BTS FANFICTION (방탄소년단의 팬픽션)

Pt. 4 : Metanoia

.

.

.

"The journey of changing one's mind, heart, self, or way of life..."

***

Aku berjalan tergesa-gesa. Kumasukkan kunci cadangan yang kubawa, segera masuk kemudian mengunci pintu kembali.

"Sudah pulang?"

Aku hampir saja terjungkal saat mendapati TaeHyung sudah berdiri di depanku dengan secangkir kopi di tangannya.

"Maaf... Kau menunggu ya?"

TaeHyung menatap cangkir di tangannya. Ia tersenyum tipis, "Tidak. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan."

Aku mengangguk paham. Tanpa sebab yang jelas, merasa sedikit kecewa atas perkataan TaeHyung barusan.

"Mau...kutemani?" Tanya sedikit ragu.

"Tidak. Ini sudah malam, tidurlah. Selamat malam." TaeHyung berbalik. Ia masuk ke kamarnya, sedang aku masih mematung di depan pintu.

---

Suara ketukan pintu membuatku terbangun. Aku mengerjap pelan.

"Sarapan sudah siap. Ayo, bangun dan makan." Suara berat TaeHyung seketika membulatkan mataku.

Astaga! Aku lupa ini hari minggu.

Seperti biasa, dihari minggu TaeHyung selalu bangun lebih awal untuk membuat sarapan.

Tapi, apa ini tidak terlalu pagi? Jarum jam barusaja menunjukkan pukul 7 tepat.

Aku bangkit. Kuikat rambut panjangku asal ke atas. Masih dengan muka bantal, aku keluar kamar menuju pantry.

"Pagi." Sambut TaeHyung.

Kulihat dua piring sandwich sudah tertata manis di atas meja.

TaeHyung meletakkan segelas jus jeruk di sisi piring milikku, "Selamat makan."

Aku duduk bersamaan dengan TaeHyung. Kami menikmati sarapan seperti biasa. Walau sebenarnya, aku merasakan hal yang lain.

"Kau bisa bangun sepagi ini dihari minggu?"

TaeHyung mengunyah potongan sandwich-nya perlahan.

"Aku hanya...terbangun begitu saja."

Aku mengangguk paham. Mungkin, itu efek kopi yang ia minum semalam.

"Bagaimana?" Suara berat TaeHyung menghentikan pergerakanku.

"Bagaimana apanya?"

"Pria itu..."

Arah pembicaraan TaeHyung membuatku sedikit terkejut. Bukankah ia tak mau membahas tentang JiMin?

"Eum...aku sudah berhenti bekerja."

TaeHyung terdiam sebentar. Ia letakkan pisau dan garpu itu di sisi piringnya, lantas menatapku.

"Kalian hanya berbicara tentang pekerjaan?"

Dahiku mengerut, "Maksudmu?"

"Tidak. Lupakan." TaeHyung melanjutkan makannya.

Aku menatapnya khawatir. Entah bagaimana, nafsu makanku hilang seketika.