26th Pole

30.5K 3.5K 729
                                    

A/N

Bacanya pelan-pelan, ya. Dihayati sepenuh hati sepenuh jiwa. Kalo mau lebih afdhol lagi, bisa baca dari awal wkwk.

26th POLE

~~||~~

"Tumben banget lo maksa-maksa minta ke rumah gue. Biasanya juga gue yang susah setiap kali ngajak lo ke sini."

Dua gadis itu sudah sampai di depan rumah Wira–yang kini ditempati Inara.

"Bosen gue di rumah. Sekalian gue mau belajar buat ujian. Lo harus jadi guru privat gue pokoknya!" ucap Sabrina berapi-api.

"Iya, iya." Inara melepas sepatunya di teras rumah, diikuti oleh Sabrina.

Perempuan itu menekan bel beberapa kali.

"Kok nggak dibukain, ya, Sab?" tanya Inara heran.

"Lagi nggak ada orang mungkin?" tanya Sabrina.

"Jarang-jarang banget nggak ada orang."

"Who knows?" tanya Sabrina skeptis seraya mengangkat bahunya sekilas. "Lo nggak punya kunci cadangannya emang?" tanya Sabrina.

Inara menggeleng seraya menekan ganggang pintu utama tersebut–karena iseng.

"Eh, nggak dikunci?" gadis itu menoleh ke arah Sabrina bingung seraya mendorong pintu rumahnya,

Sabrina menatapnya dengan tatapan ingin tahu.

"Gelap, Sab," gumam Inara.

"Serem juga ya rumah segede ini kalo gelap."

Setelah mengunci pintu, Inara mencari tombol lampu. Ia berjalan meraba-raba.

"Sab?" panggilnya.

"Ya?" tanya Sabrina. Kalau didengar dari suaranya, posisi Sabrina tidak berada jauh darinya.

"Lo di mana? Pake ngilang segala lo."

"Di sini!"

"Di sini di mana? Bantuin gue cari tombol lampu. Aduh!" suara meja yang tergeser mengiringi ringisan Inara. Lututnya baru saja menyenggol meja ruang tamu.

Gadis itu rasanya ingin bersorak ketika menemukan tombol lampu. Tepat saat lampu hidup, suara sorakan membuatnya terkejut setengah mati.

"Happy sweet seventeen!"

Gafar menekan confetti ke arah Inara, membuat gadis itu menutup matanya ketika kertas-kertas confetti berjatuhan. Di hadapannya, berdiri orang-orang yang disayanginya.

Tyas, Wira, Naya, Gafar, Bayu, Rahagi, Gala, dan Sabrina. Tak pernah Inara bayangkan akan mendapat kejutan seperti ini. Ia bahkan lupa kalau hari ini ulang tahunnya.

"Ya ampun. Sekarang tanggal berapa Inara lupa masa." gadis itu terkekeh.

"Dua Desember, Inaraa!" seru Gafar gemas.

Naya–yang memegang kue–maju beberapa langkah mendekati Inara.

"Tiup dulu lilinnya," ucap kakaknya itu.

Inara menatap Naya sejenak, sebelum akhirnya meniup lilin di kue tersebut.

"Cie, legal tu," goda Gafar.

"Legal apa nih, Bang?" pancing Sabrina.

"Punya pacar, hahaha."

Inara yang mendengar itu hanya bisa memberengut. Malu di hadapan kedua orang tuanya.

AntipoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang