BTS FANFICTION (방탄소년단의 팬픽션)

Part. 1 : Adorable Samchoon

SERIES
Fluff - Romance - Slice of Life

KIM TAEHYUNG
JEONG SEWOON
YOU
BTS' MEMBERS
Other Cast

.

.

.

Everything happen for purpose...

***

16 tahun.
Tahun pertama di SMA.

Semua hal tampak biasa saja bagiku. Bahkan cenderung membuatku takut apakah aku bisa menjalaninya dengan baik atau mungkin sebaliknya.

Lingkungan baru, orang-orang baru, atau...orang-orang lama yang tak begitu membekas di ingatan.

Katanya, masa SMA adalah yang paling seru. Belajar, bermain, menelusuri tempat-tempat baru, dan perlahan mulai menunjukkan emosi yang naik turun pada lawan jenis.

Katanya, di SMA kau harus pacaran paling tidak sekali dengan teman satu sekolahmu.

Lalu, bagaimana denganku? Apa itu juga berlaku untukku?

---

“(Yn)-ah, cepat bangun! Sarapan sudah siap!"

Teriakan ibu membuatku melenguh pelan. Mimpi semalam begitu indah. Rasanya tak ingin beranjak dari kasur empuk ini.

Mataku mengerjap pelan. Tubuhku berbalik ke arah pintu bersamaan dengan ibu yang masuk dengan tergesa-gesa, kemudian membuka tirai jendela.

Aku meringis saat cahaya terang itu menusuk tajam ke arah mataku.

Mataku menyipit, “Ah..ibu…” gerutuku.

“Bangun, jelek!” ibu menepuk pahaku berkali-kali, lantas segera keluar dari kamar.

Baiklah. Ibu sangat sibuk, bahkan sepagi ini. Betapa kurang ajarnya aku jika hanya bermalas-malasan sedang ibu tak pernah punya waktu untuk mengistirahatkan tulang-tulangnya.

Akupun beranjak dari kasur. Niatku untuk menuju ke kamar mandi terhenti saat satu notifikasi kakao talk muncul di layar segi empat milikku.

Kuambil benda itu dari atas nakas. Mataku menyipit. Namun sedetik kemudian, tak bisa menahan senyuman yang memaksa keluar dari bibirku.

-Cantik, bangun! Karena kau lebih cantik dari mentari, jangan mau kalah dengannya!-

Aku bergeming sebentar. Ingin rasanya membalas pesan itu jika saja mataku tak melihat jam yang tertera di kanan atas layar.

“Oh, tidak!” kulempar benda itu asal ke kasur, lantas berlari cepat menuju kamar mandi.

---

Suapan terakhir dan sarapanku selesai. Aku tengah meneguk segelas susu putih, saat ibu mulai buka suara.

“Ibu baru dapat telpon dari bengkel, mobil ibu sudah 'sehat' kembali. Jadi, ibu akan ambil langsung hari ini."

"Benarkah? Baguslah..."

"Hari ini biar pamanmu yang mengantar, ya.”

“Aku bisa naik bus, kok.”

“Kau bilang naik bus membuatmu selalu hampir terlambat tiga hari ini. Lagipula, dia juga tak keberatan.”

Aku hanya mengangguk patuh. Ibu beranjak, kemudian berdiri di belakang kursiku. Jari-jarinya yang lihai perlahan menyisir rambutku dengan lembut.