Aku tersenyum, menatap kasir yang tengah menghitung sembari memasukkan belanjaanku ke dalam kantong plastik, lalu memberikan sejumlah uang yang disebutkannya tadi.
"Terimakasih, silahkan datang lagi." Kasir itu tersenyum ramah, akupun membalasnya dengan anggukan pelan, mengambil kantong plastik belanjaanku, lalu mulai melangkah keluar dari SuperMarket itu.
Aku berjalan keluar dari SuperMarket, menenteng barang belanjaan sebanyak ini membuat dahiku sedikit berkeringat. Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku sejenak. Pukul 3.00 pm. Sudah sore begini, namun matahari masih sangat terik. Maklum, di Seoul sedang memasuki musim panas sekarang.
Kulihat orang-orang berlalu-lalang ke sana-kemari. Aku tak menghiraukannya, lalu mulai melangkah menuju bahu jalan, bersiap untuk menyeberang menuju halte bus yang ada di seberang jalan sana. Aku mendengus, karena uangku tidak akan cukup jika naik taksi. Jadi, aku tak punya pilihan lain.
Saat lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah, aku mulai berjalan ke seberang sambil menenteng belanjaanku. Begitu juga dengan orang-orang disekitarku yang ikut menyeberang. Sore ini tampak ramai sekali. Mungkin karena ini hari sabtu.
Tak ada yang aneh, hingga samar-samar kulihat sesosok pria dengan kemeja hitam kotak-kotaknya berjalan ke arahku. Kupikir, pria itu hanya ingin menyeberang. Tapi, tidak. Ia berjalan ke arahku dan aku sangat yakin akan hal itu. Aku membulatkan mataku, saat pria itu semakin dekat.
Dan apa yang terjadi selanjutnya? Pria itu memelukku. Iya, memelukku. Di tengah jalanan yang sedang ramai dengan orang-orang yang tengah menyeberang. Aku menjatuhkan kantong belanjaanku ke tanah begitu saja, mengepalkan kedua tanganku di sisi tubuh dan menatap ke arah depan dengan tatapan kosong. Sementara pria itu masih memelukku dengan erat. Kedua lengannya melingkar sempurna di tubuhku.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Aku ingin melepaskan diriku dari kungkungan pria itu. Namun, niatku terhenti saat pria itu mulai membisikkan sesuatu di telingaku, "Kau masih ingat aku? Aku...Kim TaeHyung..."
Suara itu. Suara husky itu. Mataku membulat sempurna.
"Tae...TaeHyung...?" aku bergumam dengan suara yang pelan sekali. akupun tidak yakin kalau pria itu dapat mendengarnya.
~TiiittTiiittt~
Kami berdua tersentak, saat suara klakson mobil terdengar dimana-mana. Astaga, aku bahkan lupa kalau sedari tadi kami tengah berpelukan di tengah jalan dengan pandangan aneh dari orang-orang sekitar.
TaeHyung melepaskan pelukannya. Kulihat ia mengeluarkan cengiran aneh dari wajahnya, lalu mengambil kantong belanjaanku dengan cepat dan menatapku sejenak, "Ayo, kau tidak mau ditabrak kan?!"
