Pt. 3 : L'appel Du Vide

1.8K 136 73
                                        

.

.

.

"The unexplainable desire to jump when on the edge off a cliff..."

***

-AUTHOR POV-

TaeHyung menatap langit yang tampak kejinggaan. Matahari mulai terbenam. Cahayanya meliuk-liuk di dasar laut, seakan melambai dan berucap 'sampai jumpa'.

Kira-kira seperti itu. TaeHyung tersenyum miris. 'Sampai jumpa' itu, terdengar seperti 'selamat tinggal' baginya.

TaeHyung menatap kedua kakinya yang memijak kokoh di atas batu karang yang tinggi nan besar.

Ia maju dua langkah. Bak di ujung tanduk, TaeHyung menghela napas perlahan. Rambut coklatnya yang halus beterbangan seiring kencangnya hembusan angin.

"TaeHyung..."

TaeHyung tertegun. Ia berbalik. Netranya menemukan seorang gadis berambut hitam sebahu yang cantik. Di sebelah gadis itu, seorang pria dengan rambut serupa selai kacang. Tangan mereka saling bergandengan.

TaeHyung hanya bisa diam. Mulutnya kelu. Hingga perlahan, gadis itu maju lebih dekat padanya.

Lebih dekat, lebih dekat.

"TaeHyung, maafkan aku."

"Ti-tidak. Jangan...." TaeHyung menggeleng kuat.

Gadis itu tersenyum tipis. Lebih dekat dan lebih dekat lagi. Tanpa aba-aba, kedua tangannya mendorong kuat dada TaeHyung.

Taehyung menatap langit di depan matanya. Massa tubuhnya begitu ringan. Angin membawanya jatuh ke permukaan air yang dingin.

"AAARRGGHHH!!!!"

---

Aku membuka pintu coklat itu tergesa-gesa.

"TaeHyung?" Kudapati pria itu tengah duduk di atas ranjang. Napasnya terengah-engah seperti habis berlari.

Aku menghampiri TaeHyung, duduk di tepi ranjangnya, "Ada apa?"

Dari matanya, dia seperti ingin menyampaikan sesuatu. Aku semakin cemas. Hingga setitik air yang jatuh dari mata TaeHyung membuatku panik.

"Kenapa? Ada apa? Kau mimpi buruk?"

"Aku ambilkan air, ya?" Ucapku lagi.

TaeHyung menatapku. Mulutnya terkatup rapat. Aku mendesah frustasi.

"Tolong, bicaralah sesuatu!" Aku bersumpah jika TaeHyung tidak bicara juga, maka aku akan keluar dari kamarnya.

Ia tak kunjung buka suara. Sebenarnya, ini sudah tiga hari sejak aku dan TaeHyung memutuskan untuk tak berbicara sejak pertengkaran kami waktu itu.

Sejak itu, aku juga sudah tidak pernah bertemu JiMin, ataupun pergi bekerja di toko musiknya lagi.

Aku menyadarinya. Aku salah.

Sekuat apapun perasaanku pada JiMin, aku adalah milik TaeHyung.

"Kalau kau masih diam, aku akan pergi."

TaeHyung menunduk dalam, "Tidurlah di sini."

Kali ini, aku yang dibuatnya terdiam.

Suaranya begitu pelan, namun aku masih dapat mendengarnya dengan jelas.

BTS FANFICTION (방탄소년단의 팬픽션)Where stories live. Discover now