA DISINI. IRSYAD"

"saya bilang kan jangan teriak, peraturan itu masih berlaku"persetan dengan peraturan.

"Saya tidak ada gunanya disini. Baik kalo gitu daripada saya naik darah ngadepin bapak beo ini. Eh maksud saya bapak keseleo ini. Eh maksudnya bapak ceo ini. Lebih baik saya pulang" aku berbalik lalu melangkahkan kaki untuk keluar.

"Anda tetap bekerja disini, sebagai sekretaris pribadi saya. Dan ruangan Anda ada disini. Bersama saya"

"WHAT? WHAT ARE YOU SPEAKING?"Teriakku. Dia langsung menatapku dengan tatapan membunuh. Oke aku salah, aku berteriak lagi.

"Maaf pak, sekretaris Anda kan sudah Ada. Kenapa harus pake sekretaris pribadi?" Bantahku.

"Terserah saya",

"Tapi saya tidak ingin anda menyuruh saya yang tidak-tidak. Dan saya akan membantah anda jika saya sudah lelah. Dan jangan pernah berani main-main dengan saya" Ancamku sambil menunjuk dirinya.

Dia berdiri lalu mengikuti jejakku dan berdiri dihadapanku. "Kalau gitu, kamu maunya serius?" Tanyanya semakin mendekat. Aku refleks memundurkan langkahku.

Classy BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang