28th Pole

28.4K 3.3K 198
                                    

28th POLE

~~||~~

"Males ah, Kak! Pergi aja sendiri sana." Inara menggeleng seraya menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.

"Ih, tega lo ya sama gue? Masa biarin gue pergi sendiri kayak kambing congek." Naya duduk bersila di tepi ranjang, menarik-narik tangan adiknya agar bangun dan menemaninya mencari dress untuk acara kampusnya.

"Ya lo ajak temen lo kek. Sahabat lo kek. Pacar lo kek. Makanya cari pacar biar nggak ngerepotin gue." gadis itu memejamkan matanya, tidak memerdulikan Naya yang terus menarik-narik tangannya. "Gravitasi yang gue rasain di atas kasur ini udah gede banget nggak terkontrol lagi."

"Jahat banget lo jadi adik," gerutu Naya.

Inara membuka matanya dan memperhatikan Naya yang menatapnya dengan tatapan memelas. Gadis itu menghembuskan napas panjang. Ia tidak suka jika harus menemani Naya membeli pakaian. Kakaknya itu akan berubah menjadi sangat menyebalkan karena pada akhirnya baju yang pertama kali ia pegang yang akan dibelinya.

Inara juga capek. Ia baru sampai di rumah sekitar setengah jam lalu–pukul tujuh malam–karena mengurus kegiatan studi komparatif angkatan atau SKA yang akan dilaksanakan kurang dari seminggu lagi.

"Ke butik mama aja, nggak usah ke mall. Lagian, mama masih di butik juga, kan." gadis itu bangkit.

"Ke mall aja. Sekalian gue traktir lo makan malam," ucap Naya tidak terbantahkan.

"Untung yang kayak lo cuma satu, Kak," tuturnya yang mengundang tawa Naya.

# # #

"Gue bingung, nih, Na."

Inara memutar bola matanya. "Semua dress yang lo tunjukin ke gue itu udah ada di rumah. Di lemari gue. Terpendam, saking penuhnya lemari lo itu sama dress-dress."

"Gue udah bosen pake yang itu, Na. Lo ngerti gue dikitlah. Badan cewek tapi kok nggak mengerti cewek banget," gerutu Naya.

"Lo yang terlalu cewek, Kak," tandas Inara. "Lagian, lo ngampus juga biasanya pake jeans. Buat apa punya dress banyak-banyak? Setiap ada acara, musti beli baru. Heran gue."

"Ya-ya. Lo berisik banget. Mending lo bantuin gue milih."

"Yang peach aja. Buru."

"Naya?" sapa seseorang.

Kakak beradik itu serempak menoleh ke sumber suara. Naya melotot kaget. Begitu juga dengan Inara, tidak menyangka akan bertemu lelaki itu di sini.

"Eh, Dimas? Udah lama banget nggak ketemu. Lo ngapain di... bagian pakaian wanita?" tanya Naya aneh.

Mata Dimas membulat kemudian menggaruk tengkuknya. "Hmm, sebenernya gue nyari adik gue ke sini. Dia tadi lari-larian terus ngilang deh."

Naya manggut-manggut. "Anyway, seneng ketemu lo di sini." gadis itu tersenyum ramah. Ia dan Dimas satu angkatan dulu di SMA Integral. Selain itu, Naya juga satu SMP dengan Dimas. Mereka berteman baik–walaupun dulu Naya sempat kaget begitu mengetahui bahwa Dimas adalah anggota Blackpole.

"Dim. Adik lo udah sama nyokap lo." suara seseorang lagi-lagi membuat Naya dan Inara menoleh bersamaan.

Naya membeku. Begitu juga dengan lelaki yang detik sebelumnya menepuk pundak Dimas.

"Ngg... btw ini siapa, Nay?" tanya Dimas berusaha keluar dari suasana canggung.

"Oh. Ini adik gue. Kenalin, Inara. Inara, ini Dimas, temen SMA gue."

AntipoleWhere stories live. Discover now