Epilog

5.9K 85 3
                                    

"Hai, Steve"

Steve melenguk ke belakang. Ia tersenyum melihat wanita dihadapannya. "Ngidam lagi, Pril?"

Epril hanya cengengesan lalu menganggukan kepalanya sambil mengelus perutnya yang sudah lumayan buncit.

"Jangan bilang kamu minta aku cium"

Epril menjitak kepala Steve. "Dih, nggak."

"Yakali, anak kamu ngidamnya aneh lagi. Abis kemarin juga minta dielus perutnya sama aku didepan Irsyad. Aneh, sebenernya ini anak aku apa irsyad sih" Ucapnya sambil terkekeh.

Epril menjitak kepala Steve lalu Steve dengan refleks menjauhkan dirinya dari Epril. "Lah ngapain jauh-jauh"

"Ribet. Bumil kalo duduk suka ga liat lapak!"

Epril tertawa mendengar ledekan Steve, lalu dengan cepat ia kembali mengurungkan tawanya. "Kenapa murung, Steve?"

"Nggak kenapa-kenapa. Memangnya ada apa?"

"Jangan bohong, Cerita Steve. Semenjak kepindahan kamu ke sini saat Rani hamil besar sepertinya kalian sedang tidak apa-apa"

Ya, dengan terpaksa Rani-Steve dan Irsyad-Epril harus kembali ke rumah Mama dan Ayah Epril sebagai bentuk penjagaan keduanya saat hamil besardi saat Irsyad dan Steve harus bekerja. Hanya selisih satu bulan lebih tua kehamilan Epril dibanding Rani.

"Entah, kami masih belum bisa terbuka seperti kalian. Aku jujur sama kamu mengenai perasaanku sama kamu untuk saat ini pure hanya sebagai adik perempuan yang harus ku jaga. Tetapi, entah apakah Rani selalu merasa aku masih menyukai kamu atau dia yang masih terbayang dengan cintanya dengan Irsyad"

Epril menghela nafasnya, "Syukurlah, Steve mau cerita sama Epril. Umur pernikahan kalian sudah hampir dua tahun apa masih sulit untuk bertukar cerita? terlebih kalian sudah diberikan buah hati yang dua bulan lagi lahir. Bagaimana tanggapan anak kalian nanti melihat kedua orang tuanya masih belum menyatakan perasaannya secara langsung?"

"Aku tau ini susah, Steve. Tapi, kamu sebagai pria harus lebih dahulu menanyakan perihal perasaannya kepadamu. tidak mungkin jika Rani yang menanyakan hal itu, bukan? meskipun mungkin nanti hasilnya tidak sesuai seperti apa yang kamu inginkan setidaknya kamu tahu dan ingin memperbaikinya. Aku sangat berterima kasih sama kamu mau menghapus semua tentang aku. Gantilah dengan nama Rani"

"Sudah aku coba, perlahan. Tersusun meskipun belum sempurna."

"Biar nanti aku coba tanya perasaan Irsyad kepadanya." Ucap Epril tersenyum sambil menepuk pundak Steve pelan.

Steve tersenyum lalu mengelus pelan perut Epril, "Irsyad hanya mencintaimu, Epril. Percayalah. Kalau dia tidak mencintaimu, dedek ini nggak akan cepet jadi."

"Steve! Tangan lo!"

Epril, Steve refleks melinguk kebelakang dan melihat Irsyad yang berjalan dengan langkah lebar lalu menghampiri keduanya dan memukul tangan Steve.

"Bahaya ternyata kalo lo nggak kerja," Irsyad menarik Epril untuk berdiri dan direngkuh tubuh besar Epril.

"See. Yang aku bilang bener kan, Pril."

"Hah?"

"Udah, Syad. Masuk. Kamu mandi, bau. Aku nggak suka." Epril menarik tubuhnya dari pelukan Irsyad lalu Irsyad menyium kemeja yang ia kenakan.

Masih wangi.

"Tunggu dulu, tadi kamu ngomong apa sama Steve?"

"Yaudah aku ceritain didalem. Ayok masuk."

"Ii--"

"Anak lo minta gue nyium emaknya."Ucap Steve Asal. Irsyad membulatkan matanya lalu menarik kaos yang digunakan Steve. Melihat itu, Epril hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu berlalu lebih dulu masuk ke dalam rumah.

"Eh-- Ko aku ditinggal sih."

"Ya jelas ditinggal. Lo masih aja belum percaya cintanya Epril sama lo, Pria gede berotak lemot."

"Sialan lo, Steve!" Baru ingin menonjok Steve. Steve hanya memasang muka malas jika setiap hari harus selalu bertengkar dan ditarik kaosnya. Bisa-bisa tinggal satu bulan di rumah ini kaos yang ia pake melar semua.

"Irsyad!" Teriak Rani yang baru memasuki halaman rumah saat melihat pemandangan didepannya.

"Awas aja lo, Steve. Main-main sama gue, gue hajar lo."

"Irsyad! Perut aku!" Kali ini teriakan ini berasal dari dalam rumahnya.

"Heeh--"

Irsyad cepat berlalu dari hadapan Steve dan menyusuli Epril yang berteriak memanggilnya dengan embel-embel perutnya. Ya, sudah dua kali Irsyad ingin memukuli Steve tetapi selalu terhenti karena Epril yang memanggilnya dengan alasan perutnya.

Ya, alasan itu. Alasan yang mampu membuatnya bertahan dengan hidup dan cinta dari kedua orang itu.

Dan ya, dengan kebungkaman itu yang mampu membuatnya mencari terus cinta yang bisa membuatnya bertahan.

Classy BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang