Conscience

5.6K 278 0
                                    

Epril bangun dari tempat duduknya. "Kau mau kemana, Nak? Makananmu belum habis. Katanya kau lapar"Ucap mamaku.

"Aku sudah kenyang, Ma. Tante joanna, bolehkah aku menggendongnya?"

Melihat anggukan Tante joanna, aku tersenyum senang lalu menggendong cute baby ini. "Siapa namanya?" Tanyaku setelah menggendong dan mengecup pipinya.

"Alesha"Jawab Tante joanna.

"Lucu sekali namanya. Seperti, mukanya. Bahkan dia bukan hanya menggemaskan tetapi dia juga cantik. Aku yakin, Alesha akan mengalahi sahabatku, Rani. Iya kan, baby sha?" Ledekku yang membuat Rani melototiku. Aku membalasnya dengan mengejeknya. Sementara baby Alesha terlihat senyum.

"Sebaiknya kau menginap malam ini, David. Ini sudah larut malam. Bagaimana?"Tanya Ayahku.

"Nah, Aku benar kata Ayah. Tante Joanna dan Om David bermalam disini saja. Setelah itu, Alesha akan tidur bersamaku. Bolehkah, Tante Joanna?" Aku melihat mereka sedang merundingkan pertanyaan Ayahku. Dan aku melihat Irsyad tersenyum licik. Apa maksudnya?

"Yasudah, kita bermalam di sini. Kau juga boleh tidur dengan Alesha. Jika dia haus berikan dia susunya. Oke?" Ucap Tante Joanna.

"Baik Tante. Tapi, apa orangtua baby sha ini tidak mencarinya?" Tanyaku tak lepas dari wajahnya yang menggemaskan.

"Orangtuanya bekerja. Biasanya sih pulang malam. Alesha sudah terbiasa tanpa orangtuanya"

"Oh. Yasudah, Tante joanna. Aku membawanya ke kamarku ya?"Tanyaku lalu dibalas dengan anggukan. Tanpa melihat siapapun aku langsung membawanya ke kamarku.

"Baby, kau akan bersamaku. Kita bermain di kamarku ya. Eh tapi kau bobo saja. Ini sudah larut" ucapku sambil berjalan ke kamarku. Sementara yang lain hanya menatap punggungku dari belakang sambil tersenyum.

Author POV

"Epril memang sangat menyukai anak kecil"ucap Fella, mama Epril.

"Ya, itu terlihat sekali dari perilaku Epril yang menyayangi, Alesha sepenuh hatinya"Jawab Joanna yang sedang membantu Fella membersihkan meja makan. Sementara yang lain sudah naik ke kamarnya masing-masing.

"Irsyad"Irsyad menengok ke sumber suara.

"Kenapa kau belum tidur? Udaranya sangat dingin kau--"

"Aku belum mengantuk. Sepertinya malam ini aku tidak bisa tidur, Ran"jawab Irsyad tanpa menoleh ke Rani. Rani berjalan lalu berdiri disampingnya.

"Memangnya kau memiliki masalah di kantormu?"

"Tidak juga"

"Lalu? Kenapa? Apa rumah ini tidak nyaman bagimu? Atau kamar tamunya tidak nyaman atau Ac nya tidak dingin. At--"

Cup

Irsyad mengecup bibir Rani sekilas. Dan ini membuat Rani menegang. Dia tahu jika ciuman ini bukan ciuman pertamanya. Tetapi, kenapa hati Rani bergetar begitu cepat? Entahlah, mungkin saat ini. Rani mulai mencintai Irsyad, sahabatnya.

"Kau bawel sekali" ucap Irsyad lalu menyentil hidung mancung, Rani. Rani tersipu malu.

"Pipimu memerah. Rani" lanjutnya seraya meledek Rani.

"Ma--s-a sih?"

"Ya, coba kau mengaca di kaca itu" tunjuk Irsyad. Tapi, Rani menggeleng.

"Tidak perlu, aku hanya ingin bertanya. Kenapa kau tidak tidur?jika kamar ini tidak nyaman bagimu. Kau bisa, em..."

Classy BoysWhere stories live. Discover now