Katanya, cinta pada pandangan pertama itu hanya mitos belaka.
Tapi banyak orang yang jatuh hati lewat tatapan mata diawal. Padahal tatapan mata tidak memberi sentuhan fisik, bahkan tidak mengekspresikan hal romantis yang dapat menyentuh hati.
Tapi ada yang percaya, bahwa hubungan tak akan bisa dibangun tanpa adanya kontak mata.
Lalu,
Hanya dengan tatapan mata dan sedikit sentuhan...
Apakah cukup?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
Kau, ibu dan kakakmu barusaja keluar dari pusat perbelanjaan yang tak jauh dari tempat tinggal kalian. Hari minggu memang waktunya untuk mengisi keperluan dapur dan yang lain. Di sini ramai sekali karena letaknya strategis dekat alun-alun kota.
"Ibu, aku mau beli kue dan coklat. Tiba-tiba ingin makan yang manis-manis."
"Banyak sekali jajanmu." Potong kakak yang tiba-tiba menoyor kepalamu hingga kau hampir terjungkal. Gadis berambut pendek itu memang suka cari keributan.
"Kau ini berisik sekali, kak! Ibu kan tidak pelit sepertimu!" Ocehmu.
"Tak ada gunanya dermawan dengan anak cerewet sepertimu!" Kakak menyentil pipimu. Kau hanya bisa meringis.
"Awas kau ya! Jangan minta!"
Kakak malah tertawa mengejek. "Bodo!"
"Ish!"
Sementara ibu hanya tersenyum tipis. Ribut begini sudah jadi rutinitas kalian, jadi ibu hanya bisa diam dan menikmati. "Ya sudah, kita mampir ke toko yang disana. Ibu sering melewatinya, dan dia selalu ramai."
Kau membuat gesture oke dengan jarimu.
"Oh? JungKook?" Kau terkejut mendapati JungKook yang muncul entah darimana. Ia berjalan kearah kalian.
"Hey." Suaranya lembut menyapa.
Senyummu mengembang. "Hey. Kau belanja juga?"
"Aku habis mengantar ibuku. Dia menyuruhku untuk langsung pulang saja karena ada janji dengan temannya. Aku tak sengaja melihat kalian jadi..." JungKook mengusap tengkuknya. "Aku mau memberi salam." Ia tersenyum tipis setelahnya.
Manis sekali.
Aku mengangguk paham. Begitu juga dengan ibu yang menatap dengan ekspresi gemas.
"JungKook kau semakin tampan ya. Kapan mau main ke rumah?"
Pria itu mengusap rambutnya lagi. "Ah iya, kak. Aku pasti akan datang nanti." Senyum paksanya terlalu jelas. Kau justru menahan tawa karena ia tampak lucu.