35th Pole

26.7K 3.3K 415
                                    

35th POLE

~~||~~

Inara tidak pernah merasakan ini sebelumnya.

Perasaan ini terasa asing.

Gadis itu menatap Rahagi yang sedang berada di dalam ruang rawat Vara. Lelaki itu mengajak Vara berbicara. Kebetulan, sejak lima belas menit yang lalu, Vara sudah sadar. Inara tidak terlalu mengerti apa yang terjadi pada Vara. Yang bisa ia simpulkan, perempuan itu kelelahan.

Rahagi tersenyum kepada Vara seraya membelai rambutnya.

Ah, Rahagi aslinya emang hangat.

Inara tersenyum tipis.

"Na?" suara seseorang mengejutkannya. Namun, tanpa menoleh pun, Inara tahu suara siapa itu.

"Everything is okay, Na?" tanya seseorang yang lain.

Inara berbalik dan menatap kedua sahabatnya seraya tersenyum, menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Gue mono banget di sini." gadis itu bersuara. "Kalian emang sahabat ter-ready."

Gala tersenyum kemudian duduk di kursi tunggu, diikuti oleh Sabrina dan Inara.

"Gue bela-belain jemput Sabrina pake vespa kakek gue, mengingat motor gue lagi perawatan karena gue nggak ada rencana pergi hari ini."

"Hehe, maaf, Gal. Tapi vespa kakek lo nggak seburuk itu lah." Sabrina mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya. "Btw, lo udah makan siang belum, Na?"

Inara menggeleng.

"Rahagi masih lama? Makan bareng kita aja," ajak Gala.

Inara beranjak dari tempat duduknya dan mengintip Rahagi melalui jendela. Lelaki itu masih membicarakan sesuatu dengan Vara. Takut mengganggu, Inara memilih mengirim pesan kepada Rahagi lewat LINE.

Inara Sekar : Rag, gue pergi makan ya bareng Gala & Sab

Inara Sekar : Lo mau dibungkusin apa?

Cukup lama Inara menunggu balasan Rahagi, gadis itu memilih duduk kembali di sebelah Gala.

"Tunggu bentar, ya. Menunggu kepastian nih." ia tergelak.

Bersamaan dengan pesan masuk dari Rahagi, seorang suster masuk membawa makan siang untuk Vara.

Rahagi : Samain sama lo

Inara berdiri. "Yuk!"

Gala dan Sabrina mengangguk. Mereka bertiga melirik ke dalam ruang rawat Vara.

Bisa ketiganya saksikan, Rahagi sedang menyuapi Vara makan siang yang baru saja diantar oleh suster.

# # #

"Sab, rasanya aneh, deh."

Inara menyandarkan punggungnya ke tumpukan bantal yang sudah ia susun di atas ranjang. Beberapa menit yang lalu, Sabrina meneleponnya untuk menanyakan tugas ekonomi Bu Arum yang harus dikumpul besok. Namun, pembicaraan malah merembes ke mana-mana.

"Apa tuh?"

"Wajar nggak sih kalo gue khawatir sama–Rahagi?" volume suara Inara semakin kecil hingga ke ujung kalimat. "I mean, bukan khawatir juga sih. Duh, gimana ya. Gue kadang sedih lihat dia kacau banget mikirin Vara yang belum nunjukin perkembangan apa-apa."

"Tergantung lo sih, Na."

"Maksudnya, Sab?"

"Sekarang gue tanya, lo sayang nggak sama dia?" tanya Sabrina.

AntipoleWhere stories live. Discover now