8th Pole

43.2K 4.7K 357
                                    

8th POLE

~~||~~

Inara diam memperhatikan Tyas dan Wira yang sedang berbincang mengenai tekstil. Beberapa fakta baru saja ia ketahui. Yang pertama, Wira adalah pemilik perusahaan tekstil terkenal tempat Tyas membeli kain untuk butiknya. Kedua, Rahagi dan Bayu adalah anak Wira.

Jadi, untuk apa sekarang ia berada di sini? Di antara mereka?

Di samping Tyas, Bayu tengah sibuk membicarakan sesuatu dengan Gafar. Naya sesekali ikut nimbrung karena merasa bosan tidak ada yang bisa diajak berbicara. Inara memilih untuk ikut menyimak pembicaraan Gafar dan Bayu ketimbang harus larut dalam kesunyian bersama Rahagi yang tak terlihat memiliki niat untuk membuka pembicaraan dengan siapa pun.

Setelah melewati acara perkenalan singkat tadi, mereka segera memesan makanan. Dan kini, makanan yang ditunggu pun tiba.

Inara menatap beef tenderloinnya dengan mata berbinar.

"Norak lo," komentar Rahagi tiba-tiba.

Inara terkejut begitu Rahagi terkesan mengajaknya berbicara.

Geer banget lo, Inara.

"Gue tampil apa adanya," balas Inara dengan nada yang diusahakannya agar terdengar sombong.

"Cih." desis Rahagi.

Baru saja Inara akan memotong steaknya, suara Wira menginterupsi.

"Selamat makan, Inara." Wira tersenyum kepada Inara.

"Eh, iya, Om." Inara tersenyum kikuk entah kenapa.

Mereka kini sibuk dengan makanan masing-masing. Hanya dentingan sendok yang memenuhi ruangan. Tak sengaja, tangan kanan Rahagi menyenggol tangan Inara yang sedang menusuk makanannya.

Suara nyaring mengagetkan mereka. Inara ikut tersentak, sedangkan Tyas melotot ke arah putri bungsunya.

"Bukan salah Inara, Ma." Inara mengangkat kedua tangannya.

"Nggak sengaja," ucap Rahagi.

"Jadi orang datar banget ya," gumam Inara pelan tetapi Rahagi masih bisa mendengarnya.

"Sewot aja ngurusin hidup orang," balas Rahagi dengan gumaman.

"Cih." kini, Inara yang mendesis. "Siapa juga yang ngurusin hidup lo."

"Kayak gue peduli aja lo mau ngurusin apa nggak."

"Ngeselin banget."

"Bodo."

Inara menarik napasnya dalam-dalam. Mengapa Rahagi jadi se-menyebalkan ini?

"Itu ngapain sih, ribut-ribut?" Gafar membuka suara.

"Biasa. Konflik remaja," timpal Naya.

"Gimana sekolahnya, Inara?" tanya Wira ramah.

"Baik, Om." Inara tersenyum.

"Kamu udah kenal lama sama Rahagi? Satu sekolahan kan?" tanya Wira.

"Belum kenal sebelumnya, Om," jawab Inara seraya melirik Rahagi malas. Sementara, Rahagi mendelik ketika dilirik begitu oleh Inara.

"Loh? Kok bisa?"

"Bisa lah, Pa. Sekolahan kan nggak segede lobang kunci. Kenalannya baru tadi," jawab Rahagi seakan menutupi fakta bahwa ia dan Inara sudah pernah berkenalan secara tidak langsung sebelumnya–ketika Inara mengajukan diri untuk bergabung di Blackpole.

AntipoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang