1st Pole

81.4K 6.2K 175
                                    


1st POLE

~~||~~

Sudah setahun berlalu sejak Inara masuk ke sekolah ini. SMA Integral. SMA idamannya sejak zaman sekolah dasar. Sekolah itu dibangun atas bantuan pemerintah setelah hangus terbakar delapan tahun silam. Kini, sekolah itu berdiri dengan megahnya, ditunjang dengan fasilitas yang lebih dari memadai untuk sekolah menengah atas.

"Inara. Lo udah makan belum?" seorang laki-laki tanpa segan duduk di sebelah gadis kecil dan imut itu.

"Eh, lo, Gal. Belum. Ini tanggung banget catatannya. Gue males nyalin di rumah." kepala gadis itu menoleh ke papan tulis, lalu memindahkan apa yang dibacanya ke buku catatan. Tangannya tidak berhenti bergerak. Bahkan setelah dua menit mereka berdua diselimuti keheningan tanpa suara.

"Udah!" Inara melepaskan penanya kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Gadis itu merasa bersyukur karena sejak tadi pagi rambut hitamnya ia kuncir kuda, sehingga ia tidak merasa gerah dan bisa fokus menyalin catatan.

"Lo rajin amat, ya." lelaki yang dipanggil Gala itu hanya memperhatikan buku catatan Inara yang warna-warni seperti buku anak TK.

Gadis itu lebih suka membaca buku yang penuh warna. Menarik, bikin semangat belajar, begitu katanya. Gala, sebagai teman dekatnya sejak zaman kanak-kanak hanya mengangguk maklum.

"Iya, dong. Inara. Lo tadi ada maksud apa ke sini?" tanya gadis itu tanpa merubah posisinya. Punggung dan lehernya terasa pegal sekali.

"Ngajak lo ke kantin. Ngomong-ngomong, Sabrina mana?" tanya Gala.

Tepat setelah Gala menyelesaikan kalimatnya, seorang perempuan dengan rambut coklat yang dijedai masuk ke dalam kelas.

"Baru ditinggal bentar aja udah kangen lo, Gal." perempuan itu duduk di depan Inara.

"Gue nanya doang, ah ilah." Gala menggerutu.

Sabrina tersenyum geli. Tiada hari tanpa gerutuan Gala.

"Berantem mulu. Udah yok, ke kantin." gadis kecil berkuncir kuda itu bangkit dari duduknya.

"Nggak berantem, Na. Cuma mewarnai hari aja. Biar nggak datar, gitu." Sabrina tertawa. Ia beranjak dari kursi dan mengikuti Inara yang sudah berjalan meninggalkan kelas.

"Mewarnai hari dengan ngusilin gue, ya, Sab?" Gala menyusul kedua sahabatnya itu.

"Soalnya lo seru kalo diusilin, Gal. Lagian kalo ngusilin Inara, gue juga nggak tega. Badannya udah kecil gitu." Sabrina cekikikan.

"Gue nggak kecil, ya! Tinggi gue pas di rata-rata. Berat badan juga nggak ringan-ringan amat. Imutlah jatohnya." Inara menepuk-nepuk dadanya, bangga pada diri sendiri.

"Imut ya kayak boneka di The Conjuring," timpal Gala. Tawa Sabrina meledak mendengar lawakan sahabat laki-lakinya itu.

"Ya, Gal. Makasih banyak," ucap Inara kemudian ikut tertawa.

"Nih ya, Sab. Gue bilangin. Lo kecil juga. Jadi kalian sesama makhluk kurcaci nggak usah saling meledek. Cukup gue aja yang ngeledek kalian." Gala menyisir rambutnya dengan tangan.

"Ew. Makasih, ya, Gal," kata Sabrina dengan senyum sok baik. "Eh iya, lo udah denger gosip terbaru tentang Inara belum?" ucap gadis itu begitu sesuatu pop-up di pikirannya.

"Gosip yang mana? Seinget gue gosip tentang Inara banyak banget. Doi kan hits Integral," ledek Gala sambil melirik Inara.

"Itu loh. Inara itu calon ketua bidang kedisiplinan dan upacara yang membawahi ekskul paskibra, pencinta alam, dan pramuka," ucap Sabrina tepat di saat mereka menginjakkan kaki di lantai kantin.

AntipoleOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz