Future Husband?

6.5K 229 9
                                    

Setelah mandi Epril memilih untuk menyicipi makanan yang sudah dibuat dari pagi oleh ibunya. Epril berharap jika dirinya tidak bertemu Irsyad. Meski mulut dan hatinya berkata berbeda. Dengan terburu-buru menyelesaikan makanannya Epril memilih untuk pergi ke taman belakang.

Epril memilih taman belakang untuk dirinya meyakinkan apa yang sudah ia ucapkan. Seperti yang ia katakan. Epril akan menikah dengan Steve. Bahkan dirinya saja belum memberitahu steve jika dirinya mau menikah dengannya. Memang waktu kami berkenalan satu sama lain begitu singkat. Epril tidak menjadikan Steve sebagai pelarian cinta dari Irsyad. Tetapi Epril hanya ingin pernikahan Rani tetap berjalan dan Epril berjanji didalam hatinya ia akan belajar meyayangi Steve.

Ponsel yang dipegang Epril bergetar. Menandakan ada sebuah panggilan masuk. Epril melihat nama yang tertera di ponsel tersebut.

Steve's calling..

Dengan perasaan takut dan tidak karuan akibat perkataannya tadi dan kejadian pagi membuatnya malu mengangkat ponselnya. Tetapi Epril berpikir jika ia tidak mengangkat ponselnya maka kapan ia akan berbicara dengan Steve mengenai pernikahan yang akan dilaksanakan satu bulan kedepan?

"Iya, Syad?"

"kamu sedang apa?"

"Aku? Ak-u sedang duduk di taman belakang"

"Melamunkan aku ya?"

"Ti—dak"

"Bohong!"

"Syad, bisa kita bertemu? Aku ingin membicarakan sesuatu"

"pernikahan?"

Dengan terkejutnya Epril mendengar suara Steve. Bagaimana ia bisa tahu jika dirinya ingin membicarakan hal ini? Apa Rani sudah memberitahunya? Gercep ya.

"Kena—pa ka—mu bis—"

"Aku tunggu di Warung depan komplek"

Belum sempat Epril menjawab ucapan Steve. Pria itu sudah mematikan sambungan teleponnya. Dengan perasaan yang tidak karuan Epril kembali ke kamarnya dan berganti pakaian untuk menemui Steve.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk berganti pakaian dan berjalan menuju warung depan komplek akhirnya Epril tiba dan memesan minuman karena dilihatnya pria yang dicarinya belum tiba.

"Maaf, aku telat"

Epril melenguk ke sumber suara lalu membalasnya dengan senyum sekilas. Pria itu lalu mengambil bangku di hadapan Epril.

"Kenapa kamu bisa tahu tentang pernikahan ini, Syad?"Tanya Epril To the point.Epril tidak suka berbasabasi menunggu pria itu yang belum mengeluarkan pertanyaan mengenai pernikahan.

"Rani yang memberitahuku"Balasnya. Epril hanya bisa menganggukan kepalanya. Ternyata benar dugaannya.

"Aku ingin bertanya serius, Pril. Apa kamu benar-benar ingin menikah denganku? Pril pernikahan bukan hal yang bisa dibuat bercanda"Lanjutnya dengan tampang serius. Epril yang mendengarkannya sedikit merasa takut mengenai kelanjutannya untuk menikah dengan Steve

"Kamu tahu bukan? Jika pernikahan yang bertahan selamanya harus dilandasi oleh cinta dan kasih sayang antar kedua pasangan? Dan pernikahan yang sacral hanya akan terjadi sekali seumur hidup, Pril. Jika sebuah pernikahan bisa dipondasikan hanya dari kasih sayang dan cinta dari seorang pria. Sudah dari pertama aku bertemu sama kamu, aku akan mengajak kamu untuk menikah denganku, Pril. Tetapi aku percaya dengan kasih sayang dan cinta antar kedua pasangan yang akan mampu membuat pernikahan lebih bermakna. Karena dipernikahan itu banyak sekali rintangannya, Pril. Oleh karena itu butuh cinta dari kedua pasangan untuk menyelesaikannya. Jika hanya satu pihak, aku benar-benar tidak yakin, Pril".

Kembali mendengar paparan perkataan dari steve yang membuatku semakin pesimis untuk melanjutkan pernikahan. Epril memejamkan matanya berusaha melawan pesismis di hatinya dan meyakinkan semua yang dipilihnya. "Bantu aku untuk membuka hati dan cintaku untukmu, Steve"

"Aku selalu ingin menerobos pintu hatimu, Pril. Tetapi yang bisa membuka hatimu hanya dirimu sendiri Pril. Bukan aku, dan bukan orang lain"

"Aku sudah membuka hatiku, Steve"Jawab Epril dengan berat hati. Berusaha untuk bisa mengeluarkan nama Irsyad yang sudah menempel kuat dihatinya.

"Apa kamu lagi mencintai seseorang?"

Dengan terkejutnya Epril mendengarkan pertanyaan dari pria dihadapannya ini. Epril semakin takut jika Steve bisa membaca pikiran dan hatinya yang sedang kacau saat ini.

"Tidak! Aku tidak pernah mencintai seseorang saat ini" Tegas Epril agar Steve percaya semua perkataan dari Epril

Steve kembali menatap dalam-dalam wanita yang ia cintai dihadapannya. Ia perhatikan mulai dari sudut matanya hingga gerak-geriknya. Steve tidak bisa membaca hati Wanitanya ini. Steve hanya ingin memastikan dan meyakinkan jika keputusan untuk bersamanya sehidup semati itu benar.

"Apa kamu serius?"

Epril hanya menganggukan kepalanya dengan yakinnya sambil tersenyum. "Baiklah, aku akan mempersiapkan pernikahan ini. Kamu dan Rani ingin menikah bersamaan di hari yang sama, bukan?"

"Ya, steve"

Steve tesenyum. Lalu memeluk wanita dihadapannya ini. "Jadilah ibu dari anak-anakku kelak, Ardhila Aprilia. Aku yakin anak kita cantik dan tampan seperti kamu dan aku" Epril yang mendengarkan sebuah harapan yang diinginkan oleh steve hanya bisa tersenyum lalu menganggukkan kepalannya walau hatinya belum berkata seperti mulutnya.


Classy BoysOù les histoires vivent. Découvrez maintenant