39th Pole

26.2K 3.2K 434
                                    

39th POLE

~~||~~

"Eh, masa ya, Na. Gue denger rumor banyak anak baru masuk Blackpole dan langsung disidang sama pembina osis."

Kedua sahabat itu sedang berbaring di atas tempat tidur Inara seraya mengerjakan tugas. Hari ini, hari terakhir MPLS. Inara tentu tidak melupakan janjinya yang mengiyakan Sabrina untuk menginap di rumahnya–sekaligus mengerjakan tugas kelompok.

"Sebenernya Blackpole tuh gimana sih?" tanya Sabrina dengan volume suara yang cukup pelan, mengingat Rahagi berada satu atap dengannya. Gadis itu takut lelaki itu mendengar percakapan mereka.

"Ya nggak gimana-gimana." Inara mengetikkan keyword di laman Google di laptopnya. "Eh, ini poin-poinnya doang apa pake penjelasan?" tanya Inara.

"Yang di powerpoint, poinnya doang. Ntar pas presentasi dijabarin sejelas-jelasnya."

Inara mengangguk. Selagi matanya membaca satu per satu hasil pencarian di Google mengenai tugasnya, gadis itu menjawab pertanyaan Sabrina. "Intinya, beda jauh banget sama yang beredar di sekolah."

"Oh ya?" Sabrina mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Tangannya berhenti men-scroll layar ponsel yang sedang menampilkan room chat grup kelas–yang membahas tentang tugas sosiologi yang diberikan oleh Bu Susi.

"Iya. Mereka nggak seburuk itu."

"Tapi, kenapa kabar yang beredar nggak banget?"

"Gue rasa, selain ada oknum di Blackpole, ada juga mantan mata-mata Blackpole yang masih dendam gara-gara dikerjain habis-habisan sama si oknum ini."

Sabrina manggut-manggut. "Keren juga analisa lo."

"Iya, dong!" Inara tersenyum bangga. "Eh, pertanyaan nomor empat dong, Sab," pintanya setelah menyalin penjelasan panjang yang ia temukan di laman Google mengenai tugasnya.

"Cari aja di grup kelas." Sabrina menyerahkan ponselnya. "Gue mau panggilan alam nih. Mules." tanpa menunggu balasan Inara, gadis itu berlari menuju kamar mandi.

"Dasar."

Inara meraih ponsel Sabrina.

"Na!" panggil Sabrina dari dalam kamar mandi.

"Ya?" balas Inara setengah berteriak.

"Lihat aja di album screenshot. Kalo nggak salah udah gue capture pertanyaannya. Lama kalo lo scroll lagi satu-satu. Tahulah grup kelas seribut apa."

Inara tergelak. "Oke deh!"

Gadis itu membuka ponsel Sabrina dan mengetikkan angka 2002 saat ponsel tersebut meminta password.

Sejujurnya, Inara jarang membuka ponsel Sabrina. Gadis itu tahu batas privasi. Begitu juga sebaliknya, Sabrina jarang mengutak-atik ponselnya.

Saat membuka galeri foto di ponsel Sabrina, sebuah album bernamakan <3 sudah lebih dahulu terbuka. Kening Inara mengernyit begitu menyadari bahwa Sabrina menyimpan foto-foto Gala, sebanyak itu.

Sebelumnya, ia berpikir bahwa foto-foto tersebut adalah foto Gafar, abangnya–mengingat Sabrina sudah lama menyimpan perasaan pada kakak laki-lakinya itu.

"Love?" gumam Inara saat mengulang membaca nama album foto tersebut.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka mengejutkan Inara.

"Udah, Na?" tanya Sabrina seraya mengambil tisu dan mengeringkan tangannya.

"Lo suka sama Gala, Sab?" tembak Inara dengan mata membulat.

AntipoleWhere stories live. Discover now