13th Pole

38K 3.9K 360
                                    

13th POLE

~~||~~

Inara menyeret tas punggungnya yang berisi perlengkapan untuk pergi ke puncak. Berat. Kemarin malam, ia sudah meminta izin kepada Tyas dan Wira. Awalnya, ibunya itu tidak mengizinkannya untuk pergi karena ketidakjelasan informasi. Apalagi, tidak ada surat izin dari sekolah yang bisa Inara berikan kepada Tyas.

Untungnya, Rahagi datang dan menyelamatkannya. Sebab, Inara tidak mungkin terang-terangan mengatakan bahwa ia masuk Blackpole.

"Inara aman sama Rahagi, Ma."

"Lelet banget." tiba-tiba Rahagi datang dan membuyarkan lamunan Inara. Lelaki itu mengangkat tas milik Inara, kemudian menyandang tas tersebut di punggng. Tanpa sepatah kata lagi, Rahagi membawa tas itu seraya menuruni tangga.

Inara hanya bisa melongo dibuatnya. Dengan segera, ia menyusul Rahagi.

Sabtu pagi ini, ia dan Rahagi akan pergi ke puncak dengan mobil Bayu. Awalnya, Tyas menyuruhnya untuk pergi bersama Gafar, karena kakaknya itu juga harus pergi ke puncak hari ini untuk bertemu teman lamanya.

Namun sayang, Gafar memiliki urusan mendadak yang menyebabkan ia membatalkan rencananya. Ia harus mengurus entah apa di kantor kedutaan besar, sehingga sejak kemarin malam Gafar terpaksa menginap di apartemen yang dekat dengan kantor kedutaan besar.

Poor Gafar.

"Hati-hati!" ucap Naya seraya menepuk puncak kepala Inara.

Gadis itu sempat curiga karena kepergian adiknya yang tiba-tiba. Ia sempat berpikir bahwa Inara masuk ke dalam komunitas yang sangat dimusuhinya dahulu. Namun, itu tidak mungkin. Setahu Naya, anggotanya mayoritas lelaki dan Inara bukan tipe perempuan yang suka berada di antara lelaki.

Inara tersenyum menanggapi. "Lo baik-baik di rumah, Kak. Pokoknya minggu malem pas gue pulang, semua cucian udah dicuci!"

"Ye, malah nyuruh-nyuruh. Minggu malem kan jadwal lo."

"Rahagi, jagain Inara loh!" ujar Tyas.

"Siap, Ma."

Rahagi masuk ke dalam mobil. Ia memilih untuk duduk di kursi penumpang depan.

"Bayu pergi ya Ma, Pa." lelaki itu menyalami tangan kedua orang tuanya.

"Hati-hati bawa mobilnya ya. Jangan ngebut-ngebut." Tyas memperingatkan.

"Iya, Ma." Bayu masuk ke dalam mobil, sesaat setelah Inara masuk. Lelaki itu duduk di kursi pengemudi, sedangkan Inara duduk di kursi penumpang belakang.

Secara bersamaan, mereka memasang seatbelt.

"Udah?" tanya Bayu seraya melirik Inara melalui kaca spion.

Anggukan dari Inara, memulai perjalanan mereka pada pagi itu.

# # #

Inara turun dari mobil. Selama di perjalanan, ia tertidur pulas. Kemarin malam ia begadang untuk menyusun barang-barang yang harus di bawanya. Seperti kebanyakan perempuan, menyusun perlengkapan ketika akan pergi sangatlah susah. Seakan semuanya ingin dibawa karena takut ada yang tertinggal.

Masih dengan kesadarannya yang belum terkumpul, Inara berdiri di depan pintu mobil.

"Kebo," ucap Rahagi ketika turun dari mobil dan berjalan menuju bagasi.

"Biarin. Tidur itu hak asasi." Inara membela diri seraya meregangkan otot-ototnya. Gadis itu kemudian mengikuti Rahagi dan mengambil tas punggungnya yang sudah terletak di samping roda mobil.

AntipoleWhere stories live. Discover now